Roy dan dua temannya tengah dalam perjalanan menuju sebuah pulau. Untuk sampai ke pulau itu, mereka harus menyeberang melalui pelabuhan dengan kapal muatan.
Namun sayangnya, saat mereka tiba di pelabuhan, kapal sudah tidak tersedia. Sehingga mereka terpaksa bermalam di dalam mobil. Karena merasa pegal, kedua teman Roy, Do dan Bin memilih menghirup udara di luar. Mereka duduk di sebuah warung yang sudah tutup. Tak berapa lama ada yang meneriaki mereka.
"Woi! Ngapain kalian di situ? Sudah izin kalian duduk di warung itu?" tanya seorang pria yang mengaku warga setempat.
Do dan Bin pun bingung. Pria tersebut langsung meminta uang kepada mereka sebagai jasa penyewaan warung yang telah mereka duduki tanpa izin tersebut. "Nggak izin kalian. Bayar dulu Rp100 ribu. Kalau nggak kutahan kalian," ancam pria itu.
Mendengar keributan itu, Roy terbangun. Ia pun keluar dari mobil. "Ada apa ini ribut-ribut?" tanya Roy.
Melihat perawakan Roy yang plontos dan tinggi besar, nyali pria pemalak itu langsung ciut. Ia mengira Roy adalah seorang aparat. Padahal, nyatanya bukanlah seperti itu. "Ampun Bang. Salah aku, Bang," ujar pria pemalak tersebut sembari memohon kepada Roy.
Roy yang bingung langsung membuka bagasi untuk mengambil tas yang berisi uang. Namun, Do dan Bin yang menyadari bahwa pria itu mengira Roy aparat langsung mengisengi pria itu. "Roy, nggak perlu keluarin alat itu. Damai aja kita," ujar Bin. Pria pemalak pun makin ketakutan. Akhirnya pria tersebut meminta maaf dan pergi sambil memberi hormat kepada Roy. "Kok takut Bapak tu sama aku?" tanya Roy. "Dikira aparat kau Roy sama dia," ujar Do sambil terkekeh bersama Bin.
"Alamak...! Karena postur aku mungkin ya. Hahahaha...," jawab Roy.
Ketiganya pun langsung pergi meningggalkan tempat tersebut dengan selamat.(azr)