PEKANBARU (RIAUPOS.CO) -- Kelompok masyarakat petani gambut binaan Badan Restorasi Gambut (BRG) meresmikan pembentukan Koperasi Petani Gambut Riau (KPG Riau) hasil inisiatif para petani.
Pembentukan KPG Riau bertujuan untuk membuka peluang pasar yang lebih luas dan mendorong peningkatan hasil produksi. Serta kualitas produk petani gambut di Riau yang sudah melakukan praktik budidaya ramah gambut, serta mendapatkan pendampingan oleh BRG dan Pemprov Riau.
Dengan demikian berhasil menggelar acara penandatanganan berita acara penyerahan barang bukti negara, deklarasi koperasi petani gambut Riau, Sabtu (14/12).
Acara dihadiri Kepala Badan Restorasi Gambut Nazir Foead, Kepala DLHK Riau Ervin Rizaldi, Asisten Deputi Pertanian dan Perkebunan Dewi Syarlen serta Ketua Pelaksana Acara Ir Agus Rianto MSi dan seluruh tamu undangan.
Dalam sambutannya, Ketua Pelaksana Ir Agus Rianto mengatakan, kawasan produksi gambut di Riau lebih kurang 4,9 juta hektare. Pelaksanaan restorasi gambut di Riau bantuan daripada DLHK Riau pada 2018 sebagai restorasi gambut daerah.
"Acaranya penandatanganan berita acara penyerahan barang bukti negara, deklarasi koperasi petani gambut Riau. Acara yang dihadiri 350 orang ini diharapkan ekosistem gambut dalam terkelola dengn baik demi kesejahteraan masyarakat," sebutnya.
Gubernur Riau Syamsuar yang diwakili Kepala DLHK Riau Ervin Rizaldi mengatakan, Provinsi Riau akibat kebakaran lahan dan hutan bersama-sama dengan BRG bertugas melalui tim deklarasi gambut daerah. Pelaksanaan anggaran katanya dari APBN DLHK Riau yang baru dilakukan pada 2018.
"Kegiatan restorasi gambut dilakukan dengan pendekatan pembahasan gambut dengan pembangunan infrastruktur pembasahan gambut, penanaman kembali dan revitalisasi di daerah yang terkena gambut baik dengan sekat kanal, sumur bor, budidaya, ternak dan lainnya," ucapnya.
Katanya, bantuan tersebut akan menjadi aset desa setelah dikeluarkannya hibah dari KLHK. Namun demikian, selama proses tersebut harus dilakukan penyimpanan milik negara dari pemilik anggaran kepada masyarakat yang terbentuk.
Asisten Deputi Pertanian dan Perkebunan Dewi Syarlen mengatakan, sebagai bangsa yang besar bukan hanya jumlah penduduknya yang besar namun memiliki 17 ribu pulau. Bukan hanya sumber daya yang melimpah tetapi memiliki kekuatan yang besar yaitu berkisar 126.343 unit koperasi, 63,5 juta usaha mikro, 783.132 ribu usaha kecil, 60.702 ribu usaha menengah.
"Di mana sektor UMKM menyerap 97 persen tenaga kerja. Menyumbang 60.34 persen total PBB nasional, menyumbang 58.18 persen total investasi dan menyumbang 14.17 persen total ekspor," sebutnya.
Koperasi dan UMKM dapat tumbuh menjadi besar atau naik kelas menjadi star up agar maju. Katanya, terdapat enam program strategis yang mendukung koperasi dan UMKM diantaranya perluasan akses pasar dan jasa, peningkatan daya saing produk dan jasa dengan penguatan kekuatan sistem logistik nasional untuk UMKM, akselerasi pembiayaan dan investasi kemitraan dengan usaha besar, pengembangan kapasitas manajemen sdm dengan melibatkan ahli yang sukses, kemudahan dan kesempatan satu usaha satu pintu dan terakhir koordinasi lintas sektor melalui sumber daya koperasi dan UMKM.
Hal itu dipertegas Kepala Badan Restorasi Gambut Nazir Foead, menyambut baik pembentukan KPG Riau. Katanya, BRG menyambut baik dan berterima kasih atas inisiatif kelompok masyarakat dalam membentuk KPG Riau.
Disebutkannya, sejak 2017, BRG telah melakukan program revitalisasi ekonomi atau R3 sebagai komponen penting restorasi ekosistem gambut. Program ini berhasil memberikan wadah masyarakat untuk memanfaatkan ekosistem gambut dengan ramah lingkungan dan menghasilkan produk-produk khas gambut yang memiliki nilai jual.
"Koperasi ini diharapkan menjadi wadah konsolidasi hasil pertanian, perkebunan dan usaha kecil dari para petani, peningkatan kualitas produk, serta akses ke pasar yang lebih kuas. Kita harapkan program revitalisasi ekonomi ini dapat berdikari dan berkelanjutan," ungkapnya.
Lebih lanjut, Provinsi Riau merupakan salah satu area prioritas restorasi sesuai dengan tugas BRG yang tertuang pada Peraturan Presiden Nomor 1/2016 tentang Badan Restorasi Gambut.
BRG hadir di Provinsi Riau mengajak seluruh elemen masyarakat gambut untuk bersama menjaga, memelihara dan memperbaiki tata kelola ekosistem gambut rusak, salah satunya dengan program revitalisasi ekonomi atau R3.
"Program berbentuk investasi sosial ekonomi ini ditanamkan oleh pemerintah melalui BRG dan Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Provinsi Riau yang berperan sebagai tenaga perbantuan kepada 82 kelompok masyarakat sejak 2017 dan akan terus berkembang," jelasnya.
Kelompok masyarakat ini tersebar di sepuluh kabupaten/kota di wilayah Provinsi Riau yang masuk dalam Kesatuan Hidrologis Gambut (KHG) prioritas intervensi BRG tahun 2017 – 2019. Rinciannya yaitu Kabupaten Kepulauan Meranti, Kabupaten Indragiri Hulu, Kabupaten Indragiri Hilir, Kabupaten Pelalawan, Kota Pekanbaru, Kabupaten Kampar, Kabupaten Siak, Kabupaten Bengkalis, Kota Dumai, dan Kabupaten Rokan Hilir.
Nazir menyebutkan, salah satu kelompok tani bernama Tarmini yang juga Ketua Pokmas Mekarsari merupakan salah satu contoh sukses petani penerima manfaat program revitalisasi ekonomi, menyatakan dengan adanya KPG ini, petani berharap memiliki jaminan pasar dan akses permodalan dari produk yang telah dihasilkan.
Ke depannya para petani terus berusaha untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produk sesuai dengan semakin banyaknya sarana dan prasarana bantuan yang telah diberikan oleh BRG maupun Pemerintah Provinsi.
"Pada 2017, para petani mulai memproduksi produk turunan berupa keripik dan dodol nanas setelah mendapatkan bantuan mesin dan peralatan pengolahan nanas untuk para petani. Tahun ini, kami menambah bentuk produk berupa selai dan sari buah nanas dan akan terus berkembang," jelasnya.
Koperasi Petani Gambut Provinsi Riau akan membantu memasarkan tiga klasifikasi produk pemberdayaan peningkatan ekonomi masyarakat, berupa revitalisasi bidang budidaya tanaman, menghasilkan produk jahe, pinang, dan kencur.
Kemudian revitalisasi bidang budidaya peternakan, menghasilkan produk daging, ayam potong, telur dan penambahan populasi bibit ternak terutama anakan sapi dan kambing. Lalu, revitalisasi bidang usaha kecil atau mikro, menghasilkan produk turunan seperti dodol nanas, sari buah nanas, dan produk olahan sagu.
BRG juga mengajak berbagai pihak untuk mendukung inisiatif para petani ini, masih banyak ruang bagi para petani untuk mengembangkan kapasitas pemasaran, penjualan dan pengelolaan aset hasil pertanian.
Diharapkan inisiatif para petani ini menarik perhatian pihak lain untuk bekerja sama dukung upaya restorasi ekosistem gambut Indonesia, terutama dalam program revitalisasi ekonomi masyarakat di sekitar ekosistem gambut.
"Pembentukan ekosistem pasar yang sehat serta peningkatan kapasitas para petani gambut juga diharapkan dapat meningkatkan pendapatan daerah sehingga memberikan dampak positif bagi pemerintah daerah Provinsi Riau," tutupnya.(*3)