MERANGKAI EKONOMI SUMATERA MELALUI JTTS

Katalis Raksasa di Sabuk Sutera

Feature | Kamis, 30 Juli 2020 - 02:34 WIB

Katalis Raksasa di Sabuk Sutera
Foto drone simpang susun Bathin Solapan di ruas tol Pekanbaru-Dumai yang diambil pertengahan Juli 2020 kemarin.(DEFIZAL/RIAUPOS.CO)

Menjadi Katalis Ekonomi Terbesar di Sumatera

Tokoh masyarakat yang juga budayawan Riau Prof Yusmar Yusuf mengungkapkan, keberadaan jalan tol di Riau sangat penting. Dengan adanya jalan tol tersebut  Riau masuk dalam rezim Asian Highway sebagai trase utama. 


‘’Bukan pendukung. Artinya, semua provinsi yang dilewati garis utama (mainroad highway) ini adalah kelengkapan utama ekonomi Asia yang disejalankan dengan  tema besar Sabuk Sutera dari tanah besar Asia sampai Cina,’’ ujarnya. 

Selain itu, tambah Yusmar lagi tol yang melintasi Riau sekitar 400 Km di dalam Riau dan posisi Pekanbaru berada di persimpangan empat laluan Asia itu, akan secara otomatis menjadi katalis ekonomi terbesar di Sumatera.  

Disebutkannya, secara sosial budaya  mempercepat gerak silaturahmi dalam membangun Riau sebagai identitas budaya modern. Menggenapi keberadaan highway plus di Semenanjung yang posisinya paralel dan sejajar.

Tol (highway) adalah bagian dari ekspresi modernitas yang di sepanjang jalan itu akan menjadi pemasukan ekonomi kreatif dan instalatif secara nasional. ‘’Misalnya pemasangan iklan-iklan promosi produk dunia dan lokal. Ini hrs dimanfaatkan oleh Riau secara lebih progresif dan produktif (terutama badan pendapatan daerah),’’ sebutnya.

Tol juga menjadi media pembelajaran tentang keselamatan berlalu lintas bagi warga Riau sebagaimana hal ini telah menjadi literasi dunia maju secara luas seperti di Eropa, Amerika, Daratan Cina, Jepang, Malaysia dan Singapura. 

‘’Mau tak mau Riau harus memanfaatkan media ini sebagai ‘jalan literasi’ tentang menghargai waktu, menghargai orang dan keberadaan kultural,’’ tambahnya.

Yusmar juga memandang, keberadaan jalan tol di sumatera  juga akan  menggerakkan ekonomi skala besar (Asia dan dunia). Selain itu tentu ekonomi lokal (UMKM) di pusat-pusat  rest area. Di sini akan terjadi pergerakan ekonomi yang harus diproteksi bagi masyarakat  lokal. Buah tangan, oleh-oleh lokal, pengisian bahan bakar (SPBU).

Sebenarnya di beberapa titik rest area bisa dibangun semacam pusat seni dan penampilan budaya pada waktu tertentu dengan tema-tema khusus. Terutama untuk melayani gerak perjalanan jauh Aceh ke Lampung atau sebaliknya. Sehingga trase Tol di Riau lebih tampil sebagai panggung budaya yang meggerakkan ekonomi tempatan.

Lalu lintas produk sawit, tambang, yang bergerak utara selatan, timur barat akan memanfaatkan keunggulan pelabuhan Dumai. Selain itu juga akan menggerakkan beberapa airport strategis di Riau seperti Pekanbaru dan Dumai. 

‘’Maka antisipasi pembangunan airport baru Pekanbaru dialihkan ke arah Gasib Siak atau arah Kandis atau Langgam di Pelalawan adalah sebuah respon strategis dan cerdik,’’ sebutnya.

Dan sepanjang trase tol itu akan muncul pusat-pusat  pertumbuhan baru (kota-kota baru, red)  baik teknopolitan, agropolitan, aerocity, maka respon Riau ke depan selekasnya memekarkan Duri, Kandis, Baganbatu, Perawang, Airmolek dan Seberida sebagai kota-kota otonom.

Mengenai rest area (kawasan rehat) sepanjang Jalan Tol Pekanbaru-Dumai, Pekanbaru-Padang dan Pekanbaru-Jambi bukan semata tempat rehat (makan dan minum, mengaso), akan tetapi juga tempat peredaran uang dan ekonomi. 

‘’Makanya harus ada paling tidak di trase menuju Sumbar sebelah Riau ada dua di sisi kiri  dan kawasan ini otomatis tempat SPBU,’’ katanya. 

Kalau tidak, nanti orang-orang mengarah ke Sumbar sengaja mengosongkan tanki mobilnya dan mengisi di SPBU di bagian rest area Sumbar. ‘’Ihwal ini diterapkan secara ketat oleh Singapura. Semua kenderaan yang mengarah ke Johor (Semenanjung)  harus berstatus full tank. Tak boleh mengisi bahan bakar minyak (BBM) di Semenanjung,’’ ujarnya.

Yusmar menyarankan agar memperbanyak interchange di Riau untuk akses ke pusat-pusat  wisata sejarah, alam dan keunggulan lokal lainnya. Misalnya ke arah Muara Takus. ’’Interchange jangan hanya satu di Bangkinang. Sementara ada 10 pintu tol di Sumbar. Ini sungguh ironis,’’ katanya.

Selain itu, pintu atau gerbang tol di Riau dirancang dengan kesan lokalitas Melayu dengan kekuatan ornamen Melayu sehingga ketika orang melintas dan orang akan tau "kita tengah berada di tanah Melayu bertuah".

Rest area dirancang dengan nuansa lokal dan mengutamakan kekuatan ekonomi dan produk-produk  lokal. Termasuk jadi etalase cenderamata Riau, tampilan kehidupan budaya Riau yang dinamis. ‘’Terutama yang dilintasi kawasan ladang minyak Duri, Rokan, Kandis hingga Minas bisa diadakan semacam museum mini tentang sejarah perburuan minyak oleh Amerika sampai kini,’’ ujarnya.

Yusmar juga menyarankan, untuk kartu e-toll khusus Riau dirancang menggunakan ornamen Melayu yang ditempel pada  kartu itu berdasarkan serie dan atau skala lainnya, ini semua khusus untuk diperjual belikan di gerai-gerai  Riau.

Ornamen lokal itu bisa pula dipasang pada lima overpass pelintasan gajah pada trase Tol Permai. Bisa dibikin di median jalan Tol (posisi tengah atau pulau jalan). Bisa dlm bentuk skets atau animasi gajah dn hidupan liar lainnya (wild life).

Hanya 1,5 Jam

Kini, hamparan jalan lurus nan elok itu sudah membentang dari Kota Pekanbaru ke Kota Dumai. Jika telah dioperasionalkan, masyarakat dan pelabor (investor,red) tidak lagi menghabiskan waktunya di jalan untuk satu urusan apakah dari Kota Dumai ke Pekanbaru sebagai ibukota provinsi Riau maupun sebaliknya. 

Dengan adanya jalan tol tersebut jarak ditempuh menjadi lebih pendek dan singkat. Jika sebelumnya diperlukan waktu hingga 5-6 jam, sekarang jarak tempuh hanya lebih kurang 1,5 jam saja. Cukup efisien dan menguntungkan dari segi waktu dan anggaran yang harus dikeluarkan. Ini patut disyukuri masyarakat Riau dan investor.

Pada Sabtu (4/7) kemaren Gubernur Riau Drs H Syamsuar MSi bersama forkopimda Riau langsung meninjau sekaligus mencoba jalan tol yang rencananya akan diresmikan  dalam waktu dekat ini. 

Dari catatan Riau Pos, rombongan berangkat dari gerbang tol Pekanbaru pukul 09:30 WIB dan sudah tiba di gerbang tol Dumai sekitar pukul 11:00 WIB. Dalam perjalanan, rata-rata kecepatan kendaraan 100 kilometer per jam.

Gubernur Syamsuar mengatakan, berdasarkan laporan yang diterima pihak dari PT Hutama Karya (HK), hingga saat ini progres pembangunan jalan tol Pekanbaru-Dumai ini sudah mencapai 99 persen. Untuk itu, pihaknya ingin mengetahui secara persis jalan tol tersebut.

"Dari pengamatan kami, jalan tol Pekanbaru-Dumai ini memang sudah hampir selesai. Hanya tinggal ada pengerjaan sedikit-sedikit saja," kata gubernur.

Dengan kondisi tersebut, pihaknya berharap Presiden RI Joko Widodo akan datang langsung ke Riau guna meresmikan jalan tol tersebut. Untuk itu, sebelum presiden datang pihaknya terlebih dahulu mengecek kondisi tol. "Aneh rasanya nanti jika pak Presiden jadi datang, tapi kami belum mengecek kondisi tol ini dari Pekanbaru sampai Dumai. Apalagi beliau itu sering bertanya, nanti bingung kami menjawab kalau belum melihat langsung kondisi tol ini," sebutnya.

Perlintasan Satwa

Dalam kesempatan tersebut, Gubri juga menyebut bahwa jalan tol Pekanbaru-Dumai ini memiliki lintasan gajah (satwa). Lintasan tersebut  di jalan tol tersebut hanya ada dua dunia, dan satunya ada di Indonesia yakni provinsi Riau.

"Tentunya hal ini harus kita apresiasi, di mana pemerintah kita punya kepedulian terhadap satwa liar yang dilindungi di Riau," ujarnya. 

Ada lima terowongan yang khusus diperuntukkan bagi perlintasan gajah di kawasan tersebut, dan sebagai upaya konservasi. Dengan begitu, ruas Pekanbaru-Dumai tidak akan mengganggu habitat gajah sumatera maupun satwa yang dilindungi lainnya. 

Nantinya, terowongan gajah akan ada di ruas tol Pekanbaru-Dumai di seksi IV dan V, dan diperkirakan underpass tol Trans Sumetera tersebut dapat dilintasi hingga 100 ekor gajah, sehingga keberadaan jalan tol seminim mungkin tidak mengganggu habitat gajah.

PT HK sendiri sebagai Badan Usaja Jalan Tol (BUJT) Trans Sumatera sudah melakukan koordinasi dengan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau serta sejumlah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dibidang konservasi hewan.

Menghormati Etika Kemakhlukan

Terkait adanya perlintasan gajah ini, Prof Yusmar Yusuf menyebut, overpass untuk pelintasan gajah adalah sebuah terobosan eco-friendly  yang konservatif cerdas. 

Ada lima pelintasan overpass untuk gajah dan harimau. Semuanya itu demi menghormati etika kemakhlukan bahwa manusia bisa hidup bersama (co-habitation) dalam ruang yang sama secara produktif dan memuliakan. 

Namun, sebut Yusmar lagi perlu diingat bahwa kemauan ini harus diikuti dengan literasi kesadaran kepada stakeholder perkebunan dan BKSDA Riau untuk tidak merusak habitat utama gajah dan harimau berupa hutan rimba dan kawasan paya. 

‘’Kalau ini tak diindahkan, maka overpass pelintasan gajah ini tak lebih dari monumen sekaligus ‘tonggak-tonggak ketololan’  kita mengenai ekologi dan etika kemakhlukan. Tak lebih dari sebuah parodi di sepanjang lintas Tol Permai itu. Sebuah idiom Permai yang tak memihak bagi ‘kehidupan liar’ (wild life),’’ tuturnya.***









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook