Buku Bajakan Marak di Situs Belanja Online, Tere Liye Kritik Begini

Buku | Rabu, 26 Mei 2021 - 20:02 WIB

Buku Bajakan Marak di Situs Belanja Online, Tere Liye Kritik Begini
Tampilan buku-buku yang dijual di situs belanja online. (JAWAPOS.COM)

JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Darwis, penulis buku dan pemilik nama pena Tere Liye pada unggahan Facebook miliknya sampaikan keresahan soal penjualan buku bajakan yang marak pada marketplace situs belanja online.

Dalam postingan di facebooknya, Rabu (26/5), Tere Liye mengunggah tulisan Tere Liye Fans yang mengkritik pembajak buku.


“Buku Tere Liye yang dijual di Marketplace dengan harga 20.000 s/d 30.000 per buku, nyaris 100% bisa dipastikan adalah bajakan. Kalau memang tidak punya uang pinjam saja. gratis. atau download aplikasi perpustakaan nasional. lagi-lagi gratis,” tulis Ali Cs pada unggahan Bang Tere, sapaan akrabnya.

Maraknya buku bajakan yang dijual online itupun menuai komentar penulis buku ‘Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin’ tersebut. Tere Liye sampaikan keluhan sebagai penulis yang harus membayar semua pajak buku.

“Berhentilah egois sekali dengan semua pemahaman sempit kalian. Lantas memaki penulis bilang tidak ikhlas, kok penulis bego bisa kalah sama pembajak. Buku original itu harus membayar semua pajak, semua biaya2 selain biaya cetak. Pembajak itu tentu saja mereka bisa jual murah, karena mereka hanya bayar nol semua. Tinggal bajak, beres,” tegas Darwis.

Kasus pembajakan buku dan dijual murah di situs belanja online pun mengundang banyak komentar di media sosial. Sebagai penulis Boy Candra juga angkat bicara melalui ciutan Twitter miliknya.

“Nggak heran, banyak kawan-kawan penulis yang akhirnya malas buka suara menolak pembajakan. Toh, kadang mereka dibully oleh orang-orang yang justru katanya mencintai buku. Ngebela hak pekerja buku dan industri tempat bukunya tumbuh malah dibully. Dibilang pelit dan sebagainya,” jelas Boy Candra.

Dalam postingan lainya, Boy Candra menuliskan dukunganya sebagai penulis buku, ia menuliskan tidak menerima 100% keuntungan dari penjualan buku dan harus melawan pembajak buku.

“Di negara ini, buku seolah-olah produk penulis doang. Seolah-olah yang diuntungkan cuma penulis doang. Padahal penulis cuma nerima 10%-an royalti. Giliran promo dan pasang badan ngelawan pembajakan harus paling depan. Udah gitu dikatai sama orang-orang lain. Ya sudahlah,” tutup Boy Candra.

Sumber: Jawapos.com

Editor: Eka G Putra

 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook