JAKARTA (RIAUPOS,CO) – Kinerja pasar modal Indonesia menorehkan pertumbuhan positif dengan volatilitas yang relatif terjaga. Pada penutupan perdagangan, indeks harga saham gabungan (IHSG) finis di posisi 6.814,53, Jumat (14/10). Turun 66,1 poin atau 0,96 persen yang dipengaruhi sentimen dari pergerakan nilai tukar rupiah.
Pola gerak market masih berpotensi sideways dalam jangka pendek. Meski demikian, secara year-to-date (YtD) meningkat 2,24 persen.
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK Inarno Djajadi menyebutkan bahwa kinerja IHSG menjadi yang tertinggi jika dibandingkan dengan kinerja bursa ASEAN dan regional. Bahkan, pada 13 September, IHSG menembus rekor tertinggi sepanjang sejarah. Yakni, berada di level 7.318,01. "Kinerja bursa saham Singapura minus 0,60 persen. Bahkan, kinerja bursa negeri jiran Malaysia anjlok minus 11,53 persen. Bursa saham Filipina juga mencatatkan koreksi tajam 17,90 persen di periode yang sama. Kemudian, bursa saham Vietnam minus 32,84 persen," papar Inarno.
Sementara itu, market cap tercatat mencapai Rp 9.142 triliun. Naik 10,75 persen YtD. Para emiten juga mulai meningkatkan aktivitas penghimpunan dana melalui pasar modal. Itu seiring dengan aktivitas perekonomian domestik yang mulai pulih.
Hingga 11 Oktober 2022, aktivitas penghimpunan dana di pasar modal sebesar Rp179,66 triliun dari 168 emisi. Terdiri atas 42 penawaran umum perdana saham, 22 penawaran umum terbatas, 16 penawaran umum efek bersifat utang atau sukuk, serta 88 penawaran umum berkelanjutan efek bersifat utang atau sukuk tahap I dan II. "Dari 168 kegiatan emisi tersebut, 48 di antaranya adalah emiten baru. Bahkan, hingga saat ini sudah ada puluhan perusahaan lagi yang mengincar untuk melakukan penawaran umum perdana," terang dia.
Pertumbuhan jumlah emiten diikuti pertumbuhan jumlah investor ritel yang meningkat hampir 9 kali lipat dalam lima tahun terakhir.(jpg)