LANGKAT (RIAUPOS.CO) - Gila para mami atau germo di kawasan Besitang Kabupaten Langkat/ Para perempuan yang mereka pekerjakan ada yang di bawah umur antara 11-17 tahun.
Herman (31) salah satu warga Pangkalan Susu mengakui ada sejumlah lokalisasi begituan di kawasan tersebut. Di antara yang amat terkenal di Pangkalan Susu di Desa Batu 100. Setidaknya ada belasan rumah kitik-kitik (sebutan di sana) berdiri. Modusnya, jualan makanan cepat saji.
Parahnya lagi, lokasi tersebut bersebelahan dengan salah satu sekolah menengah atas. "Kalau di sini banyak lokasi gituan bang, bahkan ada satu tempat langsung laga dinding dengan salah satu sekolah," ungkap Herman.
Tak sampai di situ, dia juga menerangkan, sejumlah germo ternama di Langkat juga berada di Pangkalan Susu. Termasuk para korbannya anak-anak belia usia 11-17 tahun.
“Kalau di Pangkalan Susu ini mucikari yang terkenal inisialnya NR bang, ada juga korbannya anak 11 tahun,” kata dia, Jumat (11/3/2016).
Pengakuan Herman sejalan dengan penuturan dua siswi SMP, korban dugaan human trafficking yang didatangkan dari Besitang, Langkat. Menurut Alpian (43) salah satu orangtua korban RA, sang mucikari Rina alias Ayu mengajak RA jalan-jalan ke Pangkalan Susu dengan iming-iming akan diberi uang jajan.
Namun gadis belia bertubuh kurus yang masih pelajar kelas 2 itu malah dikurung di dalam sebuah kamar di warung kitik-kitik untuk melayani nafsu bejat pria hidung belang.
“Begitu sampai di lokasi, korban lalu dikunci di dalam kamar. Usai melampiaskan nafsunya, lelali hidung belang yang hingga kini belum diketahui identitasnya itu pergi begitu saja, sejurus kemudian sang mucikari datang dengan memberikan selembar uang Rp100 ribu kepada korban,” ujar Alpian menirukan ucapan anaknya sembari berurai air mata.