JAKARTA (RIAUPOS.CO) -- Rupiah hampir sulit bergerak naik setelah virus corona ditetapkan sebagai pandemi global. Aset-aset berisiko semuanya langsung jatuh.
Rupiah hari ini, Jumat sore ditutup melemah 256 poin atau 1,76 persen menjadi Rp 14.778 per dolar AS dari sebelumnya Rp 14.522 per dolar AS.
"Sentimen pasar tidak membaik setelah WHO menyatakan pandemi untuk wabah Corona. Harga aset-aset berisiko seperti saham jatuh dalam. Ini memberikan tekanan untuk rupiah hari ini," kata Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta, Jumat.
Menurut Ariston, pasar terus menunggu kebijakan-kebijakan stimulus baru dari negara-negara besar seperti AS untuk meredam kekhawatiran pasar dan mengurangi dampak negatif wabah COVID-19 terhadap perekonomian.
Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) telah menetapkan COVID-19 sebagai pandemi. Penetapan itu dilakukan lantaran jumlah kasus maupun negara yang terjangkit wabah itu meningkat tajam.
WHO mencatat sudah ada 126.380 kasus di 124 negara di seluruh dunia.
Dari domestik, pemerintah akhirnya merilis stimulus jilid II untuk meminimalisasi dampak COVID-19 terhadap perekonomian dalam negeri.
Stimulus jilid II ini lebih berfokus pada sektor produksi terutama sektor manufaktur. Sebab, sejak ditetapkan sebagai pandemi global, sektor tersebut kesulitan untuk mendapatkan barang modal dan bahan baku.
Rupiah pada Jumat pagi dibuka melemah ke posisi Rp14.595 per dolar AS. Sepanjang hari, rupiah bergerak di kisaran Rp14.595 per dolar AS hingga Rp14.840 per dolar AS.
Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada Jumat menunjukkan, rupiah melemah menjadi Rp14.815 per dolar AS dibanding hari sebelumnya di posisi Rp14.490 per dolar AS.
Sumber: Jpnn.com
Editor: Erizal