PEKANBARU (RIAUPOS.CO) -- Berkembangnya digitalisasi dari sektor usaha mikro kecil menengah (UMKM) atau ekonomi kreatif, Provinsi Riau memiliki 167 ribu unit usaha yang potensial untuk digerakkan. Hal ini disampaikan oleh Kepala Kantor Bank Indonesia (BI) Riau Decymus.
Ia juga menuturkan keberadaan UMKM tersebut dapat meningkatkan perekonomian di Riau, sehingga Riau tidak perlu lagi mengandalkan sektor migas. "Provinsi Riau memiliki 167 ribu UMKM yang berpotensi untuk masuk ke dalam pasar e-commerce," kata Decymus.
Decymus memaparkan, perluasan pasar UMKM perlu dikembangkan melalui digitalisasi. Bank Indonesia mencatat bahwa jumlah penjual e-commerce Riau menduduki peringkat kelima dari seluruh provinsi di Sumatera. Namun, pangsa transaksi e-commerce Riau terhadap nasional malah terus menurun dalam 3 semester terakhir.
Lebih lanjut, Decymus mengungkapkan tantangan terbesar yang dihadapi Riau. Pasalnya meskipun terdapat banyak UMKM di Riau, pendataan data UMKM yang dilakukan belum lengkap dan akurat.
"Yang menjadi tantangan mendasar adalah pendataan data UMKM yang belum lengkap dan akurat, serta diperlukan suatu roadmap monitoring nasional untuk pembinaan UMKM dari sektor hulu ke hilir," ujar Decymus.
Sementara itu, selain sektor UMKM, terdapat sektor alternatif lain untuk mengembangkan pertumbuhan ekonomi Riau. Seperti sektor perdagangan, perikanan, real estate dan pariwisata.
"Dari sektor perdagangan, kita dapat melihat semakin maraknya pusat-pusat perbelanjaan dan brand-brand internasional di Riau. Dari sektor perikanan kita juga dapat melihat hasil tangkapan ikan yang melebihi 140 ribu ton per tahun dan berpotensi untuk terus meningkat," ujarnya.
"Sektor real estate juga tumbuh impresif pada 2019 ini dengan angka pertumbuhan nyaris mencapai dua kali pertumbuhan ekonomi. Dari sektor pariwisata, potensi wisata di berbagai wilayah mulai berkembang bahkan hingga ke mancanegara, seperti Bono, Istana Siak, dan Sister City Kampar-Melaka," tambahnya.(*2)