‘’(Seharusnya) Kalimantan dan Sumatera di Siaga 1, apakah keluhan kami ini tidak sampai ke Jakarta. Untuk kebersamaan, Pak Jokowi dan Pak JK, tinggal perintahkan tentara, menteri-menteri dan yang lainnya bersatu memadamkan api. Tapi anehnya, bukannya api malah listrik yang padam di Pekanbaru. Kalau tidak ke Pemerintah Pusat ke siapa lagi mau mengadu, ke Pak Lurah. Orang di sini kegelapan, sesak nafas, kepanasan, benar-benar nasib orang Riau yang malang,’’ ujar Ondi setelah merenung cukup lama.
Seakan mewakili beratnya pukulan pada dunia usaha perhotelan dan restoran, Ondi akhir-akhir ini tidak lagi mempan dipancing untuk memberikan proyeksi pertumbuhan bisnis hotel.
Tidak juga berminat menjawab pertanyaan-pertanyaan soal harapannya pada pemerintah agar ekonomi cepat pulih. Dirinya hanya konsep bagaimana asap cepat berlalu dan listrik kembali normal.
Ondi menyebutkan, bisnis perhotelan dan restoran sangat bergantung pada listrik. Tidak akan jalan dunia usaha bila listrik tidak ada. Kendati usaha tetap harus jalan, namun biaya karena pemadaman listrik ini membuat operasional dunia usaha semakin besar, sementara tamu hotel dan restoran belum terlihat akan membaik.
Salah seorang Manajer Restoran Riko Saputra, mengaku merasakan betul dampak asap pada bisnis restoran masakan Jepang yang telah dijalaninya hampir 10 tahun terakhir. Posisi restoran tersebut yang berada di lokasi strategis, dalam gedung yang terintegrasi dengan hotel dan pusat belanja, tidak menjamin usahanya tidak terganggu asap.
‘’Azab-azab, pengunjung selama asap jauh sekali turun. Kalau dihitung-hitung dalam dua bulan ini, September dan Oktober 2015, turunnya lebih dari 30 persen. Malam Ahad aja yang biasanya kami andalkan, juga tetap sepi. Orang-orang sepertinya takut ke luar rumah,’’ sebut Manajer yang Alumni Fekon Universitas Riau ini.(end)