Minyak Goreng Jadi Penyumbang Inflasi

Ekonomi-Bisnis | Rabu, 06 April 2022 - 11:41 WIB

Minyak Goreng Jadi Penyumbang Inflasi
Pedagang menimbang minyak goreng curah yang akan dijualnya dengan harga Rp19 ribu per kilogram di Pasar Limapuluh, foto diambil baru-baru ini. (DOK RIAUPOS.CO)

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - Setelah aturan harga eceran tertinggi (HET) dicabut, harga minyak goreng kemasan kembali naik, karena diserahkan pada mekanisme pasar. Naiknya harga minyak goreng ini diperkirakan akan menjadi penyumbang inflasi di bulan April.

Pada bulan Maret, Riau mengalami inflasi 0,90 persen (mtm) atau 3,22 persen (yoy). Tekanan inflasi yang lebih tinggi tertahan oleh deflasi minyak goreng, telepon seluler, beras, cabai rawit, dan tarif angkutan udara. Deflasi minyak goreng sebagai dampak pemberlakuan HET minyak goreng sesuai Permendag 6/2022 yang berlaku hingga pertengahan Maret lalu, hingga menyebabkan rata-rata harga pada bulan Maret lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya.


Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Riau Muhamad Nur mengatakan, melihat perkembangan harga terkini, minyak goreng diperkirakan berpotensi menjadi penyumbang inflasi pada bulan selanjutnya, sebagai dampak perbedaan harga HET dan nilai ekonomisnya.

Ia mengungkapkan, dalam rangka pemantauan stabilisasi harga dan ketersediaan bapokting di masyarakat menjelang Idulfitri, Disperindagkop dan UKM Provinsi Riau bersama BI dan stakeholder TPID lainnya telah melakukan kunjungan ke pasar dan gudang distributor, serta rapat koordinasi selama bulan Maret 2022. "Menghadapi periode Ramadan dan Idulfitri, TPID Riau akan kembali melaksanakan High Level Meeting (HLM), serta terus melakukan monitoring ketersediaan dan stabilisasi harga bapokting," ujarnya, Selasa (5/4).

Hal ini untuk memastikan keperluan masyarakat selama bulan Ramadan dapat terpenuhi, serta risiko defisit pasokan komoditas utama dapat segera ditindaklanjuti.  "Secara umum, realisasi inflasi Riau pada Maret 2022 masih berada dalam level terkendali dan on-track dengan target inflasi 2022 secara keseluruhan," ujarnya.

Ia menambahkan, terjaganya inflasi menunjukkan pemulihan ekonomi Riau terus berlangsung dengan meningkatnya konsumsi masyarakat. Untuk itu, TPID Provinsi Riau perlu mewaspadai sejumlah risiko yang berpotensi menimbulkan gejolak harga. Risiko itu di antaranya gangguan pasokan komoditas pangan karena tingginya ketergantungan Riau terhadap daerah lain.(esi)

Laporan MUJAWAROH ANNAFI, Pekanbaru









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook