JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Anggota Komisi VII Endre Saifoel menduga pemasokan batubara untuk pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) di Ombilin, Sumatera Barat (Sumbar) tidak sesuai spesifikasi. Menurutnya, ada permainan dalam proses pemasokannya.
Dia menduga kuat ada permainan pasokan batu bara untuk PLTU di Sawahlunto itu. Hal itu didapatinya ketika melakukan kunjungan kerja (kunker) ke PLTU Ombilin beberapa waktu yang lalu.
"Skenario permainan itu bisa dilihat dari jumlah pasokan batu bara beserta harganya yang berlipat ganda. Saya meyakini pasti ada permainan di dalam," tegasnya melalui keterangan pers yang diterima JawaPos.com, Sabtu, (27/2/2016).
Anggota DPR daerah pemilihan (dapil) Sumbar itu menjelaskan, batubara yang dipasok ke PLTU Ombilin selain dipasok dari Sawahlunto ada juga dari Provinsi Jambi. Khusus dari batubara dari Jambi spesifikasinya tidak masuk kategori untuk PLTU.
Dilihat dari perbedaan GAR (gross air-received yang berarti nilai kalori) atau AR (as received atau kandungan sulfur)-nya, batubara itu mencapai 1.000 kalori.
Selain itu, ada desain untuk kalori yang AR-nya 6.900. Sedangkan batu bara dari Jambi AR-nya cuma 4.500. Memang, pasokan batu bara ini tidak mungkin hanya dari Sawahlunto, karena jumlahnya yang sedikit. "Jika harus mengambil pasokan dari luar, tentu spesifikasinya harus sesuai dengan PLTU Ombilin. Tapi nampaknya tidak sama dengan spek yang di butuhkan," ungkap Endre.
Menurut politikus NasDem itu, efek dari spek yang dipaksakan ini adalah pasokan listrik yang menjadi rendah bagi daerah penerima. "Sebab mesin penggeraknya tidak bekerja maksimal," tambahnya.
Tidak hanya dalam soal spek batu bara, dalam hal penyediaan pun ada masalah. Batu bara yang di pasok seharusnya cuma 1.000 ton namun meningkat menjadi 3.000 ton. "Tentu ini merugikan PLN dan negara," tandasnya. (dna)
Sumber: Jawa Pos
Editor: Hary B Koriun