JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Bantuan teknologi otonom tidak terbatas pada mobil saja. Di pesawat juga ada. Teknologi ini malahan sangat familiar dan bahkan sudah kita rasakan jauh lebih dulu dari yang ada saat ini yang dikenal sebagai autopilot.
Berkat teknologi inilah penerbangan saat ini terasa lebih nyaman, lebih aman. Hal ini bisa dicapai berkat bantuan komputer, sistem yang canggih yang membuat proses transportasi udara saat ini jadi lebih smooth dan minim goncangan.
Untuk teknologi autopilot di pesawat, Airbus, salah satu raksasa industri pesawat terbang dikabarkan telah mulai menguji fitur bantuan pilot yang bernama DragonFly. Lebih dari sekadar terbang nyaman, teknologi autopilot generasi selanjutnya ini diklaim dapat menyelamatkan pesawat dalam keadaan darurat.
Dijelaskan di YouTube resminya, Airbus, salah satu produsen pesawat komersial yang berbasis di Toulouse, Prancis ini menjelaskan bahwa melalui teknologi yang sedang dikembangkannya, sistem dapat secara otomatis mengalihkan penerbangan dalam keadaan darurat.
Itu tidak hanya dapat memilih jalur penerbangan ke bandara terbaik (menggunakan faktor-faktor seperti aturan wilayah udara dan cuaca), tetapi berkomunikasi dengan kontrol lalu lintas udara dan pusat operasi maskapai penerbangan. Jika pilot mengalami kejadian yang tidak diinginkan, pesawat juga masih bisa mendarat dengan selamat.
Karenanya, DragonFly dapat secara otomatis mendarat di landasan mana pun menggunakan sensor dan algoritme visi komputer. Pilot bahkan bisa mendapatkan bantuan untuk meluncur di sekitar bandara melalui teknologi yang menerjemahkan izin kontrol lalu lintas udara menjadi petunjuk panduan yang dapat digunakan dalam aplikasi pendamping.
Ini dapat membantu dengan kontrol kecepatan dan mengingatkan pilot terhadap rintangan. Selain itu, krunjuga dapat menghabiskan lebih banyak waktu untuk bersiap-siap untuk penerbangan yang sebenarnya. Pengujian sejauh ini terbatas pada satu pesawat demonstrasi yakni A350-1000. Mungkin perlu beberapa saat sebelum DragonFly mencapai level produksi, dan regulator (seperti Administrasi Penerbangan Federal di AS) perlu menyetujui penggunaannya.
Semua sama, ini mengisyaratkan ke mana arah sistem penerbangan otonom. Meskipun pesawat yang sepenuhnya terbang sendiri mungkin tidak akan tiba untuk waktu yang lama, Anda dapat melihat pesawat yang memerlukan sedikit intervensi bahkan di tengah keadaan darurat. Ini juga dapat membantu meningkatkan penerbangan ke bandara dengan pendaratan yang sulit (seperti Bandara Wellington Selandia Baru) dan meminimalkan penundaan terkait proses taxi atau jika ada rintangan lainnya.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Edwar Yaman