DUMAI (RIAUPOS.CO) - Kepolisian Resort (Polres) Kota Dumai bersama Pemerintah Kota Dumai, unsur TNI, dan pencinta sepakbola Kota Dumai menggelar doa bersama buat korban Tragedi Kanjuruhan di Taman Bukit Gelanggang Dumai, Senin (3/10) malam. Proses doa bersama juga diikuti dengan pembacaan puisi dan menyalakan lilin sebagai bentuk duka cita.
"Mari kita doakan kepada korban Tragedi Kanjuruan, Malang yang meninggal dunia diterima disisi Allah dan ditempati di tempat yang baik serta keluarga yang ditinggalkan tegar. Sementara korban yang harus mendapatkan perawatan diberikan kesembuhan, " ujar Kapolres Dumai AKBP Nurhadi Ismanto, Senin (3/10).
Aremania adalah suporter yang tertib dan banyak dicontoh banyak suporter lainnya. "Kami menginisiasi kegiatan ini atas perintah Kapolda Riau untuk melaksanakan doa bersama di masing-masing kabupaten/kota di Provinsi, " tambah Kapolres.
Sementara itu salah seorang Aremania Kota Dumai, Tholib menyambut baik apa yang dilakukan oleh Polres Dumai, Pemko Dumai, dan masyarakat Kota Dumai yang sudah melaksanakan doa bersama ini.
"Ini bentuk dukungan kepada kami suporter Arema, khususnya keluarga korban Tragedi Kanjuruan. Terima kasih kepada masyarakat Duma. Bersama kita teguh. Yang jelas loyalis antianarkis. Salam satu jiwa, Arema,"ujar Kholid.
Sementara itu, selain penanganan medis, pemerintah juga memberikan santunan bagi para keluarga korban. Satu orang korban akan diberi santunan Rp15 juta.
Diwakili Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (MenkoPMK) Muhadjir Effendy dan Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharini, mereka mengunjungi keluarga korban di beberapa kecamatan di Kota dan Kabupaten Malang.
Muhadjir mengungkapkan, santunan ini merupakan bentuk perhatian dan empati dari pemerintah terhadap musibah yang dialami oleh keluarga korban. Kendati begitu, dia menegaskan, bahwa santunan ini tidak ada harganya dibanding dengan kehilangan yang dirasakan oleh pihak keluarga.
"Sebagai pribadi saya ikut berbelasungkawa yang sedalam-dalamnya. Mudah-mudahan bapak/ibu semuanya diberi kesabaran dan keikhlasan,"katanya di Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang, Senin (3/10).
Tragedi yang terjadi di stadion Kanjuruhan pada Sabtu lalu menjadi salah satu bencana sosial. Karenanya, pemerintah menyiapkan santunan bagi keluarga korban.
Pada Senin (3/10), Risma pun telah menyerahkan santunan pada 125 ahli waris yang terdata oleh Kementerian Sosial (Kemensos). Masing-masing ahli waris menerima santunan sebesar Rp15 juta per korban dan paket sembako.
Apabila dalam satu keluarga terdapat dua korban, maka ahli waris mendapat satunan sesuai dengan jumlah korban tersebut. "Data ini terus bergerak sesuai perkembangan di lapangan,"ujar Mantan Walikota Surabaya tersebut.
Selain, dukungan layanan psikososial untuk korban luka dan keluarga korban meninggal telah diberikan melalui Unit Pelaksana Teknis (UPT) milik Kemensos di seluruh indonesia.
Yang menjadi penting, Kemensos melalui SDM PKH juga mendata ahli waris yang memiliki komponen ibu hamil, anak usia dini, anak sekolah, lansia maupun disabilitas untuk bisa dimasukkan dalam data terpadu kesejahteraan sosial (DTKS) sebagai basis data penerima bantuan sosial ke depannya.
Selain itu, Risma juga memastikan, ada penanganan khusus bagi kondisi-kondisi tertentu. Misalnya, bapak yang meninggal dunia dalam tragedi Kanjuruan dan masih memiliki anak sekolah. "Tadi, ada yang kuliah, tinggal beberapa semester, itu kita tangani khusus. Jadi, yang seperti itu, case-nya kita tangani khusus,"ungkapnya.
Senada, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (MenPPPA) Bintang Puspayoga memastikan para korban sudah ditangani dengan baik. Pihaknya pun terus memantau perkembangan penanganan korban anak dan perempuan.
"Kami sudah ada pemantauan dan koordinasi dengan dinas pengampu perempuan dan anak, alhamdulilah sekarang ini sudah penanganan yang sangat baik dilakukan,"tuturnya.
Sementara itu, Komisioner KPAI Retno Listyarti menuntut pemerintah, baik pusat maupun daerah untuk bertanggungjawab atas jatuhnya korban jiwa dan luka. "Tak sekadar santunan, namun juga rehabilitasi psikis para korban. Terutama anak-anak yang masih dirawat maupun yang orang tuanya meninggal saat tragedi terjadi,"tegasnya.
Dia mengatakan, kondisi ini tidak mudah bagi anak-anak yang mendadak yatim atau bahkan yatim piatu dan yang kehilangan tulang punggung keluarganya. Sehinga perlu penanganan khusus.
Kapolri untuk melakukan evaluasi secara menyeluruh dan tegas atas tragedi yang terjadi. Terlebih, kejadian ini jadi salahsatu tragedi kemanusian terbesar di dunia sepakbola yang pernah ada. Dan yang perlu menjadi catatan, adanya penggunaan gas air mata dalam kejadian tersebut.
Di mana, menurutnya, gas air mata sangat berbahaya, terlebih bagi anak. Karena membuat kulit terasa terbakar, mata perih, batuk hingga terasa tercekik, bahkan rasa terbakar parah di tenggorokan. Parahnya lagi, jika masuk hingga ke paru-paru dapat menyebabkan sesak napas. "Itulah mengapa penggunaan gas Air mata tersebut dilarang oleh FIFA,"katanya.
Selain itu, dia juga menyoroti soal keberadaan anak-anak di stadion. Diakuinya, membawa anak-anak dalam kerumunan massa sangat berisiko, apalagi di malam hari. Karena ada kerentanan bagi anak-anak saat berada dalam kerumunan dan tak bisa memprediksi apa yang akan terjadi dalam kerumunan tersebut.(mia/syn/lyn/jpg)