Kunni adalah sutradara teater perempuan pertama di Riau dengan judul naskah “Sri Karma” (2000) yang ditulisnya sendiri dan dipentaskan di teater Arena (sekarang menara Bank Riau Kepri. Ia juga menyutradari naskah teater judul “Abu” (2000), naskah teater judul “Peri Bunian” (teater bangsawan) di Anjung Seni Idrus Tintin (Juli, 2012), Institut Kesenian Jakarta (IKJ) (Oktober, 2012), seleksi FTI wilayah Sumbagut, Medan (Oktober, 2012), festival teater nasional (FTI) Jakarta (November, 2012) mewakili Sumbagut. Kemudian menyutradarai naskah teater berjudul Sengketa Cinta (2013)/teater bangsawan di Kabupaten Siak, Pekanbaru, Dumai dan Padang. Menyutradarai naskah teater berjudul Jalang (2014) di Anjung Seni Idrus Tintin, menyutradarai teater berjudul Menanti Purnama di Senapelan (2014)/teater tradisi di Taman Budaya Riau, menyutradari naskah Nur Bakau (2016), menyutradari naskah Kunci (2017), menyutradai teatrikal puisi dari karyanya sendiri berjudul Raung Cipang (2018), dan beberapa lainnya.
Bersama Komunitas Seni Rumah Sunting (KSRS) yang didirikannya, Kunni banyak melaksanakan kegiatan sastra, baik bertaraf internasional mau pun lokal. Di antaranya, perayaan Hari Puisi Indonesia (HPI) di Riau setiap tahun yang dihadiri penyair Indonesia dan ASEAN (2015-2018), melaksanakan kegiatan literasi puisi di desa pedalaman di Riau seperti Literasi Puisi Konservasi kerjasama dengan WWF Indonesia (2018-2019), program Kenduri Puisi yang dilaksanakan dua bulan sekali sejak 2016-sekarang, Bengkel Puisi, diskusi, penerbitan buku antologi puisi, dan lainnya. Selain aktif di dunia seni sastra, sehari-hari Kunni adalah seorang jurnalis di Harian Riau Pos.
"Banyak cara berjuang baik untuk mengharumkan negeri maupun memberi sesuatu yang lebih berarti bagi masyarakat banyak, sastra, seni dan puisi juga jalan itu. Tidak bisa sendiri. Tanpa dukungan orang-orang hebat di belakang saya, perjalanan panjang di dunia sastra dan seni ini tidak mungkin saya lewati dan akan terus saya jalani," kata Kunni.
Sosok Kuni di dunia seni (sastra, teater dll) dan budaya tidak asing lagi. Ia dikenal ramah, santun dan pandai bergaul. Pada yang muda ia sebaya, pada yang lebih tua, ia pandai membawa diri. Pertemuan berbagai kegiatan sastra di berbagai wilayah di Indonesia dan mancanegara membuat Kunni makin dikenal. "Saya melihat sosok Kunni perempuan Melayu, anak kelahiran Riau, bukan sebagai perempuan biasa. Saya melihatnya, sebagai sesuatu yang akan memberi dampak positif bagi Indonesia, khususnya Riau," kata Presiden Penyair Indonesia, Datuk Seria Pujangga Utama Sutardji Calzoum Bachri. Ungkapan ini juga disampaikan Sutardji saat membackan puisi yang ditulisnya khusus untuk Kunni saat pertemuan sastra di Bintan, akhir bulan November lalu.***