Xiaomi Patenkan Teknologi Pendeteksi Kebohongan Baru

Teknologi | Kamis, 23 Maret 2023 - 21:15 WIB

Xiaomi Patenkan Teknologi Pendeteksi Kebohongan Baru
Ilustrasi teknologi pendeteksi kebohongan. (MEDICAL DAILY)

JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Kita mengenal alat yang bernama poligraf dan bisa digunakan untuk mencari tahu apakah seseorang berbohong atau tidak. Teknologi tersebut ditemukan pada tahun 1921 silam dan telah menjadi standar untuk mendeteksi kebohongan sejak saat itu.

Namun, paten baru Xiaomi menyarankan untuk mengembangkan perangkat pendeteksi kebohongan yang lebih efisien. Teknologi yang sedang dikembangkan adalah dengan memanfaatkan gerakan pupil mata untuk mendeteksi ketika seseorang tidak mengatakan yang sebenarnya. Seperti dilansir ITHome, Xiaomi telah diberikan paten untuk “metode poligraf, perangkat, terminal seluler, dan media penyimpanan”.


Paten ini memberikan hak kekayaan intelektual kepada perusahaan untuk teknologi atau metode tersebut. Abstrak paten menjelaskan metode yang dirancang untuk digunakan pada terminal seluler. Ini melibatkan kamera pan-tilt telefoto, yang akan digunakan untuk menangkap gambar wajah dan melacak gerakan pupil selama proses deteksi kebohongan.

Metode ini melibatkan penyesuaian sudut pemotretan kamera pan-tilt telefoto untuk fokus pada wajah seseorang yang diuji. Kamera menangkap gambar wajah seseorang tersebut dan melacak pergerakan pupil matanya. Perangkat kemudian menganalisis lintasan gerakan pupil dan menentukan apakah memenuhi kondisi tertentu yang mengindikasikan kebohongan atau tidak.

Paten menjelaskan bagaimana perangkat dapat diintegrasikan ke dalam terminal seluler (seperti smartphone) dan mengaktifkan fungsi deteksi kebohongan yang sederhana dan efektif yang dapat meningkatkan pengalaman pengguna dengan perangkat tersebut.

Bagi yang belum tahu, gerakan mata dan pelebaran pupil dapat digunakan secara efektif untuk mendeteksi apakah seseorang sedang berbohong. Menurut sebuah penelitian, ketika seseorang berbohong, pupilnya akan membesar sebesar empat hingga delapan persen lebih besar dari diameter pupil awal.

Dan orang tersebut juga akan mengedipkan matanya hingga 8 kali lebih banyak dari kecepatan kedipan awal sebelum ditanya pertanyaan. Respons fisiologis ini merupakan indikator potensial dari kebohongan.

Sumber: Jawapos.com

Editor: Edwar Yaman

 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook