“Yang punya kami (sirene) semuanya berfungsi,” jelasnya.
Rahmat memastikan, peringatan tsunami yang dikeluarkannya sudah berdasarkan data rekam dari Tide Gauge atau alat pengukur muka air laut yang tersebar di tiga titik di sekitar Kepulauan Mentawai.
Menurut dia, sekecil apapun gelombang tsunami yang terekam melalui Tide Gauge tersebut harus tetap diinformasikan. Karena berdasarkan pengertian tsunami dari pakar gempa Tanioka dan State pada tahun 1995, tsunami adalah gelombang laut yang terjadi karena gangguan implusif dari laut. Gangguan implusif itu terjadi akibat adanya perubahan dasar laut secara tiba-tiba dalam arah vertikal maupun horizontal.
“Peringatan tsunami yang kami keluarkan itu tidak lah mengada-ada, walapun kecil itu tetap tergolong tsunami,” ujarnya.
Dia melanjutkan, saat ini Tide Gauge merupakan sumber data satu-satunya yang dimiliki BMKG Sumbar dalam mendeteksi potensi tsunami mengingat Buoy (alat yang mengapung tengah laut yang memancarkan sinyal ke satelit jika mendeteksi tsunami) di Mentawai sudah tidak berfungsi karena rusak dan hilang.
“Kalau Buoy ini berfungsi, informasi (tsunami ) akan lebih cepat kita dapat, karena letaknya jauh di tengah laut,” ujarnya.(cr6/mng)