CUMA BISA SELAMATKAN NYAWA DAN PAKAIAN DI BADAN

Dari Kebakaran 41 Bangunan di Pasar Kuok, Kabupaten Kampar

Feature | Sabtu, 23 Januari 2021 - 08:38 WIB

Dari Kebakaran 41 Bangunan di Pasar Kuok, Kabupaten Kampar
Sejumlah pemilik bangunan yang terbakar di Pasar Kuok, Kabupaten Kampar hanya bisa melihat puing-puing sisa kebakaran, Jumat (22/1/2021).(HENDRAWAN KARIMAN/RIAUPOS.CO)

Pasar Kuok, Kabupaten Kampar, mengalami kebakaran hebat pada Jumat (22/1). Sebanyak 41 unit bangunan yang terdiRri dari rumah tinggal, kios dan gudang hangus terbakar. Yang hanya bisa diselamatkan nyawa dan pakaian di badan.

Laporan HENDRAWAN KARIMAN, Bangkinang


AWALNYA sekitar pukul 04.55 WIB api hanya melalap satu blok bangunan yang terdiri dari 30 unit. Namun kondisi berangin di tepi Sungai Kampar itu menyebabkan api menjalar dengan cepat ke blok yang berada di seberangnya. Alhasil 11 unit bangunan permanen pun ikut hangus.

Menjelang mobil pemadam kebakaran (damkar) tiba dari Bangkinang, 30 unit bangunan yang lebih dulu dilalap api sudah hampir rata jadi abu. Damkar hanya bisa mencegah si jago merah merembet ke blok ketiga, komplek ruko paling depan yang menghadap ke jalan di Pasar Kuok itu. Kabar baiknya, tidak ada korban jiwa atau korban luka bakar. Namun total kerugian secara keseluruhan mencapai miliaran rupiah.

Hingga pukul 13.00 WIB siang, masih terlihat sisa-sisa kepulan asap. Sebanyak 30 unit bangunan, yang merupakan satu blok pasar yang paling dekat dengan tepian sungai, hanya menyisakan puing dan arang perkakas yang terbakar. Warga hanya bisa melihat nanar debu dan arang hitam yang menumpuk di antara rongsokan sisa-sisa bakaran api.

Kerangka besi sepeda motor, mesin jahit dan sejumlah peralatan besi lainnya dibiarkan tergeletak di lokasi. Bahkan di salah satu unit rumah ada 6 unit bangkai sepeda motor. Menurut sejumlah penghuni bangunan yang jadi korban, mereka hampir tidak sempat menyelamatkan apapun, kecuali nyawa dan pakain di badan.

"Saya termenung beberapa menit setelah selamatkan anak istri. Dua sepeda motor parkir di luar sampai lupa saya larikan. Yang membuat saya "sadar", ketika saya teringat sepeda motor yang masih belum lunas cicilan parkir di dalam rumah. Saya langsung berlari masuk, tapi dalam rumah sudah penuh asap hitam. Sudah saya pegang motor itu, tapi pintu roboh menimpa bahu saya. Ya, terpaksa saya pasrahkan juga itu," cerita Jasri lirih.

Jasri merupakan satu dari beberapa kepala keluarga yang hanya bisa menyelamatkan anggota keluarga dan pakaian yang melekat di badan. Menurut Jasri, dirinya linglung karena terkejut ada teriakan kebakaran. Yang dia ingat saat kalangkabut itu hanyalah anak-anaknya, hingga dirinya menarik keluar tiga anaknya dari dalam rumah.

"Harta benda tidak ada yang selamat, cuma bisa selamatkan nyawa dan pakaian melekat di badan. 6 buah sepeda motor, uang tunai Rp18 juta hasil simpanan panen ikan selama satu tahun, 15 sak pelet ikan dan semua peralatan rumah tangga dan pakaian, habis semua," kata Jasri.

Kebakaran ini benar-benar membuat Jasri jatuh miskin dalam satu malam. Hanya yang tersisa, berdasarkan pengakuannya kepada wartawan, dua keramba ikan dan isinya yang ada di sungai Kampar. Bahkan pelet untuk makan ikan ikut hangus. Ikan-ikannya, bahkan dirinya dan anak-anaknya sendiri terancam tak makan.

"Kami semua memang benar-benar perlu uluran tangan pemerintah. Kami tidak tahu apa yang harus dibuat lagi. Tempat berteduh pun kami tak punya lagi," kata Jasri yang diamini warga lainnya yang ikut jadi korban.

Nasib tidak jauh berbeda juga dialami Zulherman, kepala keluarga lainnya yang menjadi korban kebakaran. Buruh kebersihan Pasar Kuok ini menceritakan apa yang dia ingat ketika kebakaran subuh hari itu. Zulherman mengingat-ingat, dirinya sakit kepala pada malam hari sebelumnya hingga tertidur lelap. Dirinya tersadar ketika dibangunkan istri.

"Begitu bangun saya langsung larikan anak keluar. Api sudah besar, kalau lambat saja beberapa menit entahlah. Tidak benda yang bisa diselamatkan, hidup kami susah.  Handphone anak juga ikut terbakar, padahal saya beli berutang. Belinya terpaksa pula karena kemarin harus sekolah daring. Kami sangat perlu bantuan pemerintah, setidaknya tempat berteduh. Kami kini mengungsi," kata Zulherman.  



Sementara itu Ahmad, korban kebakaran masih dari blok yang sama, harus pasrah seluruh peralatan usahanya jadi abu. Sementara harta benda lain sepeti 5 buah kulkas untuk usaha, 1 sepeda motor, 1 Tv, 4 mesin jahit untuk usaha, semua habis. Kini Ahmad dan istri tidak punya usaha apa-apa lagi. Untuk memulai dari nol pun dirinya susah. Ahmad masih teringat ketika kejadian terbakar subuh itu.

"Saya terbangun karena ada yang teriak kebakaran. Saya sempat linglung karena bangun-bangun loteng rumah sudah memerah. Saat itu saya hanya terkenang anak dan bini. Sekejap mata api sudah besar, sesudah bini saya tarik keluar, saya selamatkan anak dan mertua. Ketika saya ingin mengambil sepeda motor, api sudah besar, rumah sudah penuh asap. Kayu dan atap dari loteng sudah beruntuhan, bara-bara api berguguran. Sudah, tidak ada lagi, habis semua," ungkap Ahmad pasrah.

Bila kebanyakan cerita korban adalah cerita sedih dan patah hati, korban lainnya bernama Andrison terlihat lebih tegas. Andrison mengaku dirinya juga mengalami kerugian tidak kalah banyak dari warga lainnya. Namun dirinya sudah punya firasat tidak baik melihat kondisi bangunan yang sudah tidak layak.

"Sebenarnya rumah-rumah ini adalah rumah tak layak huni. Semuanya terbuat dari kayu dan sudah tua. Sekarang kami hanya bisa menunggu bantuan pemerintah dan uluran tangan para dermawan. Tidak ada lagi yang kami punya, rata-rata hanya bisa menyelamatkan pakaian sehelai di badan," ujarnya.

Adrison sendiri sedikit lebih beruntung dari para tetangganya, karena dirinya berhasil menyelamatkan pakaian sang anak.

Terpisah, Kepala BPBD Kampar Afrudin Amga mengatakan, dugaan awal penyebab kebakaran adalah arus pendek listrik menjadi pemicu kebakaran. Hal ini memicu kebakaran hebat karena kondisi bangunan yang sudah tua dan kebanyakan terbuat dari kayu yang sudah mulai melapuk.

"Itu yang terbakar kebanyakan adalah bangunan tua yang sudah lapuk, maka memang cepat terbakar. Dari catatan kami saat ini, ada 16 kepala keluarga yang kehilangan tempat tinggal. Untuk sementara ini, kami sudah menyiapkan tenda. Kami sudah siap untuk membangun dapur umum untuk warga yang mengungsi, sekarang menunggu koodinasi dengan pemerintahan desa setempat," kata Amga.

Terkait bantuan yang dipersiapkan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kampar untuk para korban kebakaran, Amga menyebutkan sejumlah satker masih perlu koordinasi. Terutama bila harus membangun kembali rumah, toko maupun gudang yang terbakar di pasar yang dibelah Jalan Lintas Riau-Sumatera Barat tersebut.***

 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook