TONY HIDAYAT, WAKIL KETUA DPRD KAMPAR

Wakil Rakyat Pembuka Jalan dan Pemberi Solusi

Advertorial | Kamis, 23 Juli 2020 - 10:06 WIB

Wakil Rakyat Pembuka Jalan dan Pemberi Solusi
Tony Hidayat SE

Tidak hanya duduk mewakili ma­syarakat di lembaga legislatif, Tony Hida­yat terkenal di tengah masyarakat sebagai pencari solusi berbagai permasalahan. Maka tidak sulit bagi Tony selalu melenggang ke gedung wakil rakyat di setiap pemilu. Karena selain menjalankan tugas legislasi dan pengawasan, dirinya juga membentuk tim khusus untuk menyelesaikan berbagai permasalahan bagi konstituennya

Duduknya Tony Hidayat di Gedung DPRD Kampar, kini menjadi Wakil Ketua DPRD Kampar, bermula dari pertukaran antar waktu (PAW) di DPRD Provinsi Riau pada 2012. Tony merasa dilema waktu itu. Dirinya mewakili masyarakat di Rokan Hilir (Rohil), sementara dirinya tinggal di Pandau Jaya, Siak Hulu, Kampar. Ia terus merasa terutang karena tidak benar-benar mewakili konstituennya.

Maka ketika masa jabatan habis, dirinya mengumpulkan orang-orang terdekat terutama masyarakat Pandau Jaya dan sekitarnya dan mulai bertanya. Dirinya meminta pendapat, apakah dirinya maju ke DPRD Riau atau maju ke DPRD Kampar. Waktu itu, kata dia, masyarakat meminta dirinya maju sebagai calon legislatif (caleg) di Kabupaten Kampar.

"Harapan masyarakat pada wakil rakyat itu sangat tingggi. Masyarakat itu juga lebih peduli dengan anggota DPRD kabupaten/kota. Karena lebih dekat dengan permasalahan maka saat pemilu saya meminta masukan dari masyarakat. Mereka menginginkan saya mencalonkan di kabupaten dan akhirnya duduk," terangnya.  

Setelah duduk, Tony mempelajari bahwa di mata masyarakat kebanyakan para caleg dipandang negatif, terutama setelah duduk. Maka ini menjadi catatan baginya, setelah duduk Tony memanggil lagi tim suksesnya. "Saya sampaikan kepada tim sukses, tim ini sudah selesai dengan politik. Tapi saya ingin tim ini tidak bubar, tapi menjadi lembaga kemasyarakatan. Maka dibentukanlah Teman Hati yang bergerak di bidang sosial," terangnya.

Gayung bersambut. Ketika duduk waktu itu Tony dipercaya di Komisi I yang membidangi banyak permasalahan dasar di tengah masyarakat. Lalu dirinya melihat ke Disdukcapil, salah satu kantor pelayanan yang paling banyak didatangi masyarakat. Dirinya melihat ada permasalahan di sana yang menyulitkan masyarakat, terutama konstituennya yang jauh dari Ibu kota kabupaten.

"Di sana antreannya sangat panjang. Ini juga dialami masyarakat yang daerahnya jauh dari Bangkinang seperti di Siak Hulu. Dalam hati saya, masyarakat ini harus dibantu. Maka lewat Teman Hati ini, semua persyaratan masyarakat dikumpulkan. Di sini kami bantu dalam semua urusan, mereka dimudahkan pengurusannya. Dengan catatan semua persyaratan mereka lengkap, termasuk mereka rekam di kecamatan untuk urusan catatan sipil. Alhamdulillah masyarakat sangat terbantu," terangnya.  

Hal serupa juga dilakukan Teman Hati bentukan Tony untuk berbagai permasalahan lain. Seperti ketika masyarakat yang perlu bantuan di bidang kesehatan. Banyak masyarakat, kata dia, hidup susah tapi tidak tersentuh bantuan jaminan kesehatan. Banyak yang tidak terdaftar padahal mereka layak menerima tanggungan.

"Kebanyakan permasalahan ini, men­desak. Maka ini juga dibantu sampai tuntas. Bahkan, saat mendesak yang tidak mungkin segala persyaratan untuk menerima tanggungan jaminan sosial secara langsung. Saya pasang badan dan menjadi penjamin menjelang seluruh persyaratan dipersiapkan Teman Hati. Ini mereka urus dari Dinas Kesehatan, Dinas Sosial bahkan saya bantu sampai ke bupati," kata Tony.

Setelah membantu banyak masyarakat dan sudah terbentuk sistem yang kuat, bahkan anggota Teman Hati mencapai 6 ribu orang, maka Tony mulai mengarahkan organisasi kemasyarakatan ini untuk meningkatkan  perekonomian masyarakat. Terutama para anggotanya sendiri. Menurut Tony, masyarakat sangat lemah ketika berhadapan dengan birokrasi, terutama terkait perizinan dan lainnya. Maka Tony melalui Teman Hati tampil sebagai pembuka jalan.

"Jadi semangatnya adalah, jadikan saya pembuka jalan. Jadi masyarakat sulit menghadapi birokrasi, saya yang menjadi pembuka pintunya. Mengurus perizinan usaha tidak sulit lagi, pengurusan surat menyurat, sertifikat dan lainnya, kami bukakan pintu. Dengan catatan, tentunya, semua persyaratan harus lengkap," terangnya.

Namun Tony memastikan, Teman Hati bukan untuk politik. Hal ini juga ditegaskannya kepada ketua dan anggota organisasi tersebut. Namun ketika kontestasi demokrasi, 2019, mereka minta lagi dirinya maju. "Organisasi ini eksis karena ada kekuatan politik. Maka pada 2019 saya bertanya lagi, apakah saya maju ke provinsi atau Kampar. Saya serahkan lagi terserah mereka. Jadi mereka itu setiap desa ada koordinatornya, mereka berembuk, silakan mereka bermusyawarah untuk menentukan," ungkapnya.

Usulan dari bawah ini juga  berlaku bagi calon kepala daerah yang sedang mencari dukungan. Calon bupati yang datang menurut Tony, dirinya menyerahkan mekanisme ke organisasi dengan kembali mengingatkan bahwa organisasi ini eksis karena ada kekuatan politik. Tapi dirinya tidak pernah mengarahkan apalagi memaksa ke siapa atau kemana, tapi itu murni dari bawah.

"Intinya, ke siapapun mendukung, itu adalah usulan anggota secara bersama-sama, dari bawah. Yang penting jangan main uang. Kini organiasi ini tidak hanya ada di Siak Hulu, kini sudah pula berdiri di Tapung. Banyak yang ingin para pemuda dikaryakan ke hal-hal positif, maka saya persilakan kepada ketua umum. Karena mereka kini sudah berdiri dengan kuat di kaki sendiri," kata Tony.

Tony juga menceritakan bagaimana dirinya terjun ke dunia politik dari profesi sebelumnya sebagai jurnalis senior yang sudah matang. Sebagai jurnalis, sebut Tony, dirinya selalu mengkritisi, pokoknya negatif terus terhadap pejabat. Sebagai penulis kadang apapun yang ditulis ibarat pepatah anjing menggonggong, kafilah tetap berlalu.

"Kita menulis nanti berdampak sedikit, setelah itu hilang, senyap. Nah bagaimana cara bisa masuk ke dalam pemerintah itu, ya lewat politik. Maka saya masuk ke dunia politik pada 2004. Bagaimana mengubah itu, ya masuk ke sistemnya, mengubah dari dalam. Ternyata setelah saya di dalam, kondisinya tidak semudah yang kita tulis," terangnya.

Tony mengibaratkan jurnalis itu se­perti lilin, dirinya mampu menerangi di orang sekelilingnya, tapi dirinya sendiri terbakar habis. Karena jurnalis sendiri menurutnya harus mengangkat ekonominya sendiri. Tapi lewat masuk ke dunia politik, dengan ada di pemerintah, Tony merasa mampu berperan meng­angkat kehidupan dan perekonomian lebih banyak orang.(adv/end)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook