Indonesia memiliki angka kejadian bencana cukup besar. Data dari BNPB sejak tahun 2018 sampai akhir 2019 tercatat telah terjadi 3.646 kali bencana yang telah memakan korban, baik jiwa maupun harta benda. Salah satu bencana yang menimbulkan banyaknya korban adalah bencana gempa bumi.
Korban jiwa terbesar akibat gempa bumi Indonesia terjadi di Sumatera Barat pada 30 September 2009 sebanyak 800 jiwa. Sementara korban jiwa gempa bumi yang kemudian membangkitkan tsunami terbesar memakan korban jiwa terjadi di Aceh dan Sumut pada Desember 2004, sebanyak 250.000 jiwa. Faktor penyebab utama timbulnya banyak korban jiwa akibat bencana gempa bumi adalah karena kurangnya pengetahuan masyarakat tentang bencana dan kurangnya kesiapan masyarakat dalam menghadapi bencana gempa bumi tersebut. (Bakornas, 2007).
Kurangnya kesiapan masyarakat dalam menghadapi bencana perlu diantisipasi dengan upaya–upaya yang melibatkan berbagai pihak seperti individu dan rumah tangga, pemerintah serta komunitas sekolah (Hidayati, dkk, 2011). Sekolah merupakan stakeholder yang sangat berperan sebagai sumber pengetahuan dan menyebarluaskan pengetahuan tentang kesipasiagaan bencana. Selain itu, sekolah juga memiliki peran sebagai petunjuk praktis dalam penanggulangan becana, baik sebelum terjadi bencana, saat bencana terjadi, dan setelah terjadinya bencana (Nirmalawati, 2011). Pendidikan tentang resiko bencana dan keselamatan di sekolah perlu di integrasikan dalam kurikulum pendidikan yang disertai dengan penyedian fasilitas yang aman bagi siswa selama berada di sekolah (Sutikno,2006).
Sekolah diharapakan memiliki kemampuan untuk mengelola risiko bencana di lingkungannya yang dapat dilihat dari pengetahuan dan kemampuan kesiapsiagaan siswa dalam menghadapi bencana alam yang dapat terjadi kapan saja. Upaya-upaya penting dalam kesiapsiagaan siswa dalam menghadapai bencana gempa bumi antara lain dengan memberikan pemahaman tentang bahaya di sekitar lingkungan sekolah dan sistem peringatan dini yang ada, memberikan pengetahuan mengenai rute evakuasi dan rencana pengungsian, dan melibatkan siswa dalam pelatihan dan simulasi bencana.
Salah satu daerah di Bukittinggi yang rawan bencana adalah Kelurahan Bukit Apit Puhun, di mana di sana terdapat Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 3 Bukittinggi. Sekolah ini berada di atas ketinggian dan lurah yang beresiko terjadi longsor pada saat gempa terjadi. Bangunan sekolah memiliki 3 lantai di mana ini dapat menjadikan salah satu faktor yang perlu dipertimbangkan. Berdasarkan latar belakang inilah kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang dilaksanakan oleh dosen dan mahasiswa STIKes Yarsi Sumbar Bukittinggi sebagai bentuk pertanggung jawaban dan kontribusi STIKes Yarsi Sumbar kepada masyarakat khususnya pelajar SMPN 3 Bukittinggi.
Kegiatan pengabdian kepada masyarat oleh tenaga dosen dan mahasiswa STIKes Yarsi yang di ketuai oleh Ns H.Junaidy Suparman Rustam SKep MNS bertujuan untuk memberikan pengetahuan tentang penggulangan bencana gempa bumi bagi pelajar SMP saat berada di sekolah dan meningkatkan pemahaman serta kesiapan pelajar tentang penyelamatan diri saat dan sesudah terjadi bencana gempa bumi. Yang mana kegitan ini diharapkan dapat memberikan manfaat besar kepada pihak sekolah dan pelajar SMPN 3 Bukittinggi dengan meningkatkan kewaspadaan dalam menghadapi bencana gempa bumi. Kegiatan ini juga dapat dijadikan sebagai sutu program preventif terhadap ancaman yang dapat ditimbulkan akibat bencana gempa bumi.
Kegiatan PKM ini disiapkan secara maksimal melalui koordinasi dengan Puskesmas Perkotaan Kota Bukittinggi, BNPB Kota Bukittinggi, dan Tim Pengabmas STIKes Yarsi Sumbar Bukittinggi. Persiapan diawali dengan penetapan semua sarana prasarana yang dibutuhkan dan kelompok terkait yang secara langsung dan tidak langsung terlibat dalam kegiatan pengabmas tersebut. Kegiatan penyuluhan dan simulasi bencana gempa bumi pelajar SMPN 3 Bukittinggi ini mendapat respon yang baik dari pihak sekolah maupun siswa yang menjadi peserta pada kegiatan ini. Antusias siswa dan guru terlihat dari respon yang diberikan selama kegiatan dan adanya feedback yang positif pada saat diberikan pertanyaan terkait materi yang telah disampaikan.
Output yang didapat dari kegiatan pengabdian masyarakat ini diantaranya adalah (1) Pemahaman siswa SMPN 3 Bukittinggi tentang kesiapsiagaan bencana gemapa bumi saat sedang berada di sekolah maupun diluar sekolah, dan (2) dari hasil simulasi yang dilakukan dilihat adanya pemahaman mengenai instruksi yang diberikan selama simulasi dilakukan.
Sedangkan outcome yang didapatkan yaitu kesiapan siswa SMPN 3 Bukittinggi dalam mengahadapi dampak yang ditimbulkan akibat bencana gempa bumi yang rawan terjadi.
Kegiatan ini diharapkan dapat menjadi satu program rutin yang dilakukan pihak sekolah secara konsisten dan kontiniu dalam meningkatkan kesiapsiaagaan siswa dalam menghadapi bencana yang dapat terjadi kapan saja dan dimana saja. STIKes Yarsi Sumbar Bukittinggi diharapkan semakin dikenal sebagai institusi yang mempunyai kepedulian terhadap permasalahan masyarakat khususnya di bidang disaster management.
Ns Junaidy Suparman Rustam SKep MNS
(Dosen STIKes Yarsi Sumbar Bukittinggi)