Dalam wawancara melalui via Whatsapp, Eko menceritakan, bahwa korban adalah sang ayah bernama Agustiar (50). “Ayah sudah menghilang sejak tanggal 22 Juni 2019. Ayah pamit dari rumah sekitar pukul 11.30 WIB untuk menonton pacu sampan,” jelasnya.
Lebih lanjut ia mengatakan, mulanya ayah maraton sebab baru sembuh dari stroke ringan. Ayah pun tak mengenakan sandal. Kala itu di rumah, katanya, hanya ada orang tua yang perempuan. Beberapa lama kemudian, tetangga dekat rumah bilang kalau ayah pergi melihat pacu sampan.
“Saat pergi dari rumah ayah tidak membawa dompet dan ponsel. Saat itu pula ayah pergi dengan pakaian yang dikenakan kaos pendek hitam dan celana bercak. Lalu, karena Bapak tak kunjung pulang, kami pun mencarinya sampai kami pun melapor ke Polresta Pekanbaru. Bahkan meminta ustaz untuk menerawang lokasi Bapak, katanya ada di Okura. Kami pun pergi ke Okura. Lalu menanyakan kepada warga sekitar namun katanya tidak melihatnya,” ucapnya.
Ternyata, kemarin dapat kabar ditemukan mayat mengapung di Sungai Siak. “Setelah menghilang tiga hari, ayah pulang untuk selamanya,” tutupnya.
Terpisah, Kepala Sub Bidang Dokpol Yanmed Bid Dokkes Polda Riau, Kompol Supriyanto memperkirakan, korban telah meninggal sejak beberapa hari yang lalu. Hal ini, ditandai dengan kondisi fisik mayat yang sudah mulai membusuk. “Korban diyakini telah meninggal sejak satu sampai tujuh hari yang lalu,” ujar Supriyanto.
Lalu dikatakannya, dari hasil pemeriksaan luar terhadap jenazah yang diketahui bernama Agustiar tidak ditemukan adanya tanda-tanda kekerasan. Namun, disampaikan Supriyanto, pihaknya mendapati luka setelah korban meninggal dunia pada tubuh pria tersebut. “Kami juga menemukan luka diyakini bekas gigitan hewan. Apakah itu Biawak atau hewan sejenis lainnya,” ujarnya.(*3/jrr)
Laporan MARRIO KISAZ dan RIRI RADAM, Kota