SEMPAT ALAMI KRISIS HARGA

Pasar Minyak Dunia Berangsur Membaik

Ekonomi-Bisnis | Jumat, 15 Mei 2020 - 18:57 WIB

Pasar Minyak Dunia Berangsur Membaik
Fatih Birol, Direktur Eksekutif IEA. IEA melaporkan bahwa krisis harga minyak pada April lalu tak akan terulang (ENERGY LIVE NEWS)

JAKARTA (RIAUPOS.CO) -- Produsen minyak dunia akhirnya mendapatkan kabar baik. International Energy Agency (IEA) melaporkan bahwa krisis harga minyak pada April lalu tak akan terulang. Menurut mereka, keadaan bisa kembali seperti semula asal Covid-19 tak berulah lagi.

Lembaga pengawas industri minyak internasional itu menyebutkan dua faktor yang memulihkan kondisi pasar. Yang pertama adalah negara-negara yang sudah melonggarkan kebijakan karantina mereka. Bisnis yang mulai berjalan di wilayah Eropa, Asia Timur, dan sebagian AS kembali mendongkrak konsumsi minyak global.


Dalam laporan terbarunya, permintaan minyak global bakal turun 8,6 juta barel per hari (bph). Angka tersebut lebih baik daripada prediksi pada April. Yakni, penurunan hingga 9,3 juta bph.

"Kami memperkirakan jumlah orang yang diperintahkan tetap di rumah akan berkurang menjadi 2,8 miliar jiwa pada akhir Mei. Pada puncaknya, sekitar 4 miliar jiwa," tulis IEA seperti yang dilansir Agence France-Presse.

Faktor kedua ialah produsen sepakat mengurangi produksi mereka. Banyak pakar yang mengatakan bahwa jatuhnya harga minyak pada April merupakan perpaduan dampak pandemi dengan perang harga minyak. Saat itu Arab Saudi berselisih dengan Rusia soal kesepakatan produksi dan mulai membanjiri pasar dengan tambahan produksi.

Pada akhirnya, kapasitas penyimpanan minyak di dunia kewalahan menampung minyak tersebut. Industri AS paling menderita dengan harga minyak West Texas Intermediate mencapai minus 40 dolar (Rp596 ribu) per barel.

"Kubu penyuplai sudah belajar apa akibatnya bermain harga minyak. Sekarang, kita melihat pemangkasan produksi besar-besar bahkan dari negara di luar OPEC," jelas lembaga yang berbasis di Paris itu.

Arab Saudi berencana menurunkan produksinya pada Juni sebesar 4,4 juta bph jika dibandingkan dengan produksi April. Sementara itu, AS bakal memotong pasokan sebesar 2,8 juta bph dibandingkan pasokan akhir 2019. Jika semua pihak mematuhi kesepakatan, suplai minyak dunia bisa turun mencapai hanya 88 juta bph.

Sumber: Jawapos.com
Editor: Rinaldi









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook