KISAH RAHMADI DAN RIDWAN, PENERIMA BANTUAN CSR PERTAMINA UP II SUNGAI PAKNING

Tak Lagi Memantik Api

Feature | Jumat, 29 Oktober 2021 - 10:55 WIB

Tak Lagi Memantik Api
Ketua Kelompok Madu BienenRahmadi saat mengambil madu ternak lebah milik Ridwan di Desa Tanjung Leban beberapa waktu lalu. Kelompok peternak madu ini mendapat pembinaan dan bantuan dari PT Pertamina UP II Sungai Paking. (GEMA SETARA RIAUPOS.CO)

Berhenti Berburu Madu

Tahun 2018, tambah Rahmadi, dia bersama kelompoknya berhenti melakukan pencarian madu di hutan. Rahmadi dan lima kawannya melakukan ikhtiar lain, namun tetap berkaitan dengan madu lebah. Di bawah binaan dan bimbingan PT Pertamina RU II Sungai Pakning, Rahmadi bersama kawan-kawannya mulai merintis beternak madu lebah yang ramah lingkungan.


‘’Mengapa berhenti, ketika itu lebah banyak lari karena karhutla, kemudian masyarakat yang mencari madu pun sudah mulai ramai, sementara  lebah sudah pergi, karenanya kami berenam berpikir lebih baik mengalah dan berusaha mencari ikhtiar lain. Sejak itu, kami tak lagi memantik api di dalam hutan, apakah itu untuk menyalakan rokok atau pun untuk hal lain,’’ ujarnya.

Dorongan dan support dari Pertamina agar Rahmadi dan kawan-kawan tidak lagi berburu madu ke hutan dan mendorong mereka untuk berternak lebah, mereka sambut dengan baik. ‘’Kami beranggapan, kalau madu lebah itu bisa kita panen dari halaman rumah sendiri, mengapa harus masuk ke hutan dan harus berhadapan dengan segala macam risiko yang membahayakan,’’ ujarnya.

Setahun setelah itu, kata Rahmadi lagi, tepatnya tahun 2019 mereka membentuk kelompok yang disebut Kelompok Madu Biene dan mendapat bantuan dari PT Pertamina. ‘’Bantuan yang kami dapatkan berupa pelatihan, bantuan kotak budidaya dan peralatan penunjang budidaya lebah serta perizinan produk,’’ ujarnya.

Ditambahkannya, iktiar usaha yang mereka jalan dengan beternak lebah madu ramah lingkungan ini awalnya mendapat pandangan negatif dari masyarakat tempatan. Banyak dari masyarakat setempat yang menyebut ikhtiar mereka tidak akan berhasil.

‘’Kalau tantangan dan aral itu banyak bang. Awal-awal kami beternak madu lebah ini banyak yang mencomooh. Mereka mengatakan masak lebah di ternak, dan mereka katakan tidak akan berhasil. Namun, pandangan negatif masyarakat itu tidak kami pedulikan, kami anggap itu sebagai motivasi untuk berbuat lebih baik,’’ ujarnya.

Waktu berlalu, tahun berganti, sebut Rahmadi lagi, usaha yang mereka rintis dengan binaan dari PT Pertamina mulai menunjukkan hasil yang menggembirakan. Pandangan masyarakat yang awalnya negatif akhirnya berubah menjadi positif dan masyarakat pun banyak yang meniru usaha yang mereka jalankan.

‘’Sekarang masyarakat di desa ini sudah banyak yang beternak lebah, bahkan ada yang memiliki kotak lebah lebih banyak dari kami. Kami juga membina dan memberikan edukasi kepada masyarakat yang beternak madu lebah di desa ini dan sejumlah desa lainnya,’’ tuturnya.

Sebelum pandemi Covid-19, madu produksi Kelompok Madu Biene ini sudah pernah dikirim ke luar negeri seperti Malaysia dan Jepang. ‘’Tetapi  sifatnya bukan ekspor, kami titipkan ke turis yang datang untuk mencoba pemasaran di sana. Alhmdulillah tanggapannya bagus, hanya saja terkendala dengan pandemi ini, sehingga kami tak bisa lagi mengirim ke luar negeri,’’ ujarnya.

 Sekarang, Kelompok Madu Biene memiliki lebah cerana 200 kotak, lebah mellifera 20 kotak. ‘’Untuk produk awalnya kami susah pada pemasaran. Karena harganya  relatif tinggi, artinya madu yang kami produksi ini untuk kelas menengah ke atas. Alhamdulillah berkat kolaborasi dengan PT Pertamina pemasaran produk madu kami berjalan dengan baik,’’ ujarnya.

 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook