JAKARTA (RIAUPOS.CO) -- Harga logam mulia emas dunia melemah setelah mencapai level tertinggi hampir dua pekan di sesi sebelumnya. Pelemahan tersebut karena didorong oleh depresiasi dolar diimbangi tekanan dari meningkatnya sentimen risiko.
Mengutip laman Reuters, Selasa (6/10), harga emas di pasar spot melemah 0,13 persen menjadi 1.911,12 dolar Amerika Serikat (AS) per ounce pada pukul 08.52 WIB. Sementara, emas berjangka Amerika Serikat (AS) turun 0,22 persen menjadi 1.915,90 dolar AS per ounce.
Sebagai informasi, Presiden Donald Trump kembali ke Gedung Putih pada Senin (5/10), setelah tinggal di rumah sakit selama tiga malam karena terpapar Covid-19. Imbasnya, pasar saham Asia bergerak lebih tinggi karena update kesehatan Trump dan prospek paket stimulus AS. Sementara Indeks Dolar (Indeks DXY) turun 0,1 persen terhadap sekeranjang saingannya.
Ketua DPR AS Nancy Pelosi, dan Menteri Keuangan Steven Mnuchin berbicara tentang bantuan ekonomi Covid-19 dan bersiap untuk berbincang lagi melanjutkan upaya mereka guna menyepakati undang-undang tersebut.
Sementara Presiden Chicago Federal Reserve Bank Charles Evans memperkirakan inflasi AS akan mencapai 2 persen pada 2023 dan ingin mendorongnya menjadi 2,5 persen untuk mengimbangi kenaikan harga di bawah target selama bertahun-tahun.
Selain itu, pemulihan ekonomi zona Euro tersendat pada September, dengan semakin banyaknya bukti bahwa sektor dan negara di blok tersebut terpecah ketika kebangkitan kasus virus corona memaksa pemberlakuan kembali pembatasan aktivitas.
Adapun logam mulia lainnya, seperti perak naik 0,1 persen menjadi 24,37 dolar AS per ounce, platinum 0,1 persen lebih tinggi menjadi 897,99 dolar AS per ounce, sementara paladium turun 0,2 persen menjadi 2.356,85 dolar AS per ounce.
Mengutip logammulia.com, harga emas batangan Antam, kemarin naik sebesar Rp2.000 per gram menjadi Rp1.017.000 per gram. Setali tiga uang, harga pembelian kembali atau buyback hari ini juga naik Rp3.000 per gram.(jpg)