DANA KETAHANAN ENERGI

Bisa Jadi Mainan Mafia Migas

Ekonomi-Bisnis | Selasa, 29 Desember 2015 - 00:06 WIB

Bisa Jadi Mainan Mafia Migas

Itulah kenapa, dia menyarankan agar rekomendasi Tim RTKM untuk membentuk dana lewat anggaran negara dilakukan. Yakni, diusulkan lewat APBNP. Kalau ternyata gagal, Kementerian ESDM bisa mencari jalan dan mencari payung hukum yang pas sebelum mengumumkan ke masyarakat.

’’Bisa juga mengambil pungutan dari kontraktor di sektor hulu,’’ sarannya.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Kalau lewat penjualan premium atau solar, dia khawatir saat harga minyak dunia rebound. Ketika harga bensin naik, masyarakat makin terbebani karena tetap harus membayar iuran DKE.

’’Harga BBM yang diterima masyarakat saat ini bisa lebih murah kalau tanpa pungutan. Supaya tidak bermasalah, enaknya dibatalkan dulu dan dianggarkan lewat APBNP,’’ jelasnya.

Terpisah, Menteri Ristekdikti Muhammad Nasir mengatakan, riset energi terbarukan dan mobil listrik nasional (molina) bakal terus digalakkan tahun depan. Namun dia mengatakan urusan pendanaan riset-riset di bidang energi terbarukan di lingkungan Kemenristekdikti, tidak menggunakan dana ketahanan energi.

Mantan Rektor Universitas Diponegoro (Undip) Semarang itu mengatakan, pendanaan riset energi terbarukan dan molina di Kemenristekdikti disokong dari Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP). ’’Kami sudah menandatangani kesepakatan bersama dengan LPDP,’’ kata Nasir di Jakarta, kemarin.

Untuk besarannya, Nasir mengungkapkan bahwa LPDP siap mengucurkan dana sampai Rp100 miliar untuk riset energi terbarukan dan molina. Bahkan LPDP juga siap mengucurkan duit Rp300 miliar untuk riset-riset lain yang ada di Kemenristekdikti hingga ke unit-unitnya seperti kampus negeri.

Khusus untuk proyek riset molina, digarap keroyokan oleh sejumlah kampus papan atas di Indonesia. Di antaranya adalah Universitas Indonesia (UI) dan Institut Teknologi Bandung (ITB). Proyek ini dimulai sejak era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Teknis pengerjaannya adalah setiap kampus yang digandeng proyek ini, berlomba untuk menciptakan prototipe. Kemudian dari prototipe ini akan dikaji mana yang paling cocok untuk diproduksi massal.

Nasir mengatakan, ke depan riset-riset di Kemenristekdikti tidak akan hanya berhenti sampai pada prototipe. ’’Tetapi lebih dari itu harus sampai pada produk yang siap dikerjasamakan dengan industri,’’ katanya. Dia berharap tahun depan hilirisasi hasil riset dari lembaga penelitian kepada pasar industri semakin lancar.

Sumber: JPG/JPNN

Editor: Hary B Koriun









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook