Ronal berharap, objek pemandian itu bisa terus dikembangkan dan dilestarikan. Menurutnya fasilitas dan pelayanannya masih butuh pembenahan. Seperti pondok peristirahatannya yang kurang banyak, lokasi parkir kendaraan kurang luas, pembangunan desain kolam yang lebih besar dan menarik serta aman bagi semua usia, juga kamar mandi dan kamar gantinya agar lebih layak.

"Aneka makanan dan minumannya juga mungkin bisa divariasikan. Diciptakan khasnya. Jadi pengunjung pun nyaman dan selalu ingin datang kembali," katanya.

Belum diketahui pasti bagaimana fenomena alam di Tanah Batak itu bisa terjadi. Sulit menemukan literatur yang bisa menjelaskan secara ilmiah tentang asal usul terciptanya mata air soda tersebut. Tapi mungkin dengan sedikit ulasan tentang struktur geologi kawasan itu bisa membantu memperkirakannya. Rura Silindung (Lembah Silindung) terletak di bawah gunung api tidak aktif Dolok Martimbang.

Jejak bekas keaktifan gunung ini masih terdeteksi berdasarkan kemunculan fenomena alam lainnya, yakni mata air panas di beberapa desa dan kecamatan tetangga. Tapi air soda ini tak serupa dengan air panas tersebut.

Namun bisa disimpulkan bahwa di bawah permukaan tanahnya yang subur dan tipis itu, sejak dahulu sudah ada aktiVitas geologi dari energi panas bumi. Apakah itu yang juga mempengaruhi kemunculan mata air nan eksotik itu, entahlah.

Teka-teki fenomenal itu pun diakui pengelolanya. Mereka hanya bisa menjelaskan bahwa sekitar 8 tahun lalu, peneliti dari Institut Teknologi Bogor (ITB) pernah meneliti airnya saja. Soal penjelasan ilmiah tentang bagaimana asal usulnya, pengelolanya pun belum tahu.

“Airnya yang diteliti. Saat itu ada diberikan kertas yang menerangkan kesimpulan hasil penelitiannya. Katanya, air soda ini mengandung banyak zat besi. Tapi tidak berbahaya untuk dimandikan,” kata br Situmorang.(marihot simamora)

Laporan: RPG

Editor: Fopin A Sinaga