JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Kondisi anggaran negara masih cenderung aman meski ada tekanan dari akumulasi utang. Hal itu menjadi hasil analisis Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN).
Adapun guna bisa memahami kondisi utang pemerintah, salah satunya dengan melihat risiko keberlanjutan fiskal. Dari hasil studi KEIN, kondisi fiskal masih aman dalam jangka panjang atau sustain.
Diketahui, kajian itu dilakukan menggunakan konsep fiscal suistainbility yang dilakukan oleh Craig Burnside pada 2005.
Baca Juga :Polda Riau PTDH 2 Personel
"Hasilnya, kondisi fiskal kami masih aman," kata Wakil Ketua KEIN Arif Budimanta di Jakarta, Sabtu (12/5/2018).
Diterangkannya, hasil studi itu merupakan nilai keseimbangan primer per PDB 2016 dan 2017 masih berada di bawah batas maksimum alias dalam kondisi aman, dengan angka masing-masing -1,01% dan 0,95 persen.
Sementara, ambang batasnya (threshold) sebesar -1,52 persen dan -1,71 persen.
"Dari nilai tersebut terlihat jelas bahwa fiskal Indonesia sustain. Apalagi pada 2018 estimasinya akan lebih jauh, yakni sebesar -0,59 persen sedangkan threshold-nya -1,92 persen," tuturnya.
Dia memaparkan, kondisi itu dapat tercapai lantaran dalam merancang anggaran dan pendapatan belanja negara (APBN) pemerintah mengacu pada undang-undang dan peraturan yang ada.
Menurut UU Nomor 17/2003 tentang Keuangan Negara rasio defisit anggaran terhadap PDB sebesar 3 persen, sedangkan rasio utang terhadap PDB 60 persen. Adapun belakangan ini, publik mengkhawatirkan nilai utang Indonesia yang terus meningkat.
Padahal, utang Indonesia terdiri dari utang sektor publik dan utang swasta sehingga keduanya tidak bisa disatukan.
"Jadi, kami itu harus melihat utang dengan konsep perhitungan dan data yang benar sehingga tidak langsung mengatakan Indonesia terjerat lilitan utang," tegasnya.