Jalan Berliku sang Pembalak

Feature | Kamis, 23 Desember 2021 - 11:56 WIB

Jalan Berliku sang Pembalak
Ujang Leni bersama anaknya di depan alat berat baru. (ISTIMEWA)

Para juragan baru muncul dari kaum urban di Pelalawan. Salah satunya seorang mantan pembalak liar bernama Ujang Leni. Selain membalak, hal ilegal lain yang pernah dilakukannya adalah smokel  ke Negeri Jiran. Jalan panjang dan berliku mengantarkannya menjadi kontraktor. Bagaimana kisahnya?

Laporan Muhammad Amin, Pangkalan Kerinci


Bagi Ujang Leni (62), aktivitas pembalakan (logging) bukan hal baru. Sebagai orang kampung, dia tidak memiliki banyak pilihan dalam pekerjaan, selain menjadi nelayan, melakukan aktivitas smokel (penyeludupan), atau membalak. Sebelum membalak, Ujang Leni sempat jadi penyeludup ke Singapura alias pelaku smokel. Dari Sungai Kampar dia berlayar ke muara, menerjang bono di Kuala Kampar, lalu menyeberang ke Negeri Jiran.

Di akhir milenial, 1999, aktivitas smokel mulai menurun. Tapi euforia reformasi membuka ruang baru bagi aktivitas bebas lainnya yakni pembalakan. Banyak permintaan kayu ilegal. Hal ini membuatnya berpindah dari smokel menuju perambahan hutan.

"Ada tiga rombongan dengan anggota 25 orang. Saya bahkan punya kanal sendiri," ujar Ujang Leni kepada Riau Pos, pekan lalu.

Kanal itu merupakan buatan rombongan pembalak liar yang dipimpin Ujang Leni. Panjangnya 3 km. Dari kanal yang dibuat, kayu yang sudah ditumbangkan kemudian bisa dikeluarkan dari hutan dan dihanyutkan melalui sungai. Di sungai sudah menunggu tauke untuk menerima kayu ilegal itu. Pundi-pundi uang pun mengalir. Periode 1999-2000 merupakan masa paling bebas baginya.

Pembalakan yang dilakukannya kemudian bersentuhan dengan konsesi PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP). Sebagai orang asli Pelalawan, bagaimana pun "wilayah kerjanya" bersinggungan dengan wilayah kerja atau konsesi PT RAPP. Ujang Leni merupakan anak jati Desa Pelalawan, Kecamatan Pelalawan. Dia tumbuh dan besar dari sana, dari desa para pendiri dan raja-raja Pelalawan.

Aktivitas pembalakan pun tak hanya berhadapan dengan petugas RAPP, tapi juga aparat keamanan dan BBKSDA. Pengetatan demi pengetatan yang dilakukan aparat membuatnya nyaris tak memiliki ruang gerak. Sampai kemudian malah pihak RAPP yang justru memintanya bergabung. Tentu bukan sebagai pembalak liar, melainkan pembalak yang sah. Membalak di hutan yang ditanam alias hutan tanaman industri (HTI). Awalnya dia merasa gamang.

"Saya tidak paham apa-apa soal administrasi. Sekolah pun tidak tamat. Saya tak tamat SD Pak!" ujarnya terkekeh.

Tapi ternyata itu tidak menjadi masalah bagi perusahaan. Dia tak memiliki modal, keahlian membalak secara profesional, plus manajemen. Dia hanya memiliki modal kemampuan membalak dan kepemimpinan. Anak buahnya banyak. Tapi modal itu ternyata sudah cukup untuk menjadi kontraktor di RAPP.

Awalnya memang sulit baginya bekerja bersama orang-orang yang profesional. Dia harus membuat perusahaan. Dibantu manajemen RAPP, dia kemudian membuat CV Bina Terusan pada 2002. Dari berbentuk CV, dia kemudian membentuk PT Bina Terusan. Karyawan awalnya adalah mantan anak buahnya.
tambahUjang Leni atau H Basril (ISTIMEWA)

Seiring niat dan tekadnya yang kuat untuk berubah, maka kepercayaan pun diberikan. Dia mendapatkan bantuan modal usaha. Sebanyak lima unit alat berat diadakan.  Padahal modal alat berat tidak murah, yakni Rp1,292 miliar per unitnya. Bantuan itulah bagian dari community development (CD) RAPP. Pembayaran dilakukan ketika pencairan kontrak. Semuanya ternyata berjalan baik. Tentu tidak mudah, dengan berbagai tantangan pula. Syarat awalnya, dia tidak lagi melakukan aktivitas pembalakan liar. Baginya, ini justru sebuah berkah. Dia tidak harus waswas karena setiap saat bisa saja ditangkap aparat jika terus melakukan pembalakan liar. Kini, aktivitas pembalakan yang dilakukannya menjadi sah bahkan difasilitasi.

Ujang Leni dan rombongannya dilatih untuk melakukan pembalakan secara modern dan profesional. Mereka dilatih hingga sesuai standar yang diperlukan perusahaan. Dia juga dilatih pembukuan, manajemen, sikap (attitude), kepemimpinan, administrasi, dan hal lainnya.

"Ternyata bisa dan alhamdulilah berkembang," ujarnya.

Kini, dia telah memiliki 48 karyawan di bawah bendera PT Bina Terusan. Omsetnya mencapai Rp1 miliar per bulan. Setiap bulan dia harus menumbangkan dan memotong pohon HTI sebanyak 7 ribu ton. Pohon jenis akasia dan aucalyptus yang sudah ditanam bertahun-tahun lalu menjadi garapannya. Tentu dia tidak satu-satunya kontraktor harvesting PT RAPP. Ujang Leni alias H Basril memiliki kontrak di tempat penampungan kayu (TPK) 5,5 Sektor Pelalawan. Dia dan perusahaannya juga tidak sendirian dalam proses perkayuan lainnya. Sebab, dia hanya bagian penebangan saja. Dari penumbangan pohon, memotongnya sesuai standar perusahaan, hingga mengumpulkan ke TPK merupakan tugasnya. Tapi membawa ke pabrik menggunakan tongkang atau truk sudah menjadi bagian dari kontraktor lainnya.

"Ya, bagi-bagi kerjalah," ujar H Basril.

Dia bersyukur, dengan menjadi kontraktor di RAPP, perekonomian keluarganya meningkat. Selain itu, dia bisa juga membantu kerabat, tetangga, dan masyarakat lainnya. Pengembangan usahanya bahkan berjalan baik. Tiga unit alat berat baru kini siap dipakai. Total, kini dia punya delapan alat berat.

Pembinaan Berkelanjutan

CD Officer Small Medium Enterprise (SME’s) RAPP Rivalmi menyebut, terdapat sebanyak 283 mitra community development (CD) RAPP. Mulai dari harvesting (panen kayu), land clearing, transportasi air, bus karyawan, penyiraman jalan, rental colt diesel, semuanya ada. Bidang plantation, mulai dari pembibitan (nursery), penanaman, pemeliharaan, bahan baku bibit, penyediaan media tanam, diurus oleh kontraktor yang berbeda. Semuanya mitra lokal yang dibina melalui CD atau corporate social responsibility (CSR). Dari pembinaan SDM hingga modal diberikan.

Menurutnya, secara umum, kontraktor lokal memiliki skill yang lemah. Kendati banyak juga yang berkembang. Makanya diperlukan pelatihan tak hanya kemampuan teknis, tapi juga sikap, kepemimpinan, dan caracter building untuk para kontraktor atau pimpinannya.

“Kami lakukan pembinaan secara berkelanjutan,” ujar Rivalmi.

Dukung Perekonomian Masyarakat

Perkembangan masyarakat di Pelalawan memang tak bisa lepas dari keberadaan APRIL Grup. Sebelum keberadaan perusahaan ini, awal 1990-an, hanya terdapat 100 kepala keluarga (KK) di Pangkalan Kerinci. Kini warga kota itu sudah lebih dari 100 ribu jiwa. Orang kaya baru bermunculan. Banyak yang berasal dari kontraktor lokal. Para kandidat bupati pun merintis karier politik dari kontraktor RAPP. Termasuk Bupati Pelalawan saat ini, Zukri Misran dan kandidat lainnya seperti Husni Thamrin.

Tokoh masyarakat Pelalawan Abdul Hamid menyebut, perputaran ekonomi Pelalawan memang meningkat dengan kehadiran APRIL grup. Kontraktor lokal bermunculan, ekonomi dan pasar berkembang, perumahan bertumbuhan. Masyarakat lokal pun mendapatkan berkah. Paling tidak mereka bisa menyediakan rumah kos atau kontrakan.

“Yang mampu bisa berkembang lagi menjadi pengusaha atau kontraktor,” ujar Abdul Hamid.***









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook