"Ini hasil swab. Mohon maaf Pak Bos positif". Itu tulisan dalam WhatsApp (WA) yang saya terima pada Sabtu,10 Oktober 2020, pagi hari. WA itu berasal dari Anto Badai, karyawan Riau Televisi (RTV) yang betugas di Kabupaten Kampar, Riau.
Catatan: Ahmad Dardiri
PEKANBARU (RIAUPOS.CO) -- Saya tak kaget dengan informasi itu. Biasa saja. Jantung juga berdetak biasa saja. Bukan sebuah informasi yang mengagetkan atau menakutkan.
"Baiknya bagaimana?"Balas saya dalam WA kepada Anto Badai. "Sebaiknya keluarga Abang didaftarkan swab segera. Abang bisa isolasi di puskesmas atau di rumah. Tapi harus ketat karantinanya," itu balasan Anto.
Karena status karyawan, tentu saya lapor ke pimpinan. Saya kirim WA ke pimpinan di Jawa Pos Group, Pak Kris dan Bu Wenny. Saya pun diminta untuk beristirahat. "Banyak-banyak minum air kelapa," pesan Bu Wenny.
Beliau langsung telepon ke saya usai menerima WA. Saya memang sengaja memilih ikut swab. Pertimbangan saya sangat sederhana. Saya bertemu banyak orang. Jika saya ternyata terserang Covid-19 tapi tidak tahu, maka saya bisa menyebarkan ke orang yang saya temui. Bersyukur saya diketahui positif dan langsung memilih karantina mandiri. Setidaknya saya tidak merasa berdosa.
Hari itu juga, saya sampaikan ke pengelola Graha Pena di mana Riau Pos berkantor. Sesuai protap Covid-19, ketika ada karyawan yang positif, kantor harus ditutup 3 hari. Kemudian ruangan disemprot disinfektan. Di grup WA keluarga dan karyawan, saya juga menyampaikan kondisi itu. Saya akan menjalankan karantina mandiri.
Setelah selesai koordinasi untuk pekerjaan, saya pulang. Di rumah, saya sampaikan ke istri bahwa saya positif terinfeksi Covid-19. Langsung istri menangis. Meski tidak bersuara. Cukup lama juga menangis. Tapi akhirnya reda juga. Anak juga saya kasih tahu. Dan satu keluarga tidak boleh keluar rumah.
Beruntung banyak teman yang membantu. Mereka ada yang membelikan vitamin dan obat. Tak kurang juga teman yang memberikan dukungan. Video call sambil olok-olokan. Kemudian, ada juga tetangga yang bersedia membantu. Tetangga membelikan bahan memasak seperti sayuran dan ikan. Sementara untuk bahan lainnya, saya bergantung dengan Indomaret.
Dukungan dan perasaan happy menjadi salah satu kunci penyembuhan pasien Covid-19. Tanpa dukungan dan perasaan serta stres, proses penyembuhan dipastikan akan lama. Stigma negatif kepada pasien Covid-19 harus dihilangkan. Terserang Covid-19 bukanlah aib dan tidak harus dijauhi.
Hari pertama sejak hasil swab positif, rumah langsung tertutup. Keluarga tak ada yang keluar dari lingkungan rumah. Hari itu juga saya dan keluarga mengonsumsi vitamin, susu Mybio untuk menambah imun tubuh. Khusus saya dan istri, minum antibiotik. Apa yang saya konsumsi itu berdasarkan pengalaman pasien yang juga sembuh usai karantina.
Hari kedua, saya sudah mulai menjalankan prosedur penyembuhan. Bangun pagi lanjut olahraga agar berkeringat. Kemudian sekitar pukul 10.00 WIB berjemur di halaman rumah. Kadang berjemur sambil melakukan aktivitas lain seperti membakar ikan atau ayam.
Untuk keluarga, sudah tidak boleh tidur larut malam. Anak tidur terpisah dengan saya. Tapi justru istri yang tidak mau tidur terpisah. Praktis, interaksi dalam keluarga tidak ada perubahan signifikan. Hanya bertambah kegiatan dan pola makan. Setiap hari wajib makan sayur dan buah. Juga minum air kelapa.
Selama menjalani karantina mandiri di rumah, tidak ada kendala berarti. Kondisi kesehatan keluarga tidak memburuk. Hasil swab anak dan istri juga negatif. Sampai selesai proses karantina, dijalani dengan bahagia. Anggap saja memang harus mengistirahatkan badan dan pikiran setelah berbulan-bulan bekerja.(bersambung)
Pesan Redaksi:
Mari bersama-sama melawan Covid-19. Riaupos.co mengajak seluruh pembaca ikut mengampanyekan gerakan 3M Lawan Covid-19 dengan menerapkan protokol kesehatan dalam aktivitas sehari-hari. Ingat pesan Ibu, selalu Memakai masker, Mencuci tangan dan Menjaga jarak serta hindari kerumunan.
#satgascovid19
#ingatpesanibu
#ingatpesanibupakaimasker
#ingatpesanibujagajarak
#ingatpesanibucucitangan
#pakaimasker
#jagajarak
#jagajarakhindarikerumunan
#cucitangan