INHIL (RIAUPOS.CO) - Saat pademi COVID-19, tujuh desa di Kabupaten Indragiri Hilir, Riau mendapatkan manfaat ekonomi dari budidaya jahe merah. Permintaan jahe merah melonjak tinggi sejalan dengan upaya mencegah kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di area tersebut.
Budidaya jahe merah merupakan komoditas Pertanian Ekologis Terpadu (PET), program Desa Makmur Peduli Api (DMPA) PT Bumipalma Lestaripersada (BPLP), anak usaha Sinar Mas Agribusiness and Food. Program ini telah berlangsung sejak 2019.
Dari hasil penelitian untuk Food Industry Asia yang dilakukan oleh lembaga riset AiPalette, konsumen Indonesia memilih jahe merah untuk meningkatkan imunitas tubuh. Permintaan jahe merah meningkat 138% pada Januari hingga Agustus 2020 dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Program PET-DMPA yang memiliki lebih dari 124 anggota memiliki tujuan mengajak masyarakat meninggalkan pola pertanian membakar lahan dan menggantinya dengan pertanian ramah lingkungan dan lebih produktif. Dengan demikian, masyarakat dapat mencegah karhutla sekaligus meningkatkan kesejahteraannya melalui pendapatan tambahan.
Dalam tahap pertama ini, kelompok tani dapat memanen total 62 ton. Masing-masing anggota kelompok tani bisa mendapat tambahan penghasilan sebanyak 15 juta rupiah per keluarga. Tanaman jahe merah di tanam di masing-masing area lahan petani seluas 1⁄4 hektar.
“Sebelumnya kami hanya menjual kopra. Namun melalui program PET dari PT BPLP, ada tambahan penghasilan dari panen jahe merah yang ditanam di lahan kami. Kini penghasilan kami pun bertambah,” terang Budi Santoso, anggota kelompok Karya Tani Mas.
Upaya bersama dalam budidaya jahe merah ini mendapatkan dukungan baik dari PT BPLP maupun pemerintah daerah melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDes). Walau masih dalam skala yang kecil dan masih tahap awal, warga masyarakat sepakat membentuk ‘Forum Tani Makmur Mas’ sebagai wadah untuk mengelola upaya bersama tersebut.
“Kami percaya jahe merah adalah tanaman yang baik untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dan mengurangi ketergantungan terhadap pembukaan lahan. Saat ini, pandemi COVID-19 telah meningkatkan minat konsumen pada pengobatan tradisional seperti jahe merah untuk meningkatkan kekebalan tubuh. Jadi meskipun program masih pada tahap awal, kami yakin akan memiliki dampak positif yang bertahan lama,” jelas Franciscus Costan, CEO Sinar Mas Agribusiness and Food Riau melalui siaran pers yang diterima Riaupos.co, Rabu (7/10/2020).
Untuk memberikan nilai tambah, Sinar Mas Agribusiness and Food mendampingi masyarakat membuat jahe merah bubuk agar dapat disimpan lebih lama dibandingkan jahe merah yang belum diolah. Selain itu, pengemasan yang menarik diharapkan dapat meningkatkan daya tarik pasar terhadap produk jahe merah.
Saat ini pengolahan jahe merah menjadi jahe merah bubuk telah terlaksana di Desa Karya Tani, dan diharapakan dapat diperluas ke desa-desa lainnya.
Dalam mendukung program ini, Sinar Mas Agribusiness and Food menempatkan tiga orang tenaga ahli serta dukungan bahan dan alat belajar, bantuan bibit jahe, benih sayuran, dan bibit nenas madu kepada masyarakat saat mereplikasi program di lahannya masing-masing. Kedepannya, keberhasilan program ini akan diperluas ke desa-desa lain di sekitar area operasional Perusahaan
Sinar Mas Agribusiness and Food yang beroperasi di bawah Golden Agri-Resources (GAR) adalah salah satu perusahaan perkebunan kelapa sawit terkemuka dengan total luas areal tanam di Indonesia mencapai lebih dari 495,274 hektar (termasuk kebun milik petani plasma) per 30 September 2019. Perusahaan memiliki operasi terpadu yang memproduksi bahan pangan yang berbahan baku minyak nabati.
Didirikan pada tahun 1996, GAR tercatat di Bursa Efek Singapura pada tahun 1999 dengan nilai kapitalisasi pasar US$ 2,1 miliar per tanggal 30 September 2019. Perusahaan investasi Flambo International Limited saat ini merupakan pemegang saham terbesar GAR, dengan kepemilikan saham sebesar 50,35 persen. GAR memiliki beberapa anak perusahaan, termasuk PT SMART Tbk yang tercatat di Bursa Efek Indonesia pada tahun 1992.
Sinar Mas Agribusiness and Food fokus pada produksi minyak kelapa sawit berkelanjutan. Di Indonesia, kegiatan utamanya meliputi budidaya dan pemanenan Tandan Buah Segar (TBS); pengolahan TBS menjadi minyak sawit mentah (CPO) dan inti sawit; penyulingan CPO menjadi produk dengan nilai tambah seperti minyak goreng, margarin, shortening dan biodiesel; serta perdagangan produk kelapa sawit ke seluruh dunia. Perusahaan juga beroperasi di Tiongkok dan India dengan memiliki pelabuhan, pabrik penghancur biji sawit, memproduksi berbagai produk minyak nabati olahan, serta produk makanan lainnya seperti mie.
Laporan: Marrio Kisaz
Editor: Eka G Putra