AHMAD DARWIS, PENYINTAS COVID-19 COMORBID

36 Hari Berjuang, Bosan Jalani Uji Swab

Feature | Senin, 02 November 2020 - 11:13 WIB

36 Hari Berjuang, Bosan Jalani Uji Swab
AHMAD DARWIS

Divonis tertular wabah penyakit coronavirus disease (Covid-19) membuatnya terkejut. Sedih, takut dan risau bercampur aduk. Apalagi dengan penyakit penyerta (comorbid), bapak lima anak ini begitu khawatir akan kesehatan dan keselamatannya. Ia hanya bisa pasrah, saat "terpaksa" menghuni ruang isolasi.

Laporan: LISMAR SUMIRAT, Pekanbaru


JARUM infus tertancap di lengan kanannya. Alat rekam jantung terpasang di bagian dadanya. Wajahnya pucat, ia terbaring lemah di atas tempat tidur. Sabtu (12/9) pukul 22.30 WIB, Ahmad Darwis (68) dilarikan keluarganya ke salah satu rumah sakit swasta di Jalan HR Soebrantas, Panam Pekanbaru.

Sudah lima hari, warga Kampung Buatan II, Kecamatan Koto Gasib, Kabupaten Siak ini menderita demam dan batuk yang tak kunjung sembuh. Ia juga sempat kehilangan nafsu makan dan indra perasanya.

"Izin darah bapak mau kami ambil dulu untuk diperiksa di labor sekaligus bapak rapid test dan rontgen paru," ujar salah seorang perawat IGD RS Awal Bros Panam Pekanbaru.

Tak ada pilihan lain, bapak yang memiliki berat 97 kilogram terpaksa harus mengikuti arahan tenaga medis. Perawat menggunakan alat pelindung diri (APD) menyedot sampel darahnya dan memasukkannya ke dalam botol kecil khusus. Lalu dibawa ke laboratorium di sebelah ruangan IGD. 30 menit kemudian, ia dibawa ke ruang radiologi untuk menjalani rontgen paru.

Ahmad harap-harap cemas menanti hasil rontgen paru dan rapit test. "Hasil rapid test bapak reaktif. Hasil rontgen juga ada bercak-bercak putih. Dikuatirkan bapak tertular Covid-19. Untuk memastikannya, bapak harus kami swab dan akan diisolasi di lantai 7," kata dokter IGD menginformasikan ke Eva, anak Ahmad Darwis.

Ahmad Darwis
Ahmad Darwis saat diizinkan pulang setelah uji swab negatif dari Asrama  Haji Siak, Sabtu (17/10/2020).

Bidan Puskesmas Koto Gasib itu seketika terkejut. Bapaknya diduga terpapar Covid-19 dan diwajibkan untuk menjalani uji swab. Apalagi bapaknya harus dirawat dan diisolasi di ruang khusus yang tidak bisa ditemani anak dan keluarganya. Kabar tidak mengembirakan itu tetap harus disampaikannya kepada bapaknya. Harus perlahan dan penuh kehati-hatian agar orangtuanya itu bisa ikhlas menerima kenyataan berat tersebut.

"Hasil rapid test bapak reaktif, tapi belum tentu positif. Bapak harus di-swab dan diisolasi. Mudah-mudahan negatif," ucap anaknya dengan suara pelan. Seketika Ahmad Darwis langsung terdiam. Wajahnya pucat. Sesekali ia menarik napas panjang dan matanya pun terpejam.

"Inilah yang ditakutkan. Akhirnya terjadi juga. Entah di mana tertularnya," ucap Ahmad. Ahad (13/9) sekitar pukul 13.30 WIB, dua perawat berseragam alat pelindung diri (APD) masuk ke ruang IGD. Petugas berpakaian seperti atronot itu membawa Ahmad menuju lift ke ruang isolasi lantai tujuh. Di kamar bernomor 727, wiraswasta itu diisolasi.

"Sorenya saya langsung di-swab. Kata perawat, hasilnya paling lambat lima hari baru bisa diketahui. Setiap hari cemas dan risau menunggu hasil swap. Kadang saya menanyakan langsung ke perawat apakah hasil swab sudah keluar," sebutnya.

Tiga hari kemudian hasil swab keluar. Dia dinyatakan positif tertular Covid-19. Bak petir di siang hari, Ahmad Darwis terkejut. Jantungnya berdetak kencang. 

"Awalnya tidak percaya bisa tertular Covid-19. Memang sempat demam, tapi indra penciuman tidak terganggu. Kenyataan terberat, tapi mau bagaimana lagi. Semua sudah ditakdirkan. Walau saya berupaya sabar dan ikhlas tapi perasaan risau bercampur stres tak bisa dihindari," tuturnya.

Di kamar berukuran sekitar 3.5 x 5 meter tanpa jendela, pria yang biasa disapa Pak Haji ini menjalani hari-harinya sebagai pasien Covid-19. Keseharian di ruang isolasi diisinya dengan ibadah, membaca Alquran dan olahraga ringan. Untuk membunuh rasa bosan dan risau, ia melakukan video call dengan istri, anak, cucu dan keluarga terdekat.

"Dukungan dari keluarga, sahabat dan tenaga medis sangat membantu memacu semangat saya untuk sembuh. Pernah handphone (HP) saya error. Nada HP berdering tapi tak bisa tersambung. Anak-anak sudah risau takut terjadi apa-apa. Untung saya bisa telepon anak melalui HP cleaning service dan mengabari HP rusak. Anak langsung memperbaiki HP," sebutnya.

Setelah diisolasi beberapa hari, kakek bercucu delapan ini kembali menjalani uji swab. Ia berharap uji swab-nya negatif. Namun lagi-lagi hasil uji swab tak sesuai diharapkannya. Ia masih dinyatakan positif. Begitu juga uji swab yang ketiga hingga kelima pun ia masih dinyatakan positif. Kondisi ini kembali membuatnya stres.

"Saya sempat berpikir tak pulang lagi ke rumah. Setiap kali di uji swab hasilnya tetap positif. Saya menelepon anak agar minta ke rumah sakit agar dipindahkan perawatan ke RSUD Siak. Alhamdulillah dokter malah memperbolehkan saya pulang dan isolasi mandiri 14 hari di rumah. Supaya aman sebelum pulang saya memohon ke dokter agar di-swab dan dikabulkan," cerita pria yang pernah operasi jantung ini.

Namun baru tiga hari isolasi di rumah, ia kembali dinyatakan positif. Hasil uji swab terakhir di RS Awal Bros Panam masih positif. Kemudian pria  berkacamata ini diantar anaknya ke Puskemas Koto Gasib. Lalu petugas puskesmas membawanya ke RSUD Tengku Rafian.  Setelah diperiksa, mulai dari pengambilan darah dan rontgen, ia dipindahkan ke Rumah Isolasi Asrama Haji Siak.

"Di sini (Asrama Haji Siak, red) saya sedikit lebih tenang. Mungkin karena ruangannya yang terbuka dan dekat pula dengan keluarga," katanya.

Di asrama yang terletak di Kampung Rempak Siak ini, ia kembali menjalani isolasi sebagai penderita Covid-19. Selain ibadah, ia mengikuti kegiatan berolahraga bersama pasien Covid-19 seperti senam dan jalan di areal Asrama Haji Siak. Selain itu ia juga berjemur selama 15 menit di bawah terik matahari.

"Selain minum obat yang diberi perawat, saya juga rutin minum jamu jahe merah hangat dan susu. Air jahe merah diminum tiga kali sehari. Kalau susu diminum pagi dan malam hari menjelang tidur. Itu rutin saya jalankan setiap hari. Saya juga memberikan semangat kepada pasien Covid-19 di Asrama Haji Siak agar tetap semangat dan optimis bahwa kami semua akan sembuh," sebutnya.

Setelah dirawat empat hari, ia kembali menjalani uji swab. Lima hari kemudian hasil swab-nya ke luar. Perawat menginformasikan hasilnya negatif. Matanya seketika memerah. Butiran air mata perlahan jatuh dari kedua kelopak matanya. Berulang kali ia menyeka tetesan air mata menggunakan lima jari tangan kananya.

"Alhamdulillah uji swab terakhir hasilnya negatif. Allahu Akbar," ucapnya dengan suara bergetar. Sejak divonis terpapar Covid-19, Pria kelahiran Mandau, 24 April 1952 menjalani isolasi 36 hari. Selama 24 hari isolasi di RS Awal Bros Panam, tiga hari di rumah dan sembilan hari di Asrama Haji Siak. Selama dirawat ia menjalani tujuh kali swab dan lima kali rontgen. 

Selain dirinya, istrinya Hj Mahrum (63) dan dua cucunya yakni Hafiz Adam Adiva (4) dan Dela Elmananda (20) juga ikut terpapar Covid-19. Namun proses penyembuhan istrinya lebih cepat. Hanya dirawat enam hari, uji swab istrinya dinyatakan negatif. 16 hari kemudian cucunya, Adam hasil uji juga dinyatakan negatif.

"Saya dan Dela sama-sama keluar dari isolasi Asrama Haji Siak setelah dinyatakan negatif," ulasnya. Suami Hj Mahrum ini, berbagi pengalaman dirinya berhasil sembuh dari penyakit Covid-19. Kesembuhan bukan saja dari obat yang diberikan dokter atau perawat, tapi semangat untuk sembuh akan menjadi kekuatan utama pasien Covid-19. Ketika pasien semangat, proses penyembuhan tentu akan semakin cepat.  Diakuinya, diawal divonis terpapar Covid-19, ia stres sehingga imun tubuh menjadi kian lemah.

"Hindari stres. Bangkitkan semangat optimis sembuh dalam diri. Ikuti dan patuhi arahan tenaga medis. Obat harus rutin diminum. Kalau saya rutin minum air jahe merah. Berjemur selama 15-30 menit dan olahraga ringan juga bisa mempercepat kesembuhan," ujarnya. 

"Perbanyak berdoa agar Allah SWT mengangkat penyakit kita. Bagi yang belum terpapar Covid-19, patuhi protokol kesehatan dengan memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak dan menghindari kerumunan," sebutnya sembari mengucapkan terima kasih kepada seluruh dokter dan perawat di RS Awal Bros Panam, RSUD Tengku Rafian dan Rumah Isolasi Asrama Haji Siak, Bupati Siak Alfedri dan Kadiskes yang sudah membantunya bangkit dan sembuh dari penyakit Covid-19.

 

Patuhi Prokes, Jangan Kuatir Berlebihan

Masifnya penularan wabah Covid-19, menimbulkan kekuatiran di tengah masyarakat. Apalagi angka kasus masyarakat yang terjangkit Covid-19 setiap harinya cenderung meningkat. Korbannya bukan saja masyarakat, pejabat namun juga tenaga kesehatan.

Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Provinsi Riau dr Zul Adi SpB MKes memaparkan sebagian kasus, penderita Covid-19 akan mengalami beberapa gejala klinis. Gejala utama yang paling banyak dialami penderita Covid-19 adalah batuk, demam, sesak napas dan lemas. Sebagian justru tidak memiliki gejala.

"Bila ada gejala segera lakukan pemeriksaan ke fasilitas kesehatan terdekat. Panderita Covid-19 bisa cepat diselamatkan dan disembuhkan bila mendapatkan penanganan medis yang cepat dan tepat," ungkap dokter spesialis bedah ini.

Dokter Zul menegaskan, masyarakat tidak perlu kuatir berlebihan terhadap pandemi Covid-19. Apalagi banyak pasien yang berhasil sembuh melawan penyakit dari Wuhan, Cina tersebut. Asalkan tetap mematuhi protokol kesehatan sesuai anjuran pemerintah diyakini bisa mencegah penularan Covid-19. Yakni menerapkan 3M plus: memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak serta menghindari kerumunan.

"Virus tidak akan bisa masuk ke tubuh kita apabila kondisi tubuh kita fit. Mulai pola hidup sehat dengan berolahraga dan makan makanan bergizi lengkap," ulasnya.

Covid-19 bukanlah penyakit yang tidak bisa disembuhkan. Bahkan berdasarkan data Satgas Penanganan Covid-19 tingkat penyembuhan mencapai 80 persen. Penyakit ini juga tidak boleh dianggap remeh. Patuhi protokol kesehatan agar Covid-19 segera berlalu. Semoga.*

 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook