PEKANBARU (RIAUPOS.CO) -- Satu tahun pandemi Covid-19 berlangsung di Indonesia, tepatnya sejak kasus pertama diumumkan pada 2 Maret 2020, berbagai indikator ekonomi sudah menunjukkan adanya perbaikan. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto juga menyebut pemulihannya sudah membentuk V-shape.
Menurut definisi investopedia, pemulihan ekonomi berbentuk kurva V menunjukkan pemulihan ekonomi yang tajam dan cepat setelah mengalami kontraksi yang dalam. Kurva V adalah skenario pemulihan ekonomi yang terbaik setelah mengalami resesi. Kurva ekonomi lainnya berbentuk L, W, U, dan J.
Diakui Airlangga, pandemi Covid-19 telah menurunkan perekonomian pada kuartal II 2020 hingga terkontraksi 5,32 persen, utamanya disebabkan oleh mobilitas yang terhenti. Pemerintah saat itu juga masih melihat seberapa dalam dampak pandemi dan mengkonsolidasikan berbagai respon, antara lain melalui program Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PC-PEN) yang anggarannya terserap Rp579,8 triliun atau 83,4 persen dari pagu anggaran yang ditetapkan Rp695,2 triliun.
"Dengan langkah-langkah tersebut, terlihat tren ekonomi berbalik dari -5,32 persen di triwulan II 2020 menjadi -2,19 persen di kuartal IV 2020. Kita ini fatality rate-nya tidak setinggi yang lain, dan tingkat kontraksi ekonominya juga tidak selama negara lain. Jadi kalau dilihat di chart kita di kuadran pertama, dampak ekonomi kecil dan angka kematian rendah," beber Airlangga Hartarto dalam Rapat Koordinasi Nasional Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dengan tema Evaluasi Satu Tahun Penanganan Pandemi Covid-19, Selasa (9/3).
Dibandingkan negara lain, Airlangga menyebut kondisi Indonesia relatif lebih baik dengan tren pemulihan yang terus berlanjut. "Trennya kita lihat di chart-nya sudah V-shape, jadi seperti huruf V. Pada saat kita krisis tahun 1998, shape-nya itu kan seperti huruf U. Tapi beberapa negara lain L, tidak balik-balik. Kalau sekarang kelihatan V-shape karena IHSG dan kurs rupiah Januari tahun lalu dan Januari tahun ini sudah recovery, sehingga itu tanda-tanda yang kita lihat," kata Airlangga.
Insentif PPnBM Dilakukan Secara Bertahap
Namun diakui Airlangga, pandemi belumlah usai, sehingga upaya penanganan harus terus dioptimalkan. Salah satunya melalui pelaksanaan vaksinasi Covid-19 yang saat ini sudah memasuki tahap kedua untuk pekerja publik dan lansia. Program PC-PEN juga terus dilanjutkan di tahun ini dengan anggaran mendekati angka Rp700 triliun.
"Untuk mendorong konsumsi dan utilisasi industri, pemerintah juga memberikan relaksasi Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) untuk kendaraan bermotor dan sektor properti," tambah Airlangga.
Airlangga menjelaskan insentif Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPnBM) dan insentif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi salah satu strategi pemerintah dalam mengembalikan stabilitas ekonomi Indonesia di masa pandemi Covid-19. "Perekonomian menurun drastis saat kuartal kedua karena mobilitas dihentikan," kata Airlangga.
Pada forum tersebut, Airlangga menyampaikan strategi perekonomiannya. Karena mobilitas dibatasi, daya beli masyarakat jadi menurun sehingga kami mengeluarkan insentif PPnBM dan insentif PPN," ujar Airlangga.
Periode Maret-Mei 2021 akan diberikan penurunan sebesar 100 persen dari tarif. Kemudian pada Juni-Agustus 2021, penurunan sebesar 50 persen. Lalu pada September-Desember, diberikan penurunan sebesar 25 persen.
Sedangkan untuk kebijakan insentif PPN, pemerintah memberikan penurunan sebesar 100 persen untuk rumah dengan harga kurang dari Rp2 miliar. Kemudian untuk rumah seharga Rp2 miliar hingga Rp5 miliar, penurunan yang diberikan sebesar 50 persen.(ifr/rls)
Laporan: EKA GUSMADI PUTRA (Pekanbaru)