PEKANBARU (RIAUPOS.CO) -- Kondisi kabut asap di Riau yang sudah berbahaya bagi kesehatan, membuat seluruh karyawan SKK Migas pindah berkantor dari Kota Pekanbaru ke Padang, Sumatera Barat.
Pindah kantor sementara ini akan dilaksanakan selama 2 Minggu. Demikian ditegaskan Kepala SKK Migas Sumbagut Avicenia Darwis, Senin (16/9).
"Kami memutuskan pemindahan kantor sementara di Kota Padang, Sumbar. Dipilihnya Kota Padang, karena syarat pindah kantor harus dekat dengan bandara. Untuk sementara ini kita rencanakan akan berada dua Minggu di Sumbar. Jika kondisi membaik kita akan kembali berkantor di Pekanbaru. Tapi jika masih tetap buruk maka akan kita perpanjang. Bagi kita keselamatan dan kesehatan karyawan merupakan hal yang utama. Dan terkait pindah kantor sementara ini, kita telah berkoordinasi dengan pusat," ujar Avi.
Dengan menumpangi dua bis dan sembilan unit mobil dinas, total karyawan SKK Migas Sumbagut beserta keluarga yang dievakuasi ke Padang berjumlah 150 orang.
"Total ada 150 orang, ada dua karyawan yang tidak bisa ikut karena habis melahirkan dan masih berada di rumah sakit., Ada karyawan yang sedang tugas luar kota. Saya mengimbau bagi karyawan yang mempunyai anak kecil menjadi prioritas utama untuk meninggalkan Kota Pekanbaru sementara waktu," terang Avi.
Avi menyampaikan pihaknya intens melakukan koordinasi dengan K3S yang ada di wilayah Sumbagut, mengingat Migas adalah objek vital nasional. "Jangan sampai Karhutla masuk ke instalasi-instalasi Migas, ini yang dijaga jangan sampai api masuk ke instalasi. Itu yang saya selalu tekankan," pungkas Avi.
Di samping itu, jika udara di titik lifting semakin berbahaya, SKK Migas juga akan melakukan evakuasi seluruh karyawannya yang bertugas melakukan pencataan lifting di lapangan.
Keputusan ini sudah dibahas khusus dengan manajemen di tingkat pusat. Sehingga pusat mengeluarkan arahan dalam kondisi yang sudah berbahaya bagi kesehatan manusia. Untuk itu, K3S laksanakan pencatatan lifting sendiri dan dilaporkan dalam kesempatan pertama kepada SKK Migas, selama musibah ini berbahaya bagi petugas lifting di lapangan," terang Avi.
Disinggung mengenai pengaruh kabut asap terhadap produksi migas, Avi mengakui kabut asap ini berpengaruh terhadap kegiatan operasional salah satunya operasional lifting.(rls)