SURABAYA (RIAUPOS.CO) - Kamar Dagang dan Industri (Kadin) mendorong kinerja ekspor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Mereka pun membuka akses perdagangan di luar negeri. Organisasi pengusaha itu pun menggodok konsep perwakilan dagang swasta di negara tujuan ekspor.
Ketua Umum Kadin Indonesia Arsyad Rasyid menyatakan, pihaknya berencana membangun Kadin Trading House di beberapa negara tujuan ekspor. Rencana itu melibatkan diaspora. Mereka juga memaksimalkan perjanjian perdagangan bilateral yang sudah ada dengan mencari potensi pasar di negara tersebut.
"Saat ini kami masih merancang pilot project di Australia. Harapannya, nanti fasilitas tersebut bisa membantu pengusaha kecil menembus pasar ekspor," katanya dalam pembukaan Pameran Indonesian Product Expo (Inapro) 2021 di Surabaya, Kamis (25/11).
Rencana tersebut menambah fasilitas yang sudah disiapkan. Misalnya, program rumah kurasi yang sudah didirikan di wilayah Jawa Timur. Menurut dia, upaya sinergi antara pemerintah dan swasta itu bisa mendorong Indonesia menangkap potensi ekonomi pascapandemi.
Dia mencontohkan pasar ekspor industri mebel Amerika Serikat yang sedang melonjak. Menurut Arsyad, hal itu disebabkan ketegangan antara AS dan Cina. Kondisi tersebut harus dimanfaatkan penuh oleh pengusaha Indonesia.
"Di saat AS sedang mencoba melirik negara penyuplai lain, kita memang harus memasarkan produk sebanyak-banyaknya. Karena itu, saya apresiasi langkah Kadin Jatim yang konsisten mengadakan pameran untuk terus mengenalkan produk UMKM ke publik," jelasnya.
Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan Didi Sumedi menyatakan, kunci pemulihan ekonomi nasional adalah pengembangan UMKM. Karena itu, dia mengharapkan semua pihak terlibat dan ikut bergerak. Sementara itu, pameran memberikan wadah bagi pengusaha kecil untuk memperkenalkan produknya ke pasar yang lebih luas. "Jika peningkatan ekspor ini konsisten, Indonesia akan melaporkan ekspor tertinggi dalam sejarah," ujarnya.
Meski begitu, dia mengingatkan agar Indonesia tetap waspada pada kondisi perdagangan global. Sebab, perdagangan semakin kompleks dengan adanya krisis energi, krisis pangan, digitalisasi, dan perubahan mata rantai pasokan. "Pengusaha harus memperluas pasar ke negara nonkonvensional seperti Eurasia, Afrika Timur, dan Amerika Latin," tuturnya.
Gubernur Khofifah Indar Parawansa menambahkan, Jawa Timur harus bisa mempertahankan status sebagai penyumbang ekonomi terbesar kedua setelah DKI Jakarta. Pada kuartal III, kontribusi ekonomi Jatim terhadap nasional mencapai 14,54 persen. Namun, neraca perdagangan selalu defisit.
Hal itu dipengaruhi impor bahan baku industri Jatim yang cukup besar. Karena itu, dia berharap dorongan ekspor untuk UMKM bisa membuat neraca perdagangan terkerek ke arah positif. "Berbagai ikhtiar terus dilakukan agar produk lokal bisa ke pasar global. Ini menjadi suatu harapan dari rekanan pemerintah yang kuat," katanya.
Ketua Umum Kadin Jatim Adik Dwi Putranto menyebutkan, pergelaran pameran merupakan akumulasi dari kegiatan yang telah dilaksanakan Kadin Jatim untuk membantu UMKM. Menurut dia, pihaknya sudah membuat berbagai strategi untuk membuat UMKM naik kelas. "Mulai membimbing sertifikasi hingga melakukan kurasi untuk produk siap ekspor," tuturnya.(bil/c12/dio/jpg)