JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Meredanya tensi geopolitik Rusia dan Ukraina mendongrak indeks harga saham gabungan (IHSG) ke level tertinggi pada perdagangan, Selasa (22/3). Yakni, menyentuh angka psikologis 7.000, tepatnya 7.000,82. Menguat 46 poin atau 0,66 persen.
Saham-saham sektor barang baku dan energi menjadi kontributor penguatan IHSG. Masing-masing naik 25 poin (+1,99 persen) dan 24 poin (+1,68 persen). Aksi belanja investor asing mampu menghimpun nilai beli bersih Rp 722,33 miliar. Nilai tersebut setara dengan Rp3,17 triliun dalam sepekan terakhir.
Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Abdul Manap Pulungan menuturkan, faktor utamanya yakni menurunnya tensi perang Rusia-Ukraina. Mulai ada kesepakatan yang akan di ambil oleh kedua negara agar perang segera usai. Dengan demikian, rantai pasok komoditas global bakal mulai pulih.
Apalagi, dua negara pecahan Uni Soviet tersebut merupakan produsen komoditas energi global, seperti minyak mentah, paladium, nikel, dan gandum. "Ketika konflik mereda, tentu permintaan akan semakin meningkat," ucap Abdul saat dihubungi Jawa Pos (JPG), Selasa (22/3).
Dari sisi domestik, lanjut dia, kondisi ekonomi Indonesia relatif bagus. Justru, kenaikan harga komoditas akibat perang secara tidak langsung memberi sentimen positif bagi sektor fiskal. "Terlihat dari lonjakan harga minyak. Dari situ, korporasi yang bergerak di bidang tersebut akan memberikan profit yang tinggi. Sehingga menarik investor untuk membeli sahamnya," jelasnya.
Sementara itu, analis pasar modal Asep Muhammad Saepul Islam menyatakan, pergerakan saham-saham energi mengacu terhadap harga komoditas dunia. (han/dio/jpg)