JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Langkah yang sedikit berbeda dalam menjalankan jabatan sebagai Direktur Utama Perum Badan Urusan Logistik (Bulog) akan dilakukan oleh Budi Waseso (Buwas).
Hal itu dilakukan Jenderal Polisi yang belum lama pensiun jadi Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) itu meski dirinya diketahui belum genap satu bulan menjabat di posisi tersebut.
“Sekarang saya (jadi Dirut Bulog) berada dalam situasi dan tugas yang berbeda,” ujarnya di kantornya, Jakarta, Senin (14/5/2018).
Baca Juga :
Oknum Buruh Bulog Viral Mandi Beras Diberhentikan, Ini Sosoknya
Buwas, sebagaimana namanya, terkenal dengan sikap tegas. Ketika empat hari pengangkatannya sebagai Kabareskrim Polri, dia langsung bergerak cepat dengan menangkap Wakil Ketua KPK Bambang Widjojanto di Depok, Senin, 23 Januari 2015.
Penangkapan itu akibat pengumuman KPK menetapkan calon Kapolri Budi Gunawan sebagai tersangka kasus grafitikasi. Sikap berani Buwas makin memanaskan hubungan lembaga KPK dan Polri. Pihak kepolisian membantah penangkapan Bambang Widjojanto alias BW sebagai aksi balas dendam.
BW, dalam pandangannya, ditangkap karena tersangka kasus saksi palsu Pilkada.
"Semua orang sama di mata hukum," katanya di Jakarta, Kamis (5/2/2015).
Adapun tindakannya yang kerap ugal-ugalan dan membuat "kegaduhan" itu seakan menjadi ciri khas pria kelahiran Pati, Jawa Tengah 58 tahun yang lalu tersebut. Akan tetapi, sebagai Dirut Bulog, Buwa mengaku dirinya akan sedikit mengerem sikapnya itu.
Tujuannya, demi menjaga kondisi psikologis pasar supaya pasokan tetap terkendali.
“Saya terkenal pembuat gonjang-ganjing, pembuat apa, ya, seperti itulah namanya selalu gaduh. Tapi, sekarang saya hanya ingin pastikan kalau beras aman harganya aman. Yang terpenting itu,” jelasnya.
Menurutnya, mengurusi beras merupakan hal baru dalam hidupnya. Meski begitu, latar belakangnya yang seorang penegak hukum menjadi modal untuk menertibkan masalah-masalah yang berhubungan dengan pasokan dan harga beras.
“Paling penting adalah demand dan suplai betul-betul seimbang. Harga naik karena suplai kurang. Persaingan (pasokan) terjadi dalam mendapatkan barang supaya harganya melambung tinggi,” tutupnya. (uji)
Sumber: JPG
Editor: Boy Riza Utama