PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - Harga kelapa sawit yang saat ini terus naik menumbuhkan optimisme di tengah masyarakat. Kenaikan harga sawit ini juga berarti meningkatnya kesejahteraan masyarakat.
Demikian menjadi bahasan dalam Bincang Jujur Anak Kemenakan (BIJAK) Melayu, Selasa (21/12/2021) yang digelar Pijar Melayu. Bincang-bincang ini mengusung tema "Strategi Pengembangan Industri Kelapa Sawit Demi Mempertahankan Eksistensi CPO di Pasar Dunia".
Direktur Eksekutif Pijar Melayu, Rocky Ramadani, menyampaikan harapan agar diskusi ini menghasilkan rekomendasi untuk kesejahteraan masyarakat Riau, dan merupakan upaya dalam melawan kampanye hitam tentang kelapa sawit.
"Bila CPO tetap eksis di pasar dunia, tentunya akan berdampak pada nilai harga jual sawit. Bila harga jual sawit meningkat tentunya kesejahteraan ekonomi masyakarat akan meningkat pula," ujarnya.
Perwakilan dari Dinas Perkebunan Provinsi Riau, Defris Hatmaja menyampaikan bahwa peran pihaknya adalah pada supervisi perusahaan perkebunan dan pabrik sawit.
"Ini bentuk dukungan dan keseriusan Pemerintah Provinsi Riau dalam mengatur strategi pengembangan industri kelapa sawit, " jelasnya.
Di tempat yang sama, Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Kadisnakertrans) Provinsi Riau, Jonli, menyampaikan terkait ketenagakerjaan di perkebunan kelapa sawit. Dia mengatakan, jika ditemukan adanya pekerja di bawah umur maka perusahaan wajib melaporkan ke pihaknya.
"Pekerja wajib memiliki kartu identitas atau KTP. Karena buruh harian lepas (BHL) rentan menjadi korban eksploitasi kerja. Oleh karena itu dari Kemenaker sendiri berprinsip bahwa Indonesia bebas dari pekerja anak," paparnya.
Dalam kegiatan itu, sejumlah pihak lainnya turut menyampaikan pandangannya. Seperti dari DPW Apkasindo Riau Jono M Burhan, akademisi Dr Azharuddin, dan Pinbag Kredit Program MKM Bank Riau Kepri (BRK) Al Fikri Jamil.
Ketua Forum Komunikasi Pemuka Masyarakat Riau (FKPMR) Dr Chaidir yang turut hadir berharap agar diskusi ini menghasilkan solusi.
"Karena 64 persen minyak nabati itu dari kelapa sawit, dan Indonesia adalah penyumbang terbesar untuk itu. Dengan peningkatan B20 menjadi B30 mampu membentuk hilirisasi pengembangan tanaman sawit menjadi lebih optimal. Akan tetapi perlu juga ditingkatkan industri di dalam negeri terlebih dahulu," kata dia.
Laporan: M Ali Nurman (Pekanbaru)
Editor: Hary B Koriun