JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Perkembangan teknologi memberikan dampak positif pada kelangsungan berusaha. Namun, di sisi lain bisa menjadi momok menakutkan bagi pekerja. Kamar Dagang dan Industri (Kadin) menyebutkan, pada 2030 diperkirakan 23 juta pekerjaan bakal punah digantikan teknologi.
"Dengan berkembangnya teknologi, 23 juta pekerjaan terancam punah pada 2030 mendatang," ujar Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Arsjad Rasjid.
Pada 2030, Indonesia tengah menghadapi bonus demografi. Jumlah populasi di Indonesia bakal tumbuh signifikan. Artinya, kata Arsjad, kebutuhan lapangan pekerjaan juga praktis akan meningkat. "Tanpa adanya peningkatan kualitas SDM, yang kita hadapi bukanlah bonus demografi, melainkan bencana demografi," terang Arsjad.
Menurut dia, apabila bisa memanfaatkan momentum bonus demografi, Indonesia akan selangkah lebih maju dan lebih mudah mencapai Indonesia emas 2045. "Masyarakat bisa hidup lebih sejahtera dengan pendapatan per kapita lebih besar lagi, yang bisa lebih besar 5 kali dari hari ini," ujarnya.
Pada kesempatan sebelumnya, Wakil Ketua Badan Nasional Sertifikasi Profesi Miftakul Aziz membeberkan, tantangan tenaga kerja Indonesia sampai saat ini ada dua. Pertama, tingkat produktivitas yang masih rendah sehingga kalah bersaing dengan negara lain. Kedua, daya saing yang juga masih rendah. "Mustahil ada daya saing tanpa adanya produktivitas. Maka, kompetensi menjadi prasyarat utama kita menjadi Indonesia maju, menuju Indonesia emas 2045," katanya.
Oleh karena itu, kolaborasi antar stakeholder terkait akan terus ditingkatkan demi peningkatan kualitas SDM dan tenaga kerja Indonesia. Dari sisi Kadin sebagai representasi industri, Lembaga Sertifikasi Profesi sebagai penanggung jawab penjaminan mutu SDM, juga lembaga pelatihan dan pendidikan serta para pelaku usaha. "Dengan berkolaborasi, jadi jalan cepat kita untuk memastikan tingkat produktivitas dan daya saing akan terus meningkat di kemudian hari," tegasnya.
Pengamat ketenagakerjaan Universitas Gadjah Mada (UGM) Tadjudin Nur Effendi mengatakan, bonus demografi masyarakat dengan proporsi 60 persen dari total populasi saat ini mampu menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia. "Angkatan kerja kita yang usia produktif itu akan mencapai 60-65 persen hingga 2045. Nah ini tanggung jawab yang besar. Dan, satu hal lagi, setiap tahun angkatan kerja yang masuk pasar kerja itu sekitar 2,5 juta. Kalau tidak ada pertumbuhan ekonomi di atas 5 persen, itu tidak akan terserap," ujar Tadjudin.(agf/fal/jpg)