SUMATERA

Endre Saifoel: Spesifikasi Batubara PLTU Ombilin tak Sesuai

Sumatera | Sabtu, 27 Februari 2016 - 23:52 WIB

Endre Saifoel: Spesifikasi Batubara PLTU Ombilin tak Sesuai

JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Anggota Komisi VII Endre Saifoel menduga pemasokan batubara untuk pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) di Ombilin, Sumatera Barat (Sumbar) tidak sesuai spesifikasi. Menurutnya, ada permainan dalam proses pemasokannya.  

Dia menduga kuat ada permainan pasokan batu bara untuk PLTU di Sawahlunto itu. ‎Hal itu didapatinya ketika melakukan kunjungan kerja (kunker) ke PLTU Ombilin beberapa waktu yang lalu.‎

Baca Juga :Sukses Ganda di Porwil XI, PSPS di Ambang Degradasi

"Skenario permainan itu bisa dilihat dari jumlah paso‎kan batu bara beserta harganya yang berlipat ganda. Saya meyakini pasti ada permainan di dalam," tegasnya melalui keterangan pers yang diterima JawaPos.com, Sabtu, (27/2/2016). ‎

Anggota DPR daerah pemilihan (dapil) Sumbar itu menjelaskan, batubara yang dipasok ke PLTU Ombilin selain dipasok dari Sawahlunto ada juga dari Provinsi Jambi. Khusus dari batubara dari Jambi spesifikasinya tidak masuk kategori untuk PLTU.

Dilihat dari perbedaan GAR (gr‎oss air-received yang berarti nilai kalori‎) ‎atau ‎AR (as received atau kandungan sulfur)-nya, batubara itu mencapai 1.000 kalori.

Selain itu, ada desain untuk kalori yang AR-nya 6.900. Sedangkan batu bara dari Jambi AR-nya cuma 4.500. Memang, pasokan batu bara ini tidak mungkin hanya dari Sawahlunto, karena jumlahnya yang sedikit. "Jika harus mengambil pasokan dari luar, tentu spesifikasinya harus sesuai dengan PLTU Ombilin. Tapi nampaknya tidak sama dengan spek yang di butuhkan," ungkap Endre.

‎Menurut politikus NasDem itu, efek dari spek yang dipaksakan ‎ini adalah pasokan listrik yang menjadi rendah bagi daerah penerima. "Sebab mesin penggeraknya tidak bekerja‎ maksimal," tambahnya.

‎Tidak hanya dalam soal spek batu bara, dalam hal penyediaan pun ada masalah. Batu bara yang di pasok seharusnya cuma 1.000 ton namun meningkat menjadi 3.000 ton. ‎"Tentu ini merugikan PLN dan negara," tandasnya. (dna)

Sumber: Jawa Pos

Editor: Hary B Koriun









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook