DUMAI (RIAUPOS.CO) - Pada Januari 2021, Dumai mengalami inflasi sebesar 0,68 persen. Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 108,43, Inflasi Tahun Kalender (Januari 2022-Desember 2021) sebesar 0,68 persen dan Inflasi tahun ke tahun (Januari 2022 terhadap Januari 2021) sebesar 1,94 persen.
Inflasi di Dumai terjadi karena adanya peningkatan indeks harga di enam kelompok pengeluaran. "Kelompok makanan, minuman dan tembakau memberi andil terbesar. 1,81 persen," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Dumai, Morhan Tambunan, Kamis (03/02).
Urutan kedua, yakni lelompok transportasi sebesar 0,47 persen. Kemudian kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 0,38 persen.
Berikutnya kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 0,10 persen, kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya sebesar 0,03 persen.
"Terendah adalah kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 0,01 persen," tambah Morhan.
Sementara 4 (empat) kelompok mengalami inflasi/deflasi yang relatif stabil antara lain kelompok pakaian dan alas kaki, kelompok kesehatan, kelompok pendidikan dan kelompok penyediaan makananan, minuman dan restoran.
Sedangkan satu kelompok mengalami deflasi yaitu kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,13 persen.
Komoditas yang memberikan andil terjadinya inflasi di Dumai antara lain: daging ayam ras, bayam, bawang merah, cabai rawit, tomat, ayam hidup, telur ayam ras, angkutan laut, kangkung, mi kering instan, sepeda motor, ikan nila, buncis, ikan serai, sawi hijau, tahu mentah, kentang, udang basah, bawang putih, jengkol, ikan kembung/ gembung, ikan tongkol, minyak goreng, daun singkong, gula pasir, terong, ketimun, sawi putih, daun seledri, susu bubuk, cumi-cumi dan minuman ringan dan lain-lain.
Dari 24 kota di Sumatera yang menghitung IHK, semua kota mengalami inflasi . Inflasi tertinggi terjadi di Sibolga sebesar 1,53 persen.
Menyusul kemudian Muaro Bungo sebesar 1,39 persen, Tembilahan sebesar 1,37 persen dan Pangkal Pinang sebesar 1,22 persen, Jambi sebesar 1,13 persen, Lhokseumawe sebesar 1,12 persen, Medan sebesar 1,04 persen, Padang sebesar 1,03 persen dan Banda Aceh sebesar 1,01 persen
Berikurtnya Pematang Siantar sebesar 0,96 persen, Meulaboh dan Bukittinggi masing-masing sebesar 0,95 persen, Palembang sebesar 0,94 persen, Gunung Sitoli sebesar 0,93 persen, Padangsidimpuan sebesar 0,90 persen, dan terendah di Bandar Lampung dan Tanjung Pinang masing-masing sebesar 0,38 persen.(mx12/rpg)