Riska Ramadila, olahragawan dari SMAN 1 Lipat Kain, Kabupaten Kampar kondisinya sedang memburuk. Pasca amputasi di RSPAD Gatot Subroto Jakarta pada Februari lalu, dia harus menjalani 18 kali kemoterapi. Dalam waktu tak singkat, tahapan pemulihan terus dilakukan, namun kondisi fisiknya terus menurun, apalagi persoalan pendanaan dan bantuan berkelanjutan yang belum pasti.
Laporan: PANJI AHMAD SYUHADA (Pekanbaru)
PEKANBARU (RIAUPOS.CO) -- Riska, gadis belia yang mesti menderita akibat tumor ganas di kaki kanannya itu harus menahan pilu. Sejak diamputasi pada Februari lalu, serangkaian pengobatan termasuk kemoterapi terus dijalani. Bahkan tidak sekali-dua kali, Riska yang belum genap berusia 20 tahun ini harus menjalani proses kemoterapi sepanjang tahun ini.
"Kondisi terkini tangan Riska pada membengkak, semalam habiskan infus 7 botol karena Riska kekurangan cairan, itu kata dokter," ungkap Paman Riska, Ulil Amri, kepada Riau Pos, Jumat (20/11).
Pembengkakan yang dialami oleh Riska tersebut lantaran bekas infus saat proses kemoterapi yang dijalani kemarin infeksi. "Akibatnya jadi agak membengkak," ujarnya.
Sekarang ini, Riska yang sempat delapan bulan berada di Jakarta untuk menjalani proses pengobatan dan amputasi sudah berada di kampung halamannya di Kampar kiri, Kabupaten Kampar, Riau.
Namun dirinya diharuskan bolak-balik dari kampung halamannya tersebut ke RSUD Arifin Ahmad Pekanbaru untuk menjalani serangkaian proses pengobatan dan kemoterapi lagi. Dan tentunya biaya transportasi yang bisa sampai 4 hingga 6 kali sebulan ke Pekanbaru ini jadi tanggungan pribadi.
"Untuk pengobatan selama ini dari BPJS, tapi banyak sekali tanggungan yang dibutuhkan di luar BPJS, seperti biaya transportasi itu," ungkap Ulil Amri.
Dijelaskan Ulil, untuk biaya ongkos sewa mobil Riska untuk datang berobat ke Pekanbaru saja sebesar Rp700 ribu. Ini merupakan tanggungan pribadi yang dirasakan sangat berat bagi keluarga sederhana Riska saat ini, belum lagi persoalan akomodasi lainnya selama di ibu kota Riau.
"Tujuh ratus ribu itu biaya sewa mobil satu kali datang ke Pekanbaru, dan itupun terkadang harus datang ke RSUD 4 sampai 6 kali per bulan," tuturnya.
Pembiayaan tersebut, menurut Ulil merupakan kendala besar bagi keluarga ini. Sebab sejak menderita tumor ganas di kaki Riska dan menjalani amputasi lalu, telah banyak biaya-biaya yang dikeluarkan demi kesembuhan olahragawan voli asal SMAN 1 Lipat Kain, Kampar tersebut.
Riska Ramadila yang dijadwalkan mesti menjalani proses kemoterapi sebanyak 18 kali ini harus tabah. Sebab proses tersebut dilalui sebulan sekali dan sampai memakan waktu 18 bulan, nyaris genap dua tahun. Hal ini mesti dijalaninya demi kesembuhannya.
Ulil mengakui bahwa ini merupakan cobaan berat yang dilalui pihak keluarga, dirinya berharap ada keajaiban dari Allah SWT untuk kesembuhan Riska yang kondisinya semakin riskan.
"Riska saat ini telah jalankan kemoterapi 9 kali, dan akan dijalankan untuk selanjutnya 9 kali lagi. Itu penjelasan yang terlampir di protokol kemo-nya yang dari dokter di RSPAD Jakarta," jelasnya.
Perlu Bantuan Jangka Panjang
Bagi keluarga Riska, persoalan perobatan tersebut menjadi hal serius yang mesti terus dijalani. Jika tidak, pihak keluarga khawatir dengan kondisi Riska tersebut semakin memburuk.
Namun lagi-lagi, dan tentunya, persoalan dana menjadi hal utama. Selama ini, keluarga sempat dibantu dari Yayasan Bakrie Amanah selama berada di Jakarta selama 8 bulan. Saat itu, biaya kebutuhan tempat tinggal dan makan minum masih bagi Riska dan keluarga yang mendampingi menjadi tanggungan yayasan yang didirikan Aburizal Bakrie tersebut.
Namun setelah kepulangan ke Riau awal November, keluarga mesti putar kepala untuk memikirkan biaya-biaya yang tentunya tidak sedikit untuk akomodasi selama perobatan di Pekanbaru tersebut.
"Dulu selama berobat 8 bulan di Jakarta ada pihak dari Yayasan Bakrie Amanah yang memberikan biaya tempat tinggal dan biaya operasionalnya yang rutin, dan sekarang ini Riska telah pulang ke Riau, sehingga pihak yayasan itu kini hanya bisa untuk berikan bantuan untuk transportasi berobat Riska Rp350 ribu yang dihitung 2 kali dalam sebulan berobat," ujarnya.
Pun demikian, pihak keluarga mengaku sangat bersyukur masih ada kepedulian dari pihak luar. Ulil berharap, uluran tangan pemerintah dan dermawan di negeri Lancang Kuning bisa memberikan ketenangan hati bagi keluarga Riska yang sedang dirundung pilu nyaris satu tahun sejak Januari 2020 ini.
"Kami berharap dari pihak Bupati Kampar Pak Catur Sugeng, pihak Gubernur Riau ada perhatian jangka panjangnya pada anak kita si Riska ini," ujarnya pilu.
Jika tidak, keluarga khawatir kondisi kesehatan Riska akan semakin menurun. Sebab saat ini saja, gadis belia tersebut harus menahan sakit dan jenuhnya perobatan yang tidak sebentar.(gem)