Cabai Merah Sumbang Inflasi Terbesar di Dumai

Dumai | Selasa, 05 Oktober 2021 - 10:48 WIB

Cabai Merah Sumbang Inflasi Terbesar di Dumai
Pegadang cabai merah di pasar tradisional Jalan MH Thamrin, Dumai. Cabai merah memberikan andil terbesar komoditas penyumbang inflasi terbesar, 10 persen di Kota Dumai. (MX12/RPG/RIAUPOS.CO)

DUMAI (RIAUPOS.CO) - Pada September 2021, Dumai mengalami inflasi sebesar 0,10 persen dengan indeks harga konsumen (IHK) sebesar 106,96, inflasi tahun kalender (Januari-September) 2021 sebesar 0,96 persen dan inflasi tahun ke tahun (September 2021 terhadap September 2020) sebesar 2,60 persen.

Kenaikan harga cabai merah memberikan andil terbesar komoditas penyumbang inflasi terbesar,10 persen. Menyusul kemudian, daging ayam ras sebesar 0,07 persen, tomat dan minyak goreng masing-masing sebesar 0,04 persen, ikan serai sebesar 0,03 persen, rokok kretek filter dan bayam masing-masing sebesar 0,02 persen.


Kepala Biro Pusat Statistik (BPS) Kota Dumai Drs Morhan Tambunan MSi mengatakan, ada beberapa komoditas lain yang juga mengalami inflasi. "Ikan lele, bensin, kubis, ayam hidup, mie, cabai rawit, sawi hijau, rokok putih, ikan caru, wortel, mobil, air kemasan masing-masing sebesar 0,01 persen. Untuk komoditas lain relatif stabil," katanya, Senin (4/10).

Menurut Morhan, inflasi di Kota Dumai terjadi karena adanya peningkatan indeks harga di 8 kelompok pengeluaran. Masing-masing kelompok transportasi sebesar 0,16 persen dan kelompok makanan, minuman dan tembakau dan kelompok penyediaan makanan dan minuman atau restoran masing-masing sebesar 0,15 persen.

"Kemudian, kelompok pera­watan pribadi dan jasa lainnya sebesar 0,12 persen," lanjut Morhan.

Untuk kelompok informasi, komunikasi dan jasa keuangan menyumbang sebesar 0,10 persen. Kemudian kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 0,06 persen dan kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 0,02 persen.

"Terendah ada pada kelompok rekreasi, olahraga dan budaya sebesar 0,01 persen. Sementara 3 kelompok mengalami inflasi atau deflasi yang relatif stabil antara lain kelompok pakaian dan alas kaki, kelompok kesehatan dan kelompok pendidikan," sebut Morhan.

Dari 24 kota di Sumatera yang menghitung IHK, 18 kota mengalami inflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Pangkal Pinang sebesar 0,60 persen, diikuti Bukit Tinggi sebesar 0,53 persen,  Tembilahan sebesar 0,41 persen; Tanjung Pandan sebesar 0,38 persen, Batam sebesar 0,33 persen, Sibolga sebesar 0,32 persen, Pematang Siantar dan Medan masing-masing sebesar 0,31 persen,

Menyusul kemudian Jambi sebesar 0,30 persen, Lubuklinggau sebesar 0,23 persen, Pekanbaru dan Tanjung Pinang masing-masing sebesar 0,19 persen,  Bengkulu sebesar 0,17 perse dan terendah Padang sebesar 0,04 persen.

Sementara 6 (enam) kota mengalami deflasi dengan deflasi tertinggi terjadi Meulaboh sebesar 0,59 persen, Lhokseumawe sebesar 0,16 persen, Gunungsitoli dan Banda Aceh masing-masing sebesar 0,13 persen, dan terendah di Metro sebesar 0,11 persen.

Dari 10 ibukota provinsi di pulau Sumatera, 9 ibukota provinsi mengalami inflasi, inflasi tertinggi terjadi di Pangkal Pinang sebesar 0,60 persen. Disusul Medan sebesar 0,31 persen,  Jambi sebesar 0,30 persen, Pekanbaru dan Tanjung Pinang masing-masing sebesar 0,19 persen, Bengkulu sebesar 0,17 persen dan terendah Padang sebesar 0,04 persen. Sementara 1 kota mengalami deflasi yaitu Banda Aceh sebesar 0,13 persen.(mx12/rpg)

 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook