DAMPAK INDUSTRI KERTAS BAGI PEREKONOMIAN RIAU

Juragan Kaum Urban Pembuka Lapangan Kerja

Feature | Jumat, 24 Desember 2021 - 12:00 WIB

Juragan Kaum Urban Pembuka Lapangan Kerja
Rafi bersama karyawan saat berada di nursery (pembibitan). (ISTIMEWA)

Pembukaan industri kertas dan pulp di Pelalawan sejak 1993 tak hanya membuka lapangan kerja kelas buruh. Beberapa warga tempatan yang berani pada tantangan, memiliki leadership, muncul sebagai juragan-juragan baru. Tak perlu "skill dewa", sekolah setinggi langit, atau modal fulus miliaran. Cukup keberanian.

Laporan Muhammad Amin, Pekanbaru


Rafi baru saja pulang dari Jakarta, untuk sebuah meeting, Ahad (19/12). Juragan kaum urban asal Desa Kuala Terusan, Kecamatan Pangkalan Kerinci, Kabupaten Pelalawan itu kini menghabiskan hari-harinya dengan menjadi kontraktor, sesuatu yang tak terpikirkan sebelumnya selama belasan tahun.  

"Saya ini orang kampung. Tapi kita harus berubah," ujar Muhammad Rafi.    

Perubahan itu yang membuatnya keluar dari zona nyaman. Selama 14 tahun dia menjadi karyawan tetap di PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP). Tapi dia memilih tantangan baru. Awalnya, sejak Desember 1999, Rafi memulai kerja sebagai buruh harian lepas (BHL) RAPP di bidang pengepakan kertas. Gaji awalnya Rp2,5 juta. Tiga bulan menjadi BHL, dia diangkat jadi karyawan tetap. Kariernya terus meningkat. Posisinya sudah bagus di RAPP, yakni sebagai supervisor. Tapi dia memutuskan untuk berhenti. Dia ingin menjadi kontraktor. Atasannya menolak pengunduran dirinya. Tapi dia kukuh.

"Saya lihat peluang kontraktor lebih besar untuk bisa berkembang," ujar Rafi.

Peluang itu pula yang membuatnya kini menjadi juragan baru di Pelalawan. Dia kini membawahi 218 karyawan. Sebanyak 115 di PT Riau Andalan Kertas, 14 di Riau Fiber Nursery, dan 30 di Riau Pulp. Sisanya adalah admin, sopir, dan bagian pengurusan pajak. Omsetnya lebih dari Rp2,5 miliar per bulan.

Awal menjadi kontraktor tentu saja tidak begitu. Dia hanya memiliki empat karyawan saja. Rafi mendirikan PT Riau Dua Berlian. Awalnya hanya untuk penyaluran tenaga kerja (naker) di bagian produksi PT Riau Andalan Kertas. Melalui proses pelatihan dan pengawasan, dia sukses merintis karier baru ini. Tentu dengan jatuh bangun.

"Perusahaan tentunya melihat kesungguhan kita," ujar Rafi.

Kini Rafi bisa merekrut tenaga kerja dengan prioritasnya naker lokal. Dia merekrut 80 persen naker lokal masyarakat Pelalawan karena menurutnya mereka juga mampu. Kendati sebagian mereka adalah kerabat, keluarga, atau tetangga, tapi dia harus bertanggung jawab mengingatkan. Mereka harus bekerja secara profesional.  
tambahDirektur PT Riau Dua Berlian, Muhammad Rafi di nursery.(ISTIMEWA)

Sebenarnya, ujar Rafi, pihak RAPP bisa saja merekrut langsung para karyawan tanpa melalui kontraktor kecil seperti dirinya. Tentu lebih efektif dan efisien. Tapi perusahaan  memilih memberdayakan kontraktor lokal yang belum tentu memiliki perangkat lengkap dan minim pengalaman. Hal ini sesuai dengan moto RAPP "Tumbuh berkembang bersama masyarakat".

"Makanya orang kampung seperti saya bisa tumbuh dan berkembang menjadi kontraktor," ujarnya.

Kontraktor pemula seperti dirinya diberikan berbagai kemudahan. Ada pelatihan, bantuan modal, yakni dihubungkan dengan perbankan. Ada pinjaman tanpa bunga.  Bahkan kontraktor yang berkaitan dengan maintenance diberikan fasilitas kantor. Kemudahan dan fasilitas itu diberikan RAPP kepada kontraktor pemula sebagai community development (CD). Seiring berjalannya waktu, mereka diminta bekerja secara profesional. Mereka harus membayar pajak, membayar BPJS karyawan, menggaji karyawan tepat waktu, memperhatikan keselamatan kerja, mendisiplinkan karyawan. Semuanya diukur dan dievaluasi tiap bulan.

"Dari sana kami belajar menjadi profesional," ujar Rafi.

Sebagai kontraktor penyedia tenaga kerja (supply man power), dia tentu harus bisa menyeleksi calon tenaga kerja sesuai yang diperlukan perusahaan. Sebab, semua kinerja pegawai itu menjadi tanggung jawabnya. Untuk ditempatkan di bagian mesin, misalnya, pihak RAPP memberikan pelatihan selama tiga bulan. Selanjutnya mereka diterjunkan di bawah pengawasan supervisor RAPP. Tapi soal penggajian, kesehatan (BPJS), keselamatan kerja (savety) tetap menjadi tanggung jawabnya. RAPP membayar sesuai kontrak per bulannya sesuai pekerjaan. Kontrak yang mereka kerjakan tentu dievaluasi user, dan itu dipahami benar oleh Rafi.

"Sebab jika kami tidak profesional, tentu kontrak bisa diputus. Ada beberapa yang begitu," ujarnya.

Baca Peluang dan Tantangan Baru

Tak cukup di satu bidang, Rafi membaca peluang lain. Dia tertarik pada pembibitan (nursery).  Awalnya dia melihat mudah sekali pembibitan itu. Hanya dengan mencocokkan daunnya ke polybag, bisa jadi 90 persen.

"Saya tertarik dan mencobanya," ujar Rafi.

Kebetulan di saat bersamaan, terdapat kontraktor bidang nursery yang mundur. Kesempatan itu digunakan Rafi untuk mencoba kontrak baru menyediakan bibit. Ternyata bisa. Nursery sendiri merupakan hal baru bagi Rafi. Latar belakang keluarganya bukan petani, melainkan nelayan di Kuala Terusan.

Ke depan, dia ingin mengembangkan peluang yang ada. Misalnya penyediaan palet untuk tempat kertas. Saat menjadi karyawan, sejak awal dia sudah akrab dengan kayu palet berbahan baku akasia atau kayu mahang itu. Dia juga tertarik dengan pembuatan polybag, yang selama ini ternyata impor.

"Saya sudah buat kajian dan peluangnya ada," ujar Direktur PT Riau Dua Berlian itu.

Standar Ketat

Kendati memberikan keleluasaan kepada kontraktor lokal, tapi tentu saja semuanya memiliki standar. Beberapa bidang bahkan tidak bisa dilanjutkan kontraktor lokal karena tidak sesuai dengan standar user. Misalnya terkait kebersihan di galeri. Para office boy dan office girl (OB OG) di satu kontraktor lokal tengah dievaluasi untuk diganti. Sebab, kinerja mereka belum sesuai ekspektasi.

"Jadi user di galeri itu standarnya tinggi. Sebab yang mengunjungi galeri biasanya orang VVIP. Jadi jika menurut user tak layak, harus diganti," ujar Community Development Officer (CDO) Small Medium Enterprise (SME’s) RAPP, Rivalmi.

Kontraktor OB OG ini masih akan dievaluasi hingga Desember 2021 ini. Jika tidak bisa menyesuaikan dengan standar user, yakni standar hotel berbintang atau mal, kemungkinan besar kontraktor akan diganti. Hal seperti ini, menurutnya biasa dalam sebuah perusahaan.

Saat ini terdapat 283 kontraktor di seluruh wilayah operasional perusahaan. Sebanyak 142 berada di Pangkalan Kerinci. Sisanya berada di Kuansing, Baserah, Ukui, dan lainnya. Terdapat 5.800 karyawan di perusahaan ini. Dampak tidak langsung keberadaan perusahaan ini mencapai lebih dari 90 ribu orang. Hal itu dapat dilihat dari pertumbuhan perumahan, tempat usaha, kontrakan, pasar, dan multiplier effect lainnya.

Perkembangan Pelalawan tak dapat dilepaskan dari keberadaan RAPP. Hal itu diakui tokoh masyarakat Pelalawan Tengku Edy Sabli. RAPP menurutnya membawa perubahan besar bagi perkembangan kabupaten ini. Bahkan lahirnya Kabupaten Pelalawan 12 Oktober 1999 tak lepas dari pesatnya pertumbuhan ekonomi dan penduduk di Pangkalan Kerinci dan sekitarnya.

"Semua bermula dari keberadaan perusahaan," ujar salah satu pendiri Kabupaten Pelalawan ini.***









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook