Deputi Bidang Usaha Pertambangan, Industri Strategis, dan Media Kementerian BUMN Fajar Harry Sampurno membenarkan belum ada penunjukan resmi. Namun, dia memastikan itu terjadi bukan karena belum jelasnya sikap Freeport.
Sebagaimana diberitakan, perusahaan asal Amerika itu belum juga melakukan divestasi. Padahal, versi Ditjen Minerba Kementerian ESDM, divestasi seharusnya dilakukan pada 14 Oktober. Namun, PT FI belum mau melakukannya karena ingin lewat IPO. Soal itu, Harry menyebut Freeport harus mengikuti aturan yang ada. ‘’Paling lambat Oktober 2016 sudah harus diputuskan,’’ tegasnya.
Di luar itu, Antam juga memperkuat bisnisnya dengan menjalin kesepakatan dengan PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum). Dua BUMN itu sepakat membuat perusahaan patungan untuk mendirikan smelter grade alumina refinery (SGAR). Smelter itu diletakkan di Kalimantan Barat dan mulai dibangun pada 2016.
Direktur Inalum Winardi Sunoto menjelaskan, perusahaan patungan tersebut juga mencari mitra strategis yang punya teknologi terbaik. Saat ini, mereka sedang menyeleksi perusahaan asal Cina, Rusia, sampai Uni Emirat Arab. ‘’Tujuannya, merealisasikan industri hulu aluminium yang terintegrasi dengan produk hilir. Meningkatkan nilai tambah dan daya saing,’’ jelasnya.(dim/c17/tia/jpg)