Sulit Dapatkan Solar, Nelayan Desa Penampi Bengkalis Tak Bisa Melaut

Bengkalis | Selasa, 12 Juli 2022 - 20:15 WIB

Sulit Dapatkan Solar, Nelayan Desa Penampi Bengkalis Tak Bisa Melaut
Akibat sulit mendapatkan BBM jenis solar, nelayan Desa Penampi terpaksa memarkirkan kapal pompong mereka di sungai, Selasa (12/7/2022). (RPG)

BENGKALIS (RIAUPOS.CO) — Sejak dua pekan terakhir, nelayan di Desa Penampi, Kecamatan Bengkalis kesulitan mendapatkan BBM jenis minyak solar. Jika tersedia dalam jumlah minim dengan harga Rp8 ribu sampai Rp10 ribu per liter.

"Ya, kami tak bisa melaut. Karena minyak solar langka. Kalau pun ada jumlahnya terbatas, dan harganya mahal," ujar Muzikar Yanto, salah seorang nelayan Desa Penampi kepada wartawan, Selasa (12/7/2022).


Menurutnya, para nelayan di desanya kesulitan mendapatkan solar. Jika pun ada harganya mahal. Sekalipun harganya maha masyarakat nelayan tetap membelinya dari pada tidak bisa melaut.

Muzikar juga menuturkan, kondisi saat ini sejak menjelang Iduladha 1443 Hijriah. Sebanyak 60 kapal motor nelayan di desa tertambat dan nelayan memilih untuk menganggur menangkap ikan.

“Saat ini dua sungai, yang motor nelayan tidak bisa melaut, akibat tidak ada solar. Kurang lebih 60 kapal motor nelayan yang menganggur menjaring ikan," ujarnya lagi.

Disebutkannya, masalah kelangkaan solar ini sudah terjadi sebelum Hari Raya Iduladha. Jika tersedia harganya mencapai Rp8 ribu per liter.  Penyebabnya, yang disampaikan tauke ikan nelayan pembelian minyak di SPBU atau APMS dikenakan bayar langsung, dipatok dengan harga satu drum Rp70 ribu.

Berbeda dengan menggunakan jeriken, dipatok harga Rp10 ribu. Sehingga tauke ikan menaikkan harga yang semula Rp6.500 per liter menjadi Rp7- 8 ribu, terkadang sampai Rp10 ribu per liternya. Sementara harga jual dari agen harga solar senilai Rp5.150.

“Sebenarnya nelayan pun maklumi ketika tauke menaikkan harga solar, pada prinsipnya nelayan itu kalau melaut rata-rata ngutang dulu sama tauke,” ujarnya.

Atas kondisi yang terjadi, sambungnya, ia bersama nelayan yang lain, punya rencana menyampaikan keluhan ini kepada pihak terkait. Sebab, kebutuhan solar bagi nelayan rata-rata per harinya membutuhkan 15–20 liter. Secara terperinci, nelayan tangkap ikan sekali melaut membutuhkan 50-60 liter selama empat hari sekali melaut, begitupun nelayan tangkap udang perlu 15-20 liter solar sehari.

“Semua nelayan di Desa Penampi ini legalitasnya sudah terpenuhi. Kelompoknya semua di-SK-kan oleh kepala desa. Bahkan ada yang sampai ke notaris. Semua anggota memiliki kartu nelayan,” terangnya.

Sedangkan Ketua KUB Nelayan Makmur, Gani juga mengatakan, soal solar ini, hanya bisa mengakomodir dirinya bersama beberapa anggota. Sementara, untuk nelayan lainnya di luar kelompok itu terkadang tidak mendapatkan solar.

“Khusus kami di KUB Nelayan Makmur, untuk keperluan solar terpenuhi dari tauke, hanya saja jumlahnya terbatas dan kadang juga sering putus. Kami juga turut memikirkan hal ini, bagaimana caranya bisa mampu mengakomodir keperluan solar nelayan lainnya,” jelas Gani.

Sementara Ketua KUB Putra Nelayan, Hambali menimpali, jika masalah solar nelayan di Desa Penampi ini, diharapkan bisa difasilitasi oleh Dinas Perikanan Bengkalis. Beberapa kali, masyarakat nelayan terkadang tidak dilayani saat membeli solar di APMS atau agen di Pulau Bengkalis.

“Belakangan solar tidak ada. Hilang dari pasaran. Sehingga kami tidak dapat lagi keperluan untuk menjaring ikan. Stok keperluan solar ini harapan kami bisa difasilitasi pemerintah setempat,” ujar Hambali.

Diutarakan Hambali, nelayan tetap membeli solar dengan harga jual di agen. Namun, kadang tidak diakomodir dengan alasan, jika keperluan solar itu bukan untuk kapal motor nelayan di APMS.

Laporan: Abu Kasim (Bengkalis)

Editor: Edwar Yaman

 

 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook