PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - Berbagai instrumen investasi kini banyak yang bisa dipilih masyarakat. Mulai dari deposito di bank, perdagangan saham, reksadana, perdagangan emas, properti, perdagangan berjangka komoditi hingga criptocurrency.
Instrumen investasi ini memilik daya tarik masing-masing. Namun, tidak pula bisa dipungkiri beda investasi, beda pula tingkat keuntungan, risiko, modal hingga cara investasinya.
Di antara investasi tersebut, perdagangan berjangka komoditi saat ini menjadi instrumen investasi yang direkomendasikan dalam mendatangkan keuntungan, atau bahasa yang sedang tren saat ini, bisa cuan.
Merujuk pada Undang-undang nomor 32 tahun 1997, perdagangan berjangka adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan jual beli komoditi dengan penyerahan kemudian berdasarkan kontrak berjangka dan opini atas kontrak berjangka.
Di Indonesia, perdagangan berjangka dilakukan melalui Bursa Berjangka Jakarta atau Jakarta Future Exchange yang disingkat JFX. Para nasabah yang ingin berinvestasi harus menjadi nasabah dari perusahaan pialang resmi yang terdaftar dan berada di bawah pengawasan Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditas (Bapepbti). Badan ini merupakan lembaga yang berada di bawah Kementerian Perdagangan.
Menyebut perdagangan berjangka sebagai investasi yang saat ini berpeluang besar mendatangkan cuan bukan tanpa alasan. Di saaat banyak sektor bisnis mengalami kerontokan akibat dihantam badai pandemi Covid-19, kinerja perdagangan berjangka justru kinclong tumbuh di teritori positif.
Artinya, bisnis yang satu ini bukan saja mampu bertahan, tetapi juga melesatkan perjalanannya, ketika banyak bisnis bertumbangan, berhenti atau terseok-seok.
Direktur Utama PT JFX, Sthepanus Paulus Lumintang menyebutkan, meskipun masih masa pandemi, namun JFX mencatatkan perdagangan yang mampu menembus angka 3.064.091 lot. Angka itu merupakan akumulasi perdagangan mulai Januari hingga 20 Mei 2021.
Pertumbuhan berasal dari kontrak multilateral sebanyak 626.759 lot, kontrak bilateral sebanyak 2.420.472 lot dan timah sebanyak 14.860 lot.
“Meskipun masih dalam suasana pandemi, transaksi perdagangan di JFX menunjukkan perkembangan dan pertumbuhan positif yang signifikan sehingga turut menunjang pertumbuhan dan perputaran roda perekonomian bangsa,” ujar Paulus.
Paulus menyebutkan, tahun 2021, pihaknya diberi target pencapaian 11,1 juta lot. Angka ini tentu saja tidak asal patok. Sebab, pada 2020 ketika pandemi Covid-19 sedang tinggi perdagangan berjangka mampu menutup tahun dengan capaian 9,5 juta lot. Padahal, di 2020 JFX ditargetkan memperoleh transaksi sebanyak 8,25 juta lot. Bahkan target ini sudah tercapai pada bulan November yakni sebesar 8,252 juta lot.
Menurut Paulus angka 11,1 juta lot merupakan target yang terukur. JFX optimis namun akan dicapai melalui upaya yang gencar terutama di aspek edukasi dan sosialisasi untuk meningkatkan jumlah nasabah. Sosialisasi ikut ditujukan agar bisa lebih memperkenalkan industri perdagangan ini ke berbagai kota di Indonesia.
Lantas mengapa volume transaksi perdagangan justru tumbuh di tengah pandemi? Paulus menyebutkan salah satunya tidak terlepas dari edukasi yang terus-menerus dilakukan perusahaan pialang berjangka.
“Banyak sekali faktor yang membuat pertumbuhan itu. Selain edukasi yang sudah saya sampaikan, juga antara lain kesadaran atau animo masyarakat yang makin tinggi. Masyarakat sudah makin memahami industri ini dalam mengembangkan potensi dan bisa memahami risiko. Yang berikutnya adalah voladilitas harga komoditi yang saat ini sangat berfluktuatif. Tentu ini bisa digunakan untuk mengambil peluang-peluang menghasilkan profit,” katanya.
Pencapaian di lantai bursa berjangka itu sejalan juga dengan yang dirasakan perusahaan pialang berjangka nomor satu di Indonesia, PT Rifan Financindo Bersangka (RFB). Pimpinan Cabang PT RFB Liwan Thio mengatakan, selama tahun 2020, RFB mencatat pertumbuhan yang positif dengan menorehkan total transaksi sebanyak 1,6 juta (1.650.527) lot.
Angka itu tumbuh sebesar 6,59 persen dibanding periode yang sama di tahun sebelumnya yakni sebesar 1.548.502 lot. Angka 1,6 juta lot yang merupakan bagian dari 19 persen total perdagangan di JFX itu membuat RFB menjadi pemimpin pasar.
Pertumbuhan tidak saja terjadi pada volume transaksi tetapi juga jumlah nasabah. Total nasabah RFB secara nasional tahun 2020 sebanyak 4.713 nasabah atau naik dibandingkan tahun 2019 sebanyak 3.987 nasabah.
Khusus cabang Pekanbaru, Liwan menjelaskan, dalam 5 bulan pertama sejak Januari hingga Mei 2021 lalu, volume transaksi naik 16,27 persen yang mencapai 46.317 lot. Peningkatan juga terjadi pada jumlah nasabah yakni ada penambahan 121 orang nasabah baru.
Komoditi yang masih menjadi pilihan nasabah dalam bertransaksi adalah emas. Kemudian indeks Hangseng, Hongkong.
Liwan mengatakan, berbagai strategi dilakukan pihaknya agar pencapaian kinerja bisa diraih meskipun di tengah pandemi.
“Kami langsung mengambil langkah cepat sejak Indonesia ikut terkena pandemi. Proses edukasi nasabah misalnya. Bila sebelumnya penyaluran informasi lebih banyak melalui bertemu langsung, kini nasabah teredukasi melalui ponsel pintar mereka. Solusinya pemanfaatan teknologi yang semakin berkembang,” katanya.
Pencapaian kinerja cemerlang RFB Pekanbaru lantas tidak membuatnya merasa puas. Liwan lebih lanjut menerangkan bahwa perusahaan menargetkan 10.000 volume transaksi dan 100 jumlah nasabah periode berikutnya.
Lalu, strategi apa lagi yang dilakukan sehingga akan terus mencatatkan pertumbuhan? Liwan menyebutkan, selain penggunaan digital khususnya media sosial yang semakin dimasifkan, RFB Pekanbaru juga akan meningkatkan jumlah konsultan bisnis/marketing sebanyak 100 orang. Bukan hanya menggaet lebih banyak marketing, tetapi memberikan pelatihan ke mereka guna memberikan pelayanan terbaik kepada nasabah.
“Kunci utama menarik minat calon nasabah ialah pelayanan. Jadi, orang-orang yang berhubungan langsung ke mereka seperti marketing akan diberikan pelatihan terlebih dahulu. Termasuk cara efektif penggunaan media sosial untuk melayani nasabah,” kata Liwan.
Strategi lain dalam meningkatkan kinerja ialah menambah Wakil Pialang Berjangka (WPB). Liwan pun mengakui, RFB Pekanbaru menargetkan WPB sebanyak lebih 10 orang pada periode selanjutnya.
Laporan: Fopin A Sinaga
Editor: Eka G Putra