JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Perekonomian Indonesia masih mempertahankan tren positif meski resesi global masih membayangi. Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan, pertumbuhan ekonomi RI tumbuh 5,44 persen pada kuartal II 2022, Jumat (5/8).
Kepala BPS Margo Yuwono membeberkan, jika dibandingkan kuartal II (QtQ), pertumbuhannya adalah 3,72 persen.
"Dan secara kumulatif bila dibandingkan dengan semester I 2021 (CtC) naik 5,23 persen," ujarnya, Jumat (5/8).
Dari nilai pertumbuhan tersebut, Pulau Jawa memberikan kontribusi terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi domestik. Yakni, 56,55 persen. "Jadi, kalau melihat secara spasial, struktur ekonomi Indonesia kuartal II 2022 masih didominasi kelompok provinsi yang ada di Pulau Jawa dengan kontribusi lebih dari 50 persen," urai Margo.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menambahkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia relatif lebih baik dibandingkan negara lain. Dua negara penggerak motor dunia, Cina dan Amerika Serikat, sedang berada dalam situasi stasioner.
"Pemerintah berharap hal tersebut dalam jangka panjang tidak berdampak pada ekonomi di Asia Tenggara," tuturnya.
Pengeluaran konsumsi dan ekspor menjadi penopang utama pertumbuhan ekonomi pada kuartal II. Kebijakan mengizinkan masyarakat mudik pada Idulfitri telah mendorong konsumsi dengan sangat kuat.
Serta, menghasilkan perputaran ekonomi di seluruh wilayah Indonesia. "Untuk konsumsi rumah tangga, pertumbuhannya 5,51 persen. Artinya, sektor rumah tangga yang selama Covid-19 berdampak, ini sudah kembali pada kondisi asal," ujar Airlangga.
Di tengah ketidakpastian global, indikator sektor eksternal Indonesia relatif baik dan terkendali. Hal itu tecermin dari neraca perdagangan yang surplus selama 26 bulan berturut-turut, cadangan devisa tetap tinggi per Juli 2022 untuk membiayai 6,2 bulan impor, dan rasio utang masih berada pada level yang aman.
"Ekspor yang selalu menjadi andalan kita pada masa pandemi Covid-19. Ekspor terus tumbuh," tuturnya.
Memperhatikan perkembangan ekonomi sampai dengan kuartal II 2022 dan prospek ke depan yang masih kuat, Airlangga menegaskan bahwa pemerintah optimistis target pertumbuhan sebesar 5,2 persen pada tahun ini dapat tercapai.
Wakil Ketua Umum Bidang Fiskal dan Publik Kadin Suryadi Sasmita mengatakan, Indonesia saat ini berada di fundamental ekonomi yang kukuh. Kegiatan ritel dan pariwisata sudah menuju posisi normal seperti sebelum pandemi Covid-19.
Selain itu, dari segi pendapatan negara, pajak Indonesia pada 2021 menyentuh angka di atas 100 persen. "Ini menandakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia sangat bagus jika dibandingkan dengan berbagai negara lain," ujarnya.
Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Jawa Timur Eddy Widjanarko menilai pemerintah masih harus berhati-hati. Pasalnya, inflasi yang dicatatkan dalam tujuh bulan terakhir melebihi target awal. Kenaikan harga yang tak sesuai dengan upah pekerja bisa menekan daya beli.
"Kalau daya beli konsumen tertekan, prioritas mereka bakal berubah. Masyarakat akhirnya hanya fokus belanja kebutuhan primer dan meninggalkan produk sekunder dan tersier," paparnya.
Dengan situasi tersebut, dia khawatir pasar domestik bakal lesu. Padahal, industri mengandalkan konsumen domestik. Pada akhirnya produsen harus mengurangi output. "Sekalinya produksi menurun, perlu waktu yang lama bagi pelaku industri untuk kembali ke produksi normal," bebernya.(agf/bil/c7/dio/das)