Investor Petrokimia Siap Masuk Gresik

Ekonomi-Bisnis | Rabu, 15 Mei 2019 - 11:20 WIB

JAKARTA (RIAUPOS.CO) -- Pemerintah membuka lebar kesempatan investasi di sektor industri petrokimia. Selain menumbuhkan sektor hulu, hal itu bertujuan mendongkrak kapasitas produksi sehingga bisa memenuhi kebutuhan di pasar domestik dan ekspor.

’’Industri petrokimia merupakan sektor hulu yang berperan penting dalam menunjang kebutuhan produksi di sejumlah manufaktur hilir. Produk petrokimia, antara lain, digunakan sebagai bahan baku di industri plastik, tekstil, cat, kosmetik, dan farmasi,” ujar Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto di Jakarta, kemarin (14/5).

Baca Juga :Pemerintah Seoul Kurangi Jam Kerja bagi PNS yang Punya Anak

Menurut Airlangga, pihaknya bertekad menguatkan sektor induk agar rantai pasok dan struktur manufaktur di dalam negeri lebih dalam sehingga bisa berdaya saing di kancah global. Dia menyebutkan, salah satu industri petrokimia skala besar siap berinvestasi di Kawasan Industri Java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE) di Gresik, Jawa Timur.

Industri petrokimia tersebut saat ini masih dalam tahap pembebasan lahan. Rencananya, industri itu beroperasi pada 2022. ’’Kalau sudah pembebasan lahan, artinya kan sudah serius. Biasanya konstruksi untuk pembangunan paling lama 2–3 tahun,” imbuhnya.

Kemenperin mencatat, industri petrokimia turut memberikan kontribusi cukup signifikan bagi perekonomian nasional. Pada 2018 investasi di sektor industri kimia dan farmasi mencapai Rp 39,31 triliun. Selain itu, kelompok industri bahan kimia dan barang dari bahan kimia menorehkan nilai ekspor 13,93 miliar dolar AS.

Dia optimistis investasi dan ekspansi di sektor industri manufaktur semakin menggeliat seusai perhelatan pemilihan umum. Itu sekaligus membuktikan bahwa iklim ekonomi, politik, dan keamanan di Indonesia masih kondusif.

Wakil Komisi Tetap Industri Hulu dan Petrokimia Kadin Indonesia Achmad Widjaja mendukung pemerintah untuk menggenjot sektor petrokimia. Sebab, selama ini Indonesia dinilai cukup tertinggal di sektor industri tersebut. Indonesia tertinggal lantaran selama ini masih mengandalkan bahan baku dari impor. ’’Karena itu, keterlibatan perusahaan di industri petrokimia harus dimulai dari sekarang,’’ ujarnya.

Menurut Achmad, pemain yang bisa masuk ke industri tersebut adalah yang memiliki dukungan modal besar. ’’Korporasi yang modalnya tanggung tidak mungkin masuk ke bisnis seperti itu,’’ tambahnya.

Dengan jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 265 juta jiwa, kebutuhan petrokimia menjadi sangat tinggi. Sementara itu, perusahaan yang bermain di industri petrokimia masih sedikit.(agf/c7/oki/jpg)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook