PENDIDIKAN BERTANGGUNG JAWAB HASILKAN SDM UNGGUL

Model WBL-INAA Efektif Tingkatkan Keterampilan Kerja

Advertorial | Minggu, 10 Mei 2020 - 19:57 WIB

Model WBL-INAA Efektif Tingkatkan Keterampilan Kerja
Hastuti Marlina foto bersama setelah ujian tertutup. (ISTIMEWA)

Revolusi Industri 4.0 menyebabkan perkembangan dan persaingan terjadi begitu cepat diberbagai bidang khususnya pendidikan. Pendidikan yang bermutu merupakan salah satu indikator majunya suatu bangsa. Oleh sebab itu, pendidikan bertanggung jawab menghasilkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul dan mampu bersaing menghadapi tantangan global. Untuk menciptakan SDM yang memiliki kompetensi, berdaya saing dan siap kerja secara profesional salah satunya melalui pendidikan vokasi (kejuruan).

Pendidikan vokasi menurut Undang-Undang 12 tahun 2012 pasal 16 yaitu pendidikan tinggi yang menyiapkan mahasiswa untuk pekerjaan dengan keahlian terapan tertentu sampai program sarjana terapan. Bentuk pendidikan vokasi meliputi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), Diploma I-III, Jenjang Sarjana Terapan (S1-S3). Ciri khas pembelajaran pendidikan vokasi dalam kurikulumnya bertumpu pada kuliah praktek 70 persen dan teori 30 persen. Tujuan akhir kurikulum pendidikan vokasi tidak hanya diukur melalui prestasi dan nilai akademik tetapi bagaimana lulusan dapat bekerja sesuai dengan bidang lulusannya di dunia kerja.

Dunia kerja dalam menentukan calon tenaga kerja berubah sesuai dengan kemajuan dan perkembangan zaman. Sedemikian majunya teknologi, hingga saat ini belum ditemui sistem robotik yang mampu menggantikan pekerjaan seorang bidan khususnya dalam menolong persalinan. Oleh sebab itu, perlu dilakukan studi model pembelajaran pada pendidikan vokasi khususnya Diploma III Kebidanan. Studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti kepada pengguna lulusan pendidikan vokasi kebidanan diketahui bahwa lulusan kebidanan yang dihasilkan oleh institusi pendidikan masih fokus pada peningkatan aspek pengetahuan (kognitif) peserta didik, sehingga aspek sikap (afektif) dan keterampilan (psikomotorik) yang diperlukan dalam dunia kerja belum maksimal.

Salah satu rumah bersalin menyampaikan bahwa, lulusan baru akademi kebidanan belum siap untuk bekerja secara mandiri khususnya dalam menolong persalinan. Mereka membutuhkan waktu kurang lebih satu tahun bekerja untuk melatih keterampilan bekerja menolong persalinan. Hal ini hampir terjadi pada seluruh lulusan baru akademi kebidanan dari berbagai institusi. Berdasarkan hasil penelitian terdahulu, salah satu penyebab kurang berkembangnya kemampuan afektif dan psikomotor mahasiswa kebidanan karena model pembelajaran selama ini lebih belum menggabungkan pelajaran teori dengan pelajaran praktik dalam satu mata kuliah.

Mata kuliah yang mempelajari kompetensi tentang persalinan adalah Asuhan Kebidanan II (Askeb II). Hasil wawancara dengan Ketua Program Studi Kebidanan STIKes Hang Tuah Pekanbaru Miratu Megasari SST MKes diketahui bahwa mata kuliah Askeb II dipelajari satu semester secara teori dan untuk praktiknya dilakukan pada mata kuliah PKK di semester berikutnya. Artikel ini akan menjelaskan bagaimana "pengembangan model pembelajaran pada mata kuliah Askeb II" untuk mengatasi masalah kesenjangan kompetensi lulusan institusi pendidikan dengan kompetensi kemampuan menolong persalinan yang diharapkan oleh dunia kerja. Sehingga kesesuain kompetensi keduanya dapat tercapai.

Kesesuaian kompetensi antara institusi pendidikan kebidanan dengan dunia kerjanya dalam hal ini adalah rumah bersalin (RB) dapat dilakukan menggunakan model pembelajaran berbasis kerja (Work Based Learning). Work Based Learning (WBL) adalah salah satu model pembelajaran yang menggabungkan belajar di kelas dengan belajar di tempat praktik. Penelitian dilakukan pada 56 orang mahasiswa kebidanan STIKes Hang Tuah Pekanbaru yang mengambil mata mata kuliah Askeb II. Proses penelitian dimulai dengan penelitian pendahuluan (need analysis), uji kepakaran oleh ahli (ekspert), uji validasi produk penelitian, dan uji efektivitas dalam skala kecil dan skala besar. Lama penelitian kurang lebih satu tahun.

Penelitian ini menghasilkan kebaruan (novelty) yang asli (original) sehingga berbeda dari penelitian sebelumnya. Kebaruan pertama hasil dari penelitian ini adalah dihasilkannya model pembelajaran baru sebagai hasil dari pengembangan model yang telah ada. Model baru diperoleh dari modifikasi ilmiah dua model pembelajaran yaitu model Work Based Learning Georgia (WBL-G) secara teori dalam buku karangan Hobss dan model  Work Based Learning Roling Terpadu (WBL-RoTer) hasil penelitian Siswanto. Model baru yang dihasilkan berdasarkan kajian terhadap landasan teoritis, filosofis dan psikologis. Oleh peneliti model pembelajaran baru yang dihasilkan yaitu Work Based Learning INAA (WBL-INAA). WBL-INAA terdiri dari empat langkah yaitu Initiation, Necessity of information, Action dan Assesment yang disingkat INAA. Model WBL-INAA telah memenuhi syarat sebuah model secara statistik menggunakan uji LISREL.

Model WBL-INAA dalam pembelajaran menggunakan pendekatan job shadowing. Job shadowing yaitu belajar praktik didampingi oleh satu orang instruktur dan selalu mengikuti pekerjaan yang dilakukan oleh instruktur (dalam praktik kebidanan dikenal dengan istilah mentor-perseptor). Mahasiswa dibimbing maksimal 5 orang oleh satu orang instruktur. Dalam proses belajar, WBL-INAA dengan pendekatan job shadowing menggunakan buku panduan dosen, buku panduan instruktur, buku panduan mahasiswa, buku panduan mengenai WBL-INAA dan buku ajar Askeb II. Pada setiap buku dijelaskan langkah pembelajaran berdasarkan empat langkah INAA, tujuan pembelajaran, teori, sistem penilaian dan sistem umpan balik antara tempat praktik dengan isntitusi pendidikan. Buku-buku tersebut dalam penelitian ini disebut produk yang telah lulus uji ahli dan uji validasi.

Hasil penelitian ini juga memiliki nilai kebaruan (novelty) pada aspek penilaian pembelajaran WBL-INAA. Biasanya sistem penilaan pembelajaran terdiri dari Aspek pengetahuan (kognitif), sikap (afektif) dan keterampilan (psikomotorik) yang dinilai secara terpisah untuk setiap aspek. Pada model WBL-INAA aspek penilaian terdiri dari Aspek Kognitif dan Aspek Task Skill (keterampilan bekerja). Task skill adalah penilaian keterampilan kerja mahasiswa berdasarkan performance test yang mencakup gabungan aspek afektif dan psikomotor. Penilaian Task Skill terdiri dari empat komponen yaitu 1) Task Management Skill terdiri dari 6 butir penilaian tentang keterampilan mahasiswa dalam mengatur tugas utama sebagai bidan selama belajar di tempat praktik. 2) Work Environment Skill terdiri dari 4 butir penilaian tentang keterampilan mahasiswa bekerja sesuai kondisi lingkungan kerjanya. 3) Interpersonal skill terdiri dari 5 penilaian tentang keterampilan mahasiswa berkomunikasi secara interpesonal dalam bekerja. 4) Workplace Learning Skill terdiri dari 7 butir penilaian tentang keterampilan mahasiswa belajar langsung dari tempat kerjanya selama praktik.
 
Uji efektivitas model pembelajaran WBL-INAA pada mata kuliah Askeb II dilakukan dengan menggunakan model kepada kelompok sampel. Kemudian diukur hasil belajar terhadap aspek kognitif dan aspek task skill. Data hasil pembelajaran berupa nilai-nilai mahasiswa di olah secara statistik menggunakan uji General Linear Model (GLM). Diketahui bahwa model WBL-INAA efektif untuk meningkatkan aspek kognitif dan aspek keterampilan kerja (task skill). Mahasiswa yang belajar menggunakan model WBL-INAA khususnya pada aspek keterampilan bekerja dapat dilatih dengan belajar praktik yang terus menerus. Dalam melakukan pekerjaan ditempat praktik di bawah bimbingan instruktur mahasiswa dihadapkan langsung dengan kondisi nyata dunia kerja sehingga keterampilan bekerja mahasiswa terasah dengan cepat dibandingkan belajar di ruang kelas.

Belajar adalah bekerja (learning is work) bermanfaat bagi mahasiswa untuk mengembangkan kemampuan bekerjanya dan meningkatkan kemauan untuk belajar. Mahasiswa tertarik belajar paraktik karena lebih dekat dengan pasien dan bisa mempraktikkan secara langsung bagaimana berkomunikasi dengan ibu bersalin, bagaimana memberikan informasi dengan keluarga pasien, bagaimana mengelola pekerjaan dalam hal ini menolong persalinan secara langsung menghadapi pasien yang sakit, melihat kecemasan keluarga yang tidak ditemui pada pelajaran di kelas maupun pelajaran di laboratorium.

Bekerja adalah belajar (work is learning) merupakan manfaat WBL-INAA bagi instruktur sekaligus dosen. Instruktur sambil bekerja juga belajar bersama mahasiswa. Misalnya instruktur belajar ilmu kebidanan terbaru karena tidak semua instruktur yang bekerja mengikuti pembaharuan ilmu kebidanan melalu pelatihan dan seminar. Instruktur juga secara tidak langsung belajar cara mentransfer ilmu dan keterampilan kerja kepada peserta didik. Bekerja adalah belajar bagi dosen maksudnya ketika dosen melakukan supervisi ketempat praktik mahasiswa, dosen sambil belajar praktik dengan meneparkan interpersonal skill kepada pasien dan keluarganya. Jika kunjungan dosen bersamaan dengan adanya proses melahirkan, maka dosen dapat pengalaman belajar langsung, karena sebagian besar dosen akademi kebidanan adalah akademisi bukan praktisi. Dengan demikian dapat meningkatkan peran dunia kerja dalam keterlibatannya mendukung pendidikan vokasi khususnya akademi kebidanan.

Model WBL-INAA dapat mengurangi kesenjangan antara kompetensi lulusan institusi dengan kompetensi lulusan dunia kerja. Instruktur dan dosen dapat saling memberikan masukan untuk saling berbagi informasi tentang kompetensi yang diinginkan dunia kerja. Sehingga institusi akademi kebidanan dapat memperbaharui model pembelajaran mata kuliah dengan menggabungkan teori dan praktik langsung menggunakan model WBL-INAA. Dengan demikian, diharapkan lulusan baru akademi kebidanan siap untuk bekerja setelah menyelesaikan studinya. Secara tidak langsung, tingginya lulusan baru akademi kebidanan yang diterima bekerja berdampak positif terhadap kualitas institusi pendidikan kebidanan.

Berdasarkan hasil penelitian ini, maka peneliti merekomendasikan bagi Kementrian Pendidikan Kebudayaan dan Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemendikbud-Kemenristek/BRIN) khususnya Direktorat Penjamin Mutu Internal untuk menyusun kebijakan dalam bentuk pedoman yang terintegrasi pada Sistem Penjamin Mutu Pendidikan Tinggi (SPM Dikti) khususnya pendidikan vokasi Kebidanan berdasarkan prinsip-prinsip pembelajaran model WBL-INAA yang concern terhadap upaya peningkatan keterampilan bekerja (task skill) lulusan kebidanan. Serta bagi pihak-pihak terkait pengambil kebijakan agar menyusun petunjuk teknis atau petunjuk pelaksanaan pembelajaran berdasarkan rekomendasi hasil penelitian model WBL-INAA dalam upaya meningkatkan keterampilan kerja lulusan akademi kebidanan secara komprehensif sehingga berdampak terhadap peningkatan Asuhan Sayang Ibu yang berkualitas. Diharapkan penerapan model WBL-INAA dimasa mendatang turut berkontribusi mengurangi Angka Kematian Ibu (AKI) melalui lulusan bidan yang siap kerja dan terampil dalam bekerja.(adv)

Artikel ini ditulis oleh Dr (c) Hastuti Marlina SKM MKes berdasarkan disertasi untuk penyelesaian Program Doktor (S3) pada Prodi Pendidikan Teknologi Kejuruan Pascasarjana Universitas Negeri Padang dengan Tim Promotor Prof Dr Nizwardi Jalinus MEd EdD dan Co-Promotor Dr Fahmi Rizal MPd MT yang telah lulus diseminarkan pada ujian tertutup 6 Februari 2020 pukul 14.00 dihadapan Tim Penguji yaitu Prof Ganefri PhD, Prof Dr Kasman Rukun MPd, Prof Dr Anni Faridah MSi, Dr dr Linda Rosalina SKed MBiomed, Dr Rijal Abdullah MT, Prof Dr dr Rizanda Machmud MKes FISPH FISCM (Penguji Ekternal dari Universitas Andalas).

Editor: Rinaldi

 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook