BERSAMA KITA KUAT BERSATU KITA BANGKIT MENUJU INDONESIA EMAS 2045

Dengar Suara Rakyat, Indonesia Perlu Supertim Bukan Superman

Feature | Sabtu, 28 Agustus 2021 - 13:41 WIB

Dengar Suara Rakyat, Indonesia Perlu Supertim Bukan Superman
Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono dan istri Annisa mengikuti Upacara Kemerdekaan Ke-76 Republik Indonesia yang dipimpin Presiden RI Ir Joko Widodo secara virtual, Selasa (17/8/2021). (INSTAGRAM)

Artinya, lanjut Ronny, jika nanti di kuartal III dan IV raihan angka pertumbuhan (YoY) sebut saja misalnya kembali ke 5 persen, secara agregat pertumbuhan ekonomi tahun ini hanya akan mencatatkan angka sekitar 4 persen (-0,74 + 7,07 + 5 + 5 dibagi 4) alias masih tekor dibanding raihan pertumbuhan agregat di tahun 2019.

Pertanyaannya, mengapa hanya mematok proyeksi 5 persen untuk dua kuartal ke depan? Karena probabilitas untuk kembali mencatatkan angka pertumbuhan lebih dari 7 persen di kuartal selanjutnya sangat kecil, bahkan mungkin tidak ada. Pertama, karena minus di kuartal III dan IV 2020 lebih kecil dari kuartal II tahun lalu. Artinya, basis angka pembandingnya semakin besar karena minusnya mengecil.


Kedua, jika ditarik dari angka kuartal II tahun ini yang 7,07 persen year-on-year, akan jauh lebih sulit lagi karena sudah tumbuh 7 persen sehingga agregat pembandingnya justru semakin mempersulit raihan yang lebih besar dari raihan sebelumnya.
dmkrt
Ketua DPD Demokrat Riau H Asri Auzar, SH, MSi meninjau dan membantu korban bencana di Kabupaten Kuansing pada April 2021 lalu.(FACEBOOK)

Badut Pun Terdampak Pandemi
Di beberapa persimpangan yang ada lampu merah di Kota Pekanbaru, Ibukota Provinsi Riau. Badut-badut dengan kostum Doraemon, Hello Kitty, hingga Superhero tampak berjoget mengikuti iringan musik dari pemutar lagu yang digantung di leher.

Kemacetan dan antrian panjang kendaraan di beberapa ruas jalan, karena adanya penyekatan di masa pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) Level 4 berjilid-jilid, dimanfaatkan benar oleh badut untuk meraup receh dari karton kecil yang disodorkan ke kendaraan yang melintas. Seribu, dua ribu hingga belasan ribu dan cukup untuk makan siang di teriknya 33 derjat cuaca Kota Madani ini.

"Lumayanlah bang, cukup makan. Dan bisa sewa kostum bulanan," kata seorang badut berkonstum Dora di Simpang SKA Pekanbaru, yang hanya ingin dipanggil Jon.

Jon, adalah korban pandemi Covid-19. Bisa disebut demikian olehnya. Sebelumnya, ia baru saja tiba di Kota Bertuah, merantau dari kampung halaman. Dan mendapat pekerjaan sebagai penjaga toko di salah satu pusat perbelanjaan.

Akibat kebijakan pembatasan yang diberlakukan. Toko pun harus tutup lebih cepat dari biasa. Pembeli juga sudah jarang belanja, hingga berbulan-bulan lamanya. Ia bersama beberapa rekannya harus menelan pil pahit. Sebab, sang majikan dengan berat menutup sementara toko dan berbisnis lain untuk menyambung hidup.

"Beberapa kawan lain yang punya kendaraan (roda dua) daftar ojek online. Saya belum sempat kredit motor, jadi cari yang halal dengan begini (jadi badut) saja," akunya sembari menawarkan roti kepada Riaupos saat berbincang di lorong bawah Fly Over Soekarno Hatta.

Bagi Jon, mendapatkan tips dengan menghibur pengendara yang bermacet-macetan cukup untuk membunuh lapar saban hari. Sudah lebih dari cukup. Tak muluk-muluk baginya hidup. Karena ada asa ketika pulang kampung kelak, dengan kehidupan yang lebih laik. Tentunya dengan tetap berjuang di perantauan.

Dalam perbincangan, di sisi kiri Jon, tampak ada bungkusan berwarna biru. Terselip dari topeng badutnya, bertuliskan Partai Demokrat. Ia pun bercerita, baru diantar rekan kontrakannya yang seorang tukang ojek, setelah namanya didaftarkan pihak RT di tempat tinggalnya sebagai penerima bantuan.

"Katanya ada bagi-bagi sembako dari Partai Demokrat tadi bang. Karena dibatasi dan saya disini, jadi dititip teman. Lumayan sangat membantu sekarang ini kalau ada yang beri bantuan memang, kalau bisa sering," tawanya senang meskipun keringat terus mengucur.

Di masa pandemi, tentunya Jon tidak sendiri mengais rezeki dengan beragam cara dan usaha yang dilakukan. Ada banyak lagi. Jon pun tak pernah peduli dengan angka 5,13 persen pertumbuhan ekonomi Riau atau 7,07 persen angka pertumbuhan ekonomi nasional.

Serupa ratusan warga di Jalan Nelayan, Rumbai. Yang berharap seluruh warganya mendapatkan bantuan dalam bakti sosial Partai Demokrat pada puncak hari jadi dua dekade 9 September mendatang.

Tokoh Masyarakat di wilayah tersebut, Jasman mengaku senang dihubungi DPD I Demokrat Provinsi Riau, bahwa akan ada bantuan bagi warganya pada ulang tahun partai tersebut. Menurutnya, bukan saja warga di Jalan Nelayan, Rumbai yang terdampak karena pandemi Covid-19 ini.

"Karenanya ketika dihubungi bahwa warga kami akan mendapatkan bantuan. Saya usulkan dapat semua warga, ada 350. Dan semua warga disini juga terkena dampak covid," kata Jasman.

Pidato Kebangsaan AHY Koalisi Rakyat
Mengenai bantuan kepada warga terdampak pandemi, memang menjadi atensi Partai Demokrat. Bahkan hal ini sudah menjadi instruksi Ketua Partainya, Agus Harimurti Yudhoyono sejak triwulan II 2020 lalu. Hal ini juga kembali disinggung AHY dalam pidato kebangsaan yang disampaikan pada perayaan ulang tahun emas CSIS Indonesia.

AHY, dengan gamblang, selama hampir 1 jam berpidato dalam kesempatan tersebut, dengan judul Daya Tahan dan Daya Saing Bangsa Menuju Indonesia Emas 2045. Diungkapkannya, tidak sedikit yang meninggal karena kekurangan ventilator dan menunggu ruangan di parkiran rumah sakit selama pandemi di tanah air.

Komitmennya, tidak boleh ada kematian karena kekurangan oksigen dan obat-obatan. Karena yang terjadi adalah sebuah tragedi kemanusiaan dan drama sosial di abad 21 yang telah merusak tatanan sosial dunia. "Sejak covid masuk Indonesia, kita tak pernah menyalahkan negara. Namun, setelah berjalan 1,5 tahun, kita berharap kepada pemimpin di pusat, daerah, agar lebih efektif dan progresif mengendalikan penyebarannya," kata AHY dikutip dari pidato yang disampaikan 23 Agustus 2021 tersebut.

Menurut AHY, dalam upaya pemerintah bersama parlemen merefokusing APBN, pihaknya memahami, ujian ini bukan tanggungjawab pemerintah saja, namun seluruh warga negara dan elemen bangsa sudah sepatutnya mendukung dalam berkontribusi menjadi solusi terbaik.

"Karenanya, kami partai demokrat walaupun tidak dalam pemerintahan langsung, kami membantu masyarakat langsung yang tetap melaksanakan action speaks louder than words (aksi lebih lantang dari pada kata-kata) sejak awal-awal pandemi, kami mencanangkan gerakan nasional Partai Demokrat melawan korona. Membagikan APD masker, hand sanitizer dan lainnya, yang saat itu (awal pandemi,red) masih langka dan mahal dicari," bebernya.

Bahkan, jelang bulan ramadan 2020, ketika itu partai yang dipimpinnya mencanangkan peduli dan berbagi. Kelompok masyarakat yang kehidupannya sangat sulit akibat PSBB ketika itu, memberikan bantuan langsung tunai dan membantu pelaku UMKM akibat lesunya daya beli masyarakat, menyediakan wifi gratis untuk pendidikan di sentra pelajar hingga ke kampung-kampung, bagi mereka yang tidak memiliki jaringan yang baik.

Kemudian, jelasnya, gerakan nasional dilanjutkan dalam Bulan Bakti Partai Demokrat, dalam rangka menyambut 20 tahun Demokrat, yang jatuh 9 september 2021. Beberapa kegiatan, memberikan oksigen gratis, memfasilitasi pelaksanaan vaksinasi, bantuan makanan, vitamin dan obatan bagi yang melaksanakan isolasi mandiri, semuanya akan dilaksanakan dengan sukacita kader dan simpatisan. Dari Aceh sampai Papua, secara swadaya dari kader partai secara ikhlas dan turun langsung ke lapangan.

"Walau tak seberapa tapi saya harap bisa meringankan beban sedikit masyarakat kita," sebutnya.

Kemudian, dilanjutkan AHY dalam pidato kebangsaannya, secara paralel, di parlemen dan ruang publik Demokrat juga konsisten memberikan masukan konstruktif berdasarkan fakta di lapangan. Demokrat, tidak akan segan mengapresiasi terhadap kebijakan yang tepat sasaran dan bermanfaat bagi masyarakat. Juga akan tegas dan bersuara lantang terhadap hal tidak tepat apalagi menyimpan bom waktu.

"Contoh, sejak awal, kami tegas mengingatkan agar negara jangan gagal fokus dalam menangani pandemi Covid-19 ini. Antara api dan asap, pandemi covid adalah apinya, tekanan ekonomi adalah asapnya. Jadi, jangan kita habis-habisan menghilangkan asap sementara apinya tetap menyala dan gagal total kita padamkan. Ingat, tidak ada yang lebih berharga dari nyawa, ekonomi bisa dipulihkan bertahap, manusia yang mati tidak bisa dihidupkan kembali," ulasnya.

AHY mengklaim, apa yang diingatkan 1,5 tahun lalu itu, prediksinya nyata. Meski sulit diterima, masih adanya agenda yang dipertahankan selain tidak relevan juga masih ada yang genting. Misalnya ia mencontohkan, alokasi infrastruktur yang lebih besar dari alokasi kesehatan dan tertuang dalam APBN. Kebijakan-kebijakan yang tidak terintegrasi, seperti di pemerintah pusat masih sering terjadi kewenangan overlapping antar lembaga/stakeholder di pusat, daerah dan daerah tingkat 2.









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook