JAKARTA (RIAUPOS.CO) -- Libra, mata uang kripto buatan Facebook sepertinya tidak akan direalisasikan. Pasalanya, ada tiga lembaga yang semula mendukung proyek itu, kini dikabarkan mulai menjaga jarak.
Sebagaimana dilansir dari Cnet, alasan ketiga lembaga itu menjauh dari proyek mata uang kripto Facebook disebabkan lantara kritik regulator terhadap proyek semakin memanas. Dikhawatirkan mata uang kripto akan disalahgunakan pelaku kriminal sehingga mengganggu ke pergerakan mata uang dolar Amerika Serikat.
Kritikan regulator lebih kepada keamanan fluktuasi mata uang dolar itu menjadi alasan mitra-mitra lainnya yang juga mulai berpikir ulang untuk mendukung Libra milik si Facebook. Akibatnya, membuat Facebook menjadi ragu melanjutkan proyek. Karena, selain AS, Eropa pun khawatir terhadap Libra dengan alasan yang sama berpotensi mengganggu kurs.
Sebelumnya, ketika proyek mata uang kripto itu diumumkan Facebook, ada sekitar 28 mitra yang disebutkan siap mendukung. Libra sendiri sedianya akan dirilis pada pertengahan 2020. Sejauh ini, Facebook sudah membuat Libra Association untuk mengatur mata uang kripto.
Diketahui, Libra nantinya akan digunakan untuk membeli barang. Mata uang kripto ini juga bisa ditukar ke mata uang asli secara online atau melalui toko-toko offline. Bisa pula untuk mengirim uang ke sesama pengguna. Namun, belum jelas apakah ketersediaannya serempak di seluruh dunia atau bertahap di beberapa negara terlebih dahulu.
Facebook juga menyediakan dompet digital bernama calibra. Pengguna bisa menyimpan mata uang libra dalam dompet digital calibra yang nantinya bakal tersemat di Facebook, WhatsApp, dan Instagram.
Menyangkut keamanan, Facebook mengklaim tidak akan mencampur data personal di Facebook dengan transaksi libra. Identitas pengguna disembunyikan seperti halnya bitcoin. Dengan begitu, pengguna bisa bertransaksi dengan nama samaran dan bebas dari penargetan iklan Facebook.
Dalam mengoperasikan libra, Facebook tak sendirian. Media sosial besutan Mark Zuckerberg ini membuat Libra Association dengan beberapa anggota seperti Visa, Mastercard, Paypal, eBay, Uber, Stripe, Lyft, hingga Spotify.
Namun demikian, proyek Facebook tersebut rupanya banyak mendapat penolakan. Terutama dari pemerintah dan parlemen Amerika Serikat (AS). Parlemen AS telah meminta Facebook untuk menghentikan pengembangan mata uang kripto libra.
Sementara itu, Kepala Cryptocurrency Facebook David Marcus menolak moratorium tersebut dan menyatakan bahwa perusahaan akan terus mengerjakan proyek itu. Dia memastikan akun pelanggan dan semua informasi keuangan tidak akan dibagikan dengan Facebook Inc. Sehingga pengguna libra tak perlu takut digunakan untuk target iklan.
Marcus juga mengatakan bahwa libra bukanlah alat investasi seperti saham dan obligasi. Melainkan hanya alat pembayaran yang mampu menjangkau lebih banyak pengguna.
"Libra adalah alat pembayaran, bukan investasi. Jadi libra seperti uang tunai. Orang-orang akan menggunakannya untuk mengirim uang kepada anggota keluarga di negara lain, atau untuk melakukan pembelian," jelas Marcus.
Sumber : Jawapos.com
Editor : Rinaldi