JAKARTA (RIAUPOS.CO) -- Perum Bulog mengusulkan agar pemerintah mengeluarkan rekomendasi impor gula konsumsi atau gula kristal putih sebanyak 200 ribu ton. BUMN di bidang pangan itu bersedia menjadi pelaksana impor demi stabilisasi harga.
Direktur Operasional dan Pelayanan Publik Perum Bulog Tri Wahyudi Saleh mengatakan, masa panen tebu diperkirakan baru mulai pasca Idulfitri. Sementara berdasarkan data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional (PIHPS), harga rata-rata gula saat ini sudah mencapai Rp14.600 per kilogram.
"Kami sudah mengusulkan agar kami ditugaskan untuk melaksanakan importasi gula. Kami mengajukan 200 ribu ton. Itu untuk gula konsumsi, bukan raw sugar," katanya di Kantor Pusat Bulog Jakarta, dilansir dari Antara, Rabu (19/2).
Tri menuturkan, importasi gula perlu dilakukan mempertimbangkan harga yang sudah merangkak naik di pasaran. Apalagi, keperluan gula jelang Ramadan dan Idulfitri dipastikan bakal meningkat.
Menurutnya, melihat perkiraan masa panen tebu yang akan jatuh April-Mei, maka waktunya tidak akan sesuai dengan periode peningkatan permintaan. Maka dari itu, kebutuhan konsumen atas gula pasir harus segera diantisipasi melalui impor.
Usulan penugasan impor gula ini juga sudah disampaikan dalam rapat koordinasi terbatas yang digelar di Kemenko Perekonomian pada Senin (17/2). "Banyak pihak yang meminta bahwa Bulog harus memiliki stok. Kami sampaikan itu ke rakor bahwa kami perlu untuk stabilisasi harga," kata Tri.
Sebelumnya, Direktur Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian Kasdi Subagyono menjelaskan keperluan konsumsi gula kristal putih di Indonesia mencapai 2,8 juta ton. Sementara itu, Indonesia hanya mampu memproduksi 2,2 juta-2,3 juta ton. Artinya, ada kekurangan keperluan sekitar 500-600 ribu ton. Kendati demikian, realisasi impor gula yang sudah disepakati pemerintah hanya sebesar 495 ribu ton.(jpg)